seventeen

52 8 1
                                    

Seperti malam itu, aku dan dia duduk dibalkon studionya menatap langit malam yang terkalahkan oleh cerahnya perkotaan dibawah sana.

Malam ini langit dipenuhi oleh gemerlap bintang dengan sang bulan yang memimpin.

“Kau tahu kenapa aku melarangmu jatuh cinta padaku?”

Tiba-tiba ia berucap, aku menoleh menatapnya yang tengah menengadah menatap dalam langit diatas sana.

“Karena akhirnya, aku hanya akan meninggalkanmu.”

Retak, kata-katanya berhasil membuat hatiku remuk. Tanganku memegang erat cardigan yang kukenakan agar perasaan perih yang kurasa terlampiaskan.

“Kau sendiri, apa kau menuruti laranganmu itu?”

Dia menatapku yang kini tengah menunduk. Udara malam yang dingin ini menjadi memanas saat aku menunggu jawabannya.

Aku takut jatuh sendirian.

“Larangan itu hanya untukmu, Lunar.”

Aku mendongak. Bingung kurasakan sampai dirinya tiba-tiba mendekat dan berakhir memeluk tubuhku.

“Karena sejak awal, aku sudah lebih dulu jatuh padamu.”  

Tubuhku mematung.
Sungguh, aku tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Beberapa menit yang lalu dia berhasil menghancurkan hatiku, dan kini... Ucapannya semakin memporak-porandakan perasaanku.

“Jay...?”

Kurasakan kepalanya menggeleng, sedetik kemudian tubuhnya menjauh.

“Maaf, aku hanya ingin jujur padamu sebelum kita tak bisa seperti ini lagi, aku tak ing—”

Tangan kananku bergerak menuju pipinya.

“Bagaimana jika aku juga sepertimu?”

Tatapan sedalam samudera kami bertemu.

“Aku jatuh sebelum kau mel—”

Lagi, dia menggeleng pelan.

“Tidak, jangan.”

Kurasakan tatapannya menjadi mengeras.

“Jangan mengikat diri kita, Lunar.”

Kedua tangannya menggenggam erat tanganku. Aku bisa merasakan genangan air kini memburami pandanganku.

“Sudah kubilang, aku hanya akan meninggalkanmu.”

Sebelum dia melihatku menangis, lebih dulu aku membenamkan kepalaku didadanya.

“Aku tahu. Tapi untuk malam ini, tetaplah bersamaku.”

Without Me ft. JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang