25. Momen

504 63 1
                                    

HAPPY READING

Playlist- Our Summer [TOMORROW X TOGETHER]

***

'Saat terbaik dalam hidup adalah saat kita bersama'

***

"Eh, Bang Bumi mimisan?" ucapan Yena tersebut membuat Juna melihat ke wajah Bumi dan benar saja darah berwarna merah itu turun dari hidung Bumi.

Bumi yang menyadarinya langsung mengusapnya dengan tangannya, lalu dengan cepat Juna memberikan tisu yang ada di ruangan tersebut kepada Bumi. Dengan cepat Bumi menerimanya dan mengelap darah yang mengalir dari hidungnya itu.

Setelah beberapa menit akhirnya darah mimisan tadi berhenti. Juna bernafas lega dan langsung menatap Bumi dengan serius.

"Mi, akhir-akhir ini lo sering mimisan? Kenapa? Perlu di periksa? Gak bahaya kan?"

"Gak bang, ini gapapa sumpah deh. Bumi akhir-akhir ini sering kecapean aja, jadi tubuh Bumi mudah banget lelah," ucap Bumi menjawab pertanyaan yang Juna lontarkan.

"Yaudah lo istirahat aja deh, gue suruh supir buat jemput lo. Ayah jempunya agak sorean katanya, jadi lo pulang aja langsung istirahat, okey?"

"Iya," ucap Bumi menurut.

***

Sore hari sudah tiba Juna dan Yena sampai di rumah kediaman Mahendra bersama Reyhan. Dengan cepat Juna mengajak Yena menuju kamar tamu yang akan Yena tempati di rumah ini.

"Istirahat ya, kalo ada apa-apa lo bisa minta bantuan pelayan yang ada di rumah ini," ucap Juna lalu pergi.

Juna segera menuju kamar Bumi, dilihatnya Bumi sedang bermain gitar sendiri di kamarnya. Juna tersenyum melihat adiknya itu. rasanya waktu begitu cepat berjalan, dulu waktu masih kecil Bumi selalu setiap hari bertengkar dengannya tapi sekarang pertengkaran itu sudah jarang di lakukan oleh mereka berdua.

Bumi yang menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya langsung mengalihkan pandnagannya dan ia melihat sosok jangsung sedang tersenyum menatapnya, siapa lagi jika bukan kakak tercintanya?

"Ngapain berdiri di sana sambil senyum-senyum sendiri? Lagi menyadari ketampanan gue dari jauh?' Bumi melontarkan perkataan spontan itu dari mulutnya dan di beri raut wajah kesal oleh Juna.

"Gue Cuma mau memastikan kalau adek gue masih ada di rumah gak kabur kayak temennya," ucap Juna.

"Ngapain juga gue keluar dari rumah, ntar kalau gue kabur dari rumah bisa-bisa gue jadi rebutan tante-tante depan gang, soalnya gue udah terlalu ganteng." Percaya diri adalah bagian dari hidup, jadi lanjutkan saja Bumi Mahendra.

"Tumben lo main gitar?" tanya Juna sambil duduk di sebelah Bumi.

"Latihan aja sih, gue kan mau tampil di panggung buat pensi, eh bang besok ajak Teguh, Kai sama Bang Satya main ke rumah yu? Gue mau ada yang di omongin nih," ucap Bumi mendadak serius.

"Apa? Kasih tau gue sekarang," ucap Juna memaksa, Bumi menggelngkan kepalanya menolak.

"Besok kalau dah ngumpul baru gue bicarain," ucap Bumi.

"Yaudah, serah lo deh. Dasar teh pucuk," ucap Juna sambil keluar dari kamar Bumi.

"Teh pucuk? Idih gak nyambung apa hubungannya sih" gumam Bumi heran.

***

Pagi hari yang cerah, hari ini kelima orang dengan wajah yang tampan itu sedang berkumpul bersama di rumah Bumi dan Juna, tepatnya di kamar Bumi. Rasanya kamar Bumi sudah seperti markas mereka saja, karena setiap berkunjung ke rumah megah ini mereka selalu berkumpul di kamar Bumi.

Way Home : TXT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang