twenty-nine

103 12 4
                                        

“Ini, aku melihatnya terjatuh saat kau membuka pintu studiomu, bukalah.”

Entah sudah berapa lama aku menatap amplop putih bertuliskan 'Lunar' digenggamanku.

Jujur saja, aku masih belum siap untuk membukanya. Ada perasaan mengganjal yang menggerogoti hatiku hingga membuatku takut untuk melihat isi dari amplop itu.

“Buka atau kau akan menyesal, Jay.”

“Benar, bagaimana jika isinya hal penting yang ingin dia sampaikan?”

Kedua sebaya diboygroup-ku mencoba menjernihkan isi hatiku.

“Nanti.”

Aku beranjak meninggalkan keduanya dan menuju taman belakang asrama kami.

Langit malam begitu kelam, tak ada satu titik cahaya pun yang menyinari bumi dari atas sana.

Lunar... Apa kau tak merindukanku?

Aku hanya ingin memberitahu.

Harapanmu sudah terkabul.

Kini semuanya sudah kembali seperti semula.

Perjuanganmu tidak sia-sia.

Komentar buruk yang tertuju padamu pun sudah berganti dengan keharuan, pujian, dan harapan agar kau tenang diatas sana.

Aku pun kembali dicintai oleh para penggemarku. Bahkan mungkin kepercayaan mereka padaku semakin kuat.

Terimakasih atas segalanya, Lunar.

Aku tak pernah menyesal bertemu denganmu.

Penyesalan terbesarku adalah ketika aku turut menghempaskanmu disaat kau berada di jurang kesakitan.

Kuharap kau memaafkanku, Lunar. Tolong maafkan pria bodoh yang hanya memprioritaskan egonya ini.

Tapi, kau harus tahu.

Tiga bulan bersamamu adalah hal paling membahagiakan dalam hidupku.

Mencintaimu adalah kata kerja paling berharga yang pernah kulakukan.

Kini aku sangat merindukanmu, hal yang biasa aku lakukan disaat rasa ini muncul adalah berinteraksi dengan penggemarku. Mungkin penggemar akan kembali membenciku jika aku mengatakan, kalau interaksi yang kulakukan dengan mereka hanya sebagai pelampiasan atas rasa rinduku padamu.

Angin malam yang berembus mencoba membawa pergi amplop yang kugenggam pelan. Kubasahi bibir saat pikiranku terus memaksa diriku untuk membuka amplop itu.

Apa rasa rindu ini bisa sedikit terobati setelah aku membuka amplopnya?

Aku harap bisa.

Kemudian tanganku membuka perekat amplop itu dengan sangat hati-hati. Dan rupanya isinya ialah sehelai kertas yang dihiasi tulisan cantiknya.

“Apa kau menemukan ini?”

Bibirku sontak saja tertarik saat aku membaca kalimat pertamanya. Aku bisa mendengar suaramu bergema dalam kepalaku, Lunar. 

Namun, kata yang kubaca selanjutnya berhasil melenyapkan senyuman dan ketenanganku. 

“Kak?”

Without Me ft. JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang