3. Isi Hati

838 106 3
                                    

HAPPY READING

Playlist-Maze in the Mirror [TOMORROW X TOGETHER]

----------------------------

'Bukan kamu yang salah, tapi karena takdir yang menginginkan'

***

Pagi ini Bumi sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia pulang di antar oleh Reno dan Renata. Karena pagi ini Satya ada kelas di kampusnya jadi ia tak bisa ikut. Juna dan Reyhan juga belum terlihat lagi batang hidungnya setelah kejadian kemarin.

"Om Reno, bisa anter Bumi ke makam Bunda? Tiba-tiba Bumi kangen Bunda," ucap Bumi.

"Apa pun untuk Bumi," ucap Reno sambil mengelus surai rambut Bumi.

"Makasih banyak om," ucap Bumi sambil tersenyum.

Sepulangnya dari rumah sakit, seperti keinginan Bumi, Reno dan Renata kini membawa bumi ke makam Bundanya. Reno mentap Bumi dengan tatapan sendu. Bumi harus kehilangan Bundanya di usia yang masih sangat kecil, sampai sekarang Bumi masih sangat merindukan kasih sayang dan kehangatan sang Bunda.

"Om Reno bisa tunggu di mobil duluan, Bumi masih pengen di sini sebentar aja," ucap Bumi.

"Om bisa temenin Bumi kok di sini," ucap Reno.

Bumi diam sambil mentap Reno dengan tatapan meminta. Reno menghela nafas kasar, ia mengerti Bumi ingin membicarakan isi hatinya secara pribadi si makam bundanya. Reno mengangguk menuruti keinginan Bumi agar ia pergi duluan ke mobil.

"Bunda, sekarang Bumi gak baik-baik aja, Bumi capek. Kenapa Bumi harus di benci sama ayah? Apa salah Bumi? Kenapa bang Juna lebih di sayang sama ayah di banding Bumi? Apa Bumi udah gak berhak dapet kasih sayang ayah? Bumi selalu nyalahin diri Bumi sendiri tentang kejadian waktu itu, ayah pasti benci Bumi gara-gara hal itu kan Bun? Tapi, itu bukan salah Bumi kan Bunda? Kenapa Bunda harus pergi ninggalin Bumi?"

Isi hati yang selama ini ia pendam sekarang ia keluarkan di sini, hatinya lega setelah mengeluarkan isi hatinya. Walaupun air matanya turun tapi rasanya ini begitu melegakan.

"Bumi pergi dulu Bunda," ucap Bumi berpamitan.

Bumi berjalan dengan menunduk, matanya pasti akan terlihat memerah seperti sudah menangis dan om Reno nya itu akan mengintrogasinya dan memaksa mengeluarkan isi hatinya padanya. Itu akan sangat menyebalkan untuk Bumi. Karena terlalu fokus menunduk sambil memperhatikan kakinya Bumi tak sadar dengan seseorang yang berlari di depannya hinga---

Bruk

Bumi tersenggol dan jatuh. Padahal ia baru pulang dari rumah sakit, untung saja yang menyenggolnya itu tak begitu kuat, kalau saja dia menyenggol Bumi dengan kuat sudah di pastikan Bumi akan jatuh dan membentur nisan di kuburan dan ia akan kembali ke tempat yang baru ia tinggalkan itu.

"Astaga, kalo jalan itu liat liat doang, ini di kuburan bukan lapangan, kalo mau lari di lapangan aja gih," ucap Bumi sambil bangun dan membersihkan bajunya yang kotor.

"Eh maaf ya gue buru buru," ucap orang yang menabrak Bumi.

"Dasar cewe gak jelas, sopankah begitu kepada orang ganteng kek gua?" gerutu Bumi sambil berjalan dan kembali ke dalam mobil Reno.

Bumi, Reno dan Renata akhirnya pulang. Reno awalnya menyarankan Bumi untuk tinggal di rumahnya agar bisa di jaga oleh Renata, tapi Bumi menolak karena ia ingin pulang ke rumahnya dan ia sudah sangat merindukan Juna.

"Sekarang Bumi istirahat ya, tante sama om mau pulang dulu. Kalau Bumi pengen sesuatu telepon aja kita ya," ucap Renata sambil menyelimuti tubuh Bumi.

Keadaan Bumi memang sudah lebih baik dari kemarin, hanya saja ia membutuhkan banyak istirahat agar tubuhnya kembali kuat seperti semula.

"Bang Juna udah pulang?" tanya Bumi.

"Abang di sini," ucap Juna muncul dari luar kamar Bumi.

"Kalau gitu om pulang dulu, cepet sembuh jagoan om," ucap Reno sambil mengelus kepala Bumi.

"Hati-hati om, tante," ucap Juna dan Bumi bersamaan.

***

Hari ini sepertinya bukan hari keberuntungan Satya, ia terlambat bangun karena bundanya dan ayah tirinya itu pergi ke rumah sakit untuk menjemput Bumi. Satya begitu cemberut sepulangnya dari kampus. Hari ini dosennya itu memberinya hukuman karena ia terlambat masuk kelasnya.

"Kamu kenapa pulang-pulang kok cemberut gitu," ucap Renata yang heran anak sulungnya itu begitu bete,

"Satya dapet hukuman dari dosen gara-gara telat, terus Satya juga dapet tugas tambahan gara-gara telat. Lengkap sudah, hukuman ditambah tugas tambahan. Astaga, kepala Satya mau pecah," ucap Satya frustasi.

"Mau ayah bantu? Mungkin ayah bisa bantu tugas Satya," ucap Reno ikut bergabung.

"Nah, ayah bisa tuh bantu Satya, dulu pas di kampus Ayah Reno itu dapet IPK paling tinggi loh, dia itu salah satu murid paling pinter di kampus dulu," ucap Renata.

Satya memandang Reno dan Renata dengan malas, "Satya minta bantuan bang Juna aja, makasih tawarannya. Satya ke kamar dulu."

Reno memandang kepergian Satya dengan tatapan sedih, kapan anak itu bisa menerima dirinya sebagai ayahnya? Apa setelah ia membicarakan hal itu ia akan bisa mendapatkan hati Satya?

"Mungkin Satya masih canggung sama kamu, jangan overthingking ya?" ucap Renata.

"Mungkin. Apa seharusnya kita ceritakan hal itu?" tanya Reno.

"Jangan dulu, aku belum siap," ucap Renata sedih.

"Hah... oke," ucap Reno sambil menghela nafas.

***

"Teguh, bisa bantu tugas Kai gak?" tanya Kai.

"Nanti, selesai makan malam gue bantuin," ucap Teguh.

"Besok tanggal merah kan? Kita main yuk ke rumah bang Bumi?" ajak Kai.

"Hm, serah lo," ucap Teguh.

Kai menghela nafas, kenapa sikap dingin Teguh tak pernah berubah. Semenjak kecil walaupun sudah terbiasa dengan sikap dingin Teguh tapi Kai tetap tidak suka jika seseorang bersikap dingin padanya, bukankah itu menyebalkan?

Malam ini rasanya begitu dingin begitu pula dengan sikapnya. Terlalu dingin sehingga membuat malas untuk mendekatinya. Sikap dingin itu tak akan pernah disukai oleh orang yang berhati hangat seperti Kai. Semestinya sebuah alergi, Kai alergi sikap dingin Teguh.

"Kai, makan yang banyak ya, tadi siang Teguh bilang kamu gak makan siang ya, kenapa?" tanya Anisa.

"Kai kamu harus jaga kesehatan, gamau masuk rumah sakit lagi kan?" ujar Sabil.

"Iya, Kai gak makan siang karena Teguh juga gak makan."

"Lo bisa makan duluan kan. Gue tadi udah bilang gue mau ngulas materi baru di perpustakan."

"Iya, iya biasa aja dong jangan sewot," ucap Kai cemberut.

Teguh memandng Kai dengan malas. Serius, sekarang dia muak ada di rumah ini. Tugasnya di sini hanya untuk menuruti keinginan semua orang. Sangat memuakan.

"Teguh mau ngerjain tugas di rumah Bumi sekalian nginep, boleh kan?" tanya Teguh meminta izin.

"Kai ikut ya," ucap Kai.

"Gak, gue kesana mau ngerjain tugas bukan mau main, lagi pula ini udah malem," ucap teguh menolak.

"Boleh, nanti papa anterin ya, Kai jangan ikut besok siang aja Kai ke rumah Bumi sama Bang Satya, Oke?" ucap Sabil.

Kai mengangguk menuruti perkataan Sabil. Teguh membuang nafas lega, akhirnya ia tak lagi di ikuti oleh bocah itu. Selesai makan malam Teguh dan Sabil langsung berangkat ke kediaman Mahendra. Sebelum makan malam tadi, Teguh sudah menghubungi Bumi dan bilang dia ingin menginap sekalian Bumi yang ingin melihat cacatan Teguh. Mungkin saat ini adalah saat terbaik untuk Teguh agar bisa bersosialisai dengan orang lain dan orang pertama yang menjadi sasaran untuk dijadikan teman adalah Bumi.

***

Don't forget to vote, coment and share this story. Thank you!

Way Home : TXT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang