twenty-seven

51 6 3
                                    

[Jay's Pov]

Aku termangu seraya menatap layar ponsel perempuan itu yang tanpa sadar kubawa.

Akun twitter miliknya sudah bersih tanpa unggahan apapun didalamnya, pesan teroran dari penggemarku pun sudah tak bisa diterima lagi oleh akun itu.

Staff dari agensiku yang membereskan akar masalah itu. Namun staff lulusan IT itu bilang, ada yang aneh dengan ponsel milik perempuan itu. Dirinya pun sempat kesusahan saat membersihkan akun itu.

Hal teraneh adalah riwayat panggilan ponsel itu dipenuhi oleh satu nomer asing. Dahiku semakin mengerut saat tahu nomer asing itu mulai menghubunginya sejak dua tahun yang lalu, bahkan sebelum aku debut.

Sungguh aku penasaran siapa orang itu, kenapa juga dia tidak menamai nomernya?

“Tunggu! Kau sungguh akan menelfonnya?”

Decakanku keluar saat Jake menghentikan pergerakan tanganku yang akan menyentuh tombol biru.

“Iya. Ssst... Diamlah.”

Kusentuh tombol biru itu. Lima detik menunggu, akhirnya sambungan telepon terhubung.

“Berani juga kau menelfonku, hah?!”

Aku dan Jake saling bertatapan dengan raut bingung. Namun, aku merasa familiar dengan suara berat itu.

“Dimana kau sekarang?! Cepat kembali kesini atau kubuat semuanya semakin kacau!”

Darah dalam tubuhku meninggi. Segera kututup sambungan telepon itu dan menatap Jake dengan amarah memburu.

“CHOI SEON BAJINGAN!”

“Seon? Kau kenal or—”

Brak!

“Jay, cepat buka tautan yang kukirim!”

Amarahku seolah tersimpan melihat kepanikan dari anggota tertua itu, dia masuk bersama tiga anggota grupku yang lain.

Segera saja aku meraih ponsel yang berada disakuku dan membuka tautan yang mengarahkanku ke aplikasi twitter.

“Lee Na Ra?”

Keningku berkerut saat membaca untaian twitter dari orang yang mengaku sebagai perempuan itu.

“Apa maksudnya ini?!”

“Cepat baca semua cuitannya!”

Desakan Jungwon dan Sunoo semakin membuatku terasa panik.

Saat mataku membaca setiap kata dari cuitan itu, amarah yang tersimpan dalam diriku kembali terbakar membuat aliran darahku terkunci disatu titik.

Saya hanya mencintai, bukan dicintai.

Jemariku terasa kaku saat tanganku mengenggam erat benda persegi ini.

Sejak awal aku sadar ada yang berbeda dari tatapannya kepadaku.

Tapi apakah dia tak sadar?

Aku juga menatapnya dengan cara yang sama.

Setiap tatapan kami bertemu, aku sadar degup jantung kami selalu berirama senada dengan kencangnya.

Apa sikapku tidak cukup jelas? Bodoh. Dimana kepekaannya terhadap diriku?

Dia menolak saya.’

Dia tak ingin mengikat dirinya dengan saya.

Dadaku tertohok.

Aku akui larangan yang kuberikan padanya teramat sangat bodoh dan gegabah.

Tapi aku hanya tak mau rasanya kepadaku kian mendalam namun berakhir dengan aku yang meninggalkannya. Perasaan lemah yang orang-orang sebut cinta itu tak kan mengalahkan impian terbesarku. Sampai kapanpun, mimpiku masih tetap sama.

Amarah yang terbakar dalam diriku seperti diberikan bahan bakar saat aku membaca lanjutan kalimatnya. 

Dia menginginkan karir Jay hancur.

Dia mengancam saya dengan hal-hal yang tidak dapat dikatakan manusiawi.

Hatiku semakin hancur membaca setiap kata itu. Rasa sesal yang teramat dalam ikut andil untuk mengoyak hatiku. Bodoh! Seharusnya aku percaya padanya!

“Apa maksudnya ini? Perempuan itu mau bunuh diri?!”

Ucapan Sunghoon membuatku terkejut setengah mati. Netraku semakin gencar membaca untaian kalimat itu, hingga akhirnya aku mengerti kemana arah pembicaraannya.

“Jay! Tunggu! Kau mau kemana?!”

Jake kembali mencegah pergerakanku membuatku secara tak sadar mendorong badannya kasar.

“Lepas! Aku tak akan membiarkannya mati begitu saja!” 

Amarahku sungguh tak terkendali.

“Banyak wartawan yang mencari keberadaanmu diluaran sana! Jangan nekat kak!”

“KAU MAU AKU DIAM SAJA HINGGA SELURUH BERITA DI TELEVISI MEMBERI KABAR KALAU DIRINYA TELAH TIADA?!”

Netra elangku menatap nyalang sepasang mata kucing itu yang terlihat sama frustasinya menghadapi situasi mengerikan ini.

“Tolong kembalikan sisi manusiawimu, Jungwon.”

Dengan itu aku mengambil hoodie dan masker hitam untuk menutupi identitasku.

“Aku ikut, amarahmu bisa membuatmu bersikap gegabah, aku tak kan membiarkan hal semacam itu terjadi lagi.”

Kak Heeseung, memang hanya dia yang bisa kuandalkan.

“Jungwon, percayakan Jay padaku, dan jangan beritahu dulu manager kalau aku dan Jay keluar.”

Without Me ft. JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang