five

103 17 2
                                    

Tanganku melambai saat kulihat dia berdiri dipersimpangan jalan dengan hoodie yang menutupi kepalanya.

Entah apa rencananya kali ini sampai dia menungguku pulang dari kampus.

Ia malah merangkul bahuku saat kutanyai apa yang sebenarnya ia rencanakan.

Kesal, aku mencubit perutnya dan membuatnya meringis seraya menahan tawa.

“Sudah, ikut saja.” 

Aku menurut dengan bahu yang kembali dibebani tangannya. Sepanjang perjalanan itu ditemani dengan pertengkaran kecil dan tawaan darinya saat dia berhasil membuatku kesal.

“Jadi ini studio pribadimu? Wah...”

Aku menatap kagum ruangan luas yang salah satu dindingnya dilapisi dengan cermin ini. Disudut ruangan ini pun terdapat gitar dan piano yang diletakkan diatas meja.

Rasanya seperti ada di ruangan dance practice milik idol sungguhan. Impiannya menjadi seseorang yang banyak digemari memang sebesar itu ternyata. Aku kagum padanya.

“Jay, kau tahu? Kau sudah mempunyai seorang penggemar.” 

Aku berkata saat kami tengah menikmati makan malam di balkon studionya. Indah, pancaran lampu kota dan gemerlap bintang yang kulihat sekarang sangat indah.

“Huh? Menjadi seorang trainee saja belum.”

Aku terkekeh melihat kebingungan terpasang diwajahnya.

Lalu kuacungkan sumpit yang kupegang sambil berucap dengan ceria.

“It's me! I'm your first fan Mr. Jay!”

Kemudian dia tertawa sampai matanya seperti bulan sabit yang ikut menemani kebersamaan kami.

“Omo... Lunar, I'll call you my lunar, girl.” 

Kedua tangannya mengapit pipiku saat dia berbicara.

Lunar, apa itu panggilannya untuk...

“Aku ingin memanggil penggemarku dengan sebutan Lunar.”

Oh, dia sudah merencanakan hal itu juga ternyata.

Saat aku menanyakan alasannya, ia menjawab dengan senyuman tulus dan tatapan yang dalam.

“Aku seperti malam gelap yang dingin, hanya berharap pada secercah cahaya Lunar untuk kembali berlari.”

Apa dia juga berharap padaku?

Without Me ft. JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang