Without Me ft. Jay

twenty-three

Dengan panik, kututup pintu rumahku rapat-rapat. Rasanya aku terus diteror oleh orang-orang diluaran sana, mereka menatapku lekat dengan ekspresi yang akupun tak bisa mendeskripsikannya.

"Diam kau! Diam!"

Tanganku melempar ponsel yang sedari tadi terus memberikan ribuan notifikasi hingga membuatku jengah.

Badanku melemas, air mata ikut meluruh dari netraku disaat aku menjatuhkan badan ke lantai.

"Kacau... Semuanya kacau..."

Aku memukulkan kepalaku ke dinding, kuremas juga betis yang kini kupeluk.

Kepalaku rasanya akan pecah melihat unggahan itu menjadi tersebar dimana-mana hanya dalam waktu sehari.

Apa yang telah aku lakukan?

Seharusnya ini tidak terjadi. Sungguh aku tak mengharapkan semuanya akan menjadi kacau begini.

Jika tahu semua foto itu akan berakhir menghancurkannya, aku bersumpah tak akan mengabadikan satu kenangan pun bersamanya.

"Maaf, maaf, maaf, seharusnya itu tak terjadi. Maaf, Jay, maaf..."

Bibirku terus meracau seperti orang gila disaat notifikasi pada ponselku kian menjadi-jadi. Ponsel bodoh itu masih sanggup mengeluarkan bunyi rupanya.

Brak! Brak! Brak!

Gebrakan pintu itu menghentikan pergerakanku yang ingin menghancurkan benda persegi yang masih berbunyi itu.

Brak! Brak!

Kutelan salivaku susah payah disaat kepalaku membayangkan skenario buruk yang akan terjadi jika aku membuka pintu cokelat itu.

Bagaimana jika itu seorang penggemar fanatiknya yang akan membunuhku?

"Lee Na! Buka pintunya!"

Suara itu...

Apakah aku sedang bermimpi?

Apa dia benar-benar datang kesini?

Kakiku tergopoh-gopoh untuk melihat lingkaran kecil ditengah pintu itu, dan... Itu benar-benar seorang Jay Park!

Mataku semakin basah melihat kedatangannya, kerinduan yang kurasakan pun kian membuncah.

Langsung saja aku membuka pintu itu. Dan tanpa berpikir panjang, kupeluk tubuhnya dengan erat.

Jay, aku sangat merindukanmu, sangat.
Melihat keberadaanmu membuat seluruh perih dalam tubuhku menghilang.