Pertemuan II

968 131 20
                                    

HAPPY READING

Playlist-WISHLIST [TOMORROW X TOGETHER]

---------------------------------------------------------------------------------------

-Mereka istimewa-

***

"Kamu udah sampai di sekolah?" tanya seseorang dari telepon.

"Udah pa, Teguh udah sampai," jawab Teguh.

Teguh Bagaskara, murid pintar dengan IQ 145 yang datang ke sekolah barunya sebagai murid pindahan. Ia pindah ke sini karena adiknya. Adiknya harus menjalani perawatan di sini alhasil ia harus ikut pindah ke kota ini.

"Belajar yang rajin, hari ini papa mau jemput Kai di rumah sakit dulu, nanti kalo Teguh udah pulang papa yakin kita juga udah pulang kok, jangan bandel ya anak kesayangan papa," ucap Sabil, papa Teguh.

"Iya."

Teguh berjalan menuju ruang guru, mencari tahu di mana kelasnya. Bel sudah berbunyi Teguh masih ada di ruang guru menunggu wali kelasnya mengajaknya ke kelas yang akan di tempatinya. Akhirnya tak perlu menunggu waktu lama wali kelas Teguh membawa Teguh ke kelas yang akan di tempatinya.

"Anak-anak silahkan di sapa teman baru kita di kelas ini, Teguh silahkan perkenalkan diri kamu."

"Hai, Saya Teguh dan saya murid baru di sini," ucap Teguh memperkenalkan dirinya.

"Oke, silahkan kamu boleh duduk dan cari kursi yang kosong."

Teguh berjalan menuju sebuah kursi kosong yang ada di barisan paling belakang, namun tatapannya teralihkan karena ia melihat seseorang yang tadi ia temui di halte bus, siapa lagi kalau bukan Bumi. Orang aneh yang sangat percaya diri. Sepertinya Teguh yakin kalau ia tak akan betah tinggal di kelas ini.

Jam istirahat sudah di mulai sesua siswa siswi berkeliaran dan keluar dari kelas mereka. Tapi, tidak dengan Teguh ia lebih memilih membuka kembali bukunya dan mempelajari hal yang belum ia pahami. Bumi berjalan ke arah Teguh, sifat Teguh berhasil menarik perhatian Bumi.

"Woy Bro, sendirian aja mau ikut gue gak?" tanya Bumi sambil menepuk pundak Teguh.

"Gak," jawab Teguh dengan singkat.

"Ayolah hidup lo kebanyakan pacaran sama buku, lo belum ada temen kan? Oke hari ini lo resmi jadi temen gue, gimana seneng kan lo?"

"Apaan sih? Bisa gak lo pergi aja, gue risih sama orang gak jelas kayak lo!"

Bara yang merupakan teman Bumi yang sedari tadi memperhatikan percekcokan itu mencoba menarik Bumi dan membawanya keluar dari kelas.

"Biarin aja kali Mi, dia orangnya sensian, sama dingin. Kalau dia gak mau temenan sama lo gak usah sedih, apa gue belum cukup buat lo?" ucap Bara.

"Apaan sih lo tiba-tiba bijak gini, geli gue haha. Kuy gas ke kantin. Oh iya jangan lupa nanti sore lo temenin gue ya," ucap Bumi sambil merangkul Bara pergi ke kantin.

Teguh melihat kebersamaan Bumi dan Bara barusan dari jendela, perasaan iri timbul di hatinya. Dari dulu ia tak pernah mempunyai teman dan ia tak pernah tertarik untuk berteman dengan seseorang. Tapi melihat Bumi dan Bara rasanya Teguh juga ingin mempunyai teman.

Sedari dulu ia tak pernah membagi isi hatinya, orang tuanya hanya tahu bahwa ia baik-baik saja, padahal tidak. Teguh hanya ingin seperti orang lain membagi isi hatinya pada teman dan keluarganya, tapi apakah ia bisa?

***

"Pah, Teguh gak ikut jemput Kai?" tanya Kai.

"Teguh kan sekolah dulu, Kai jangan banyak pikiran ya, Kai baru sembuh jadi harus ceria oke!"

Way Home : TXT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang