four

78 13 0
                                    

“Eiy... Mintcho?”

Matanya menyipit dengan raut yang menurutku sangat menjengkelkan setelah mendengar varian es krim yang kupesan.

“Kenapa? Enak tahu...”

“Kalau enak makan saja pasta gigi, tak perlu jauh-jauh datang kesini.”

Aku mendelik menatapnya kesal.

“Ini es krim-nya, selamat menikmati.”

Penjual es krim itu membuatku tak jadi membalas ucapan mengesalkannya. 

Aku dan dia lalu duduk dikursi taman tak jauh dari kedai es krim.

“Kau tinggal sendirian?”

Tiba-tiba dia bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari es krim cokelat miliknya.

Spontan kepalaku mengangguk.

“Ah... Kau mahasiswi yang merantau ya?”

Netra kami bertemu, aku menyuapkan makanan dingin itu dengan kepala menggeleng.

“Tidak juga... Dulu aku tinggal bersama ibuku. Tapi semenjak sepuluh tahun yang lalu, ibuku menjadi tenaga kerja wanita di Taiwan.”

Penjelasanku membuatnya mengangguk-anggukan kepala.

“Bagaimana dengan ayahmu?”

Pertanyaannya membuat es krim lembut yang kutelan terasa seperti tteok yang belum kukunyah.

“Dia sudah meninggal saat aku masih dalam kandungan.”

Miris, aku bahkan tak tahu bagaimana rupa ayahku.

Kulihat tatapan iba menyorot dari netranya, sedetik kemudian senyuman hangat muncul dari bibirnya.

“Kudengar, seorang ayah yang meninggal akan selalu menjaga anaknya dari atas sana.”

Aku terkekeh mendengar ucapannya, kukira dia orang yang logis.

“Hey... Kau percaya hal seperti itu?”

Matanya membulat tak terima.

“Apa salahnya mempercayai hal itu? Itu bisa membuatmu merasa dilindungi.”

Aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum geli.

“Iya-iya... Terserahmu saja.”

Keheningan mengambil alih sampai suatu pertanyaan terlintas dalam pikiranku.

“Bagaimana denganmu? Apa ibumu mendukung impianmu atau justru ada dipihak ayahmu?”

Senyuman manis muncul kembali dari bibir tipisnya.

“Mendukungku tentunya, ibuku hanya ingin kebahagiaan untukku.”

Mataku menatapnya menggebu.

“Itu bagus! Ibumu bisa membujuk ayahmu kalau begitu.”

Entah kenapa aku menjadi bersemangat mendengar hal itu.

“Tapi keadaan ibuku lemah, dia mempunyai penyakit jantung hingga paru-parunya bermasalah.”

Seketika itu juga rasa semangatku menguap.

“Lalu bagaimana keadaannya sekarang? Kenapa kau malah meninggalkannya?”

Aku menatapnya kesal, bisa-bisanya dia melarikan diri saat ibunya sedang sakit.

Tapi bibirnya malah mengeluarkan kekehan saat aku panik sendiri.

“Tenang saja... Aku sudah izin padanya kalau aku kabur dari rumah untuk mengejar impianku.”

Without Me ft. JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang