Jantungku... kenapa berdegup kencang? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Mungkinkah?
*
*
*Berkali-kali Jennie memutar tubuhnya di hadapan cermin besar yang saat ini tengah tertuju hanya padanya. Bibirnya tidak lelah tersenyum senang. Penampilannya sudah sempurna, hanya tinggal menunggu seseorang yang akan datang membawanya pergi dari ruangan yang saat ini sedang ia tempati.
Pujian tidak habis-habisnya selalu dilontarkan. Entah itu dari para wanita yang sudah membantunya memakaikan make up, ataupun wanita yang tidak lama lagi akan menjadi Ibu mertuanya. Jadi begini rasanya saat ingin menikah ya, ada perasaan aneh yang ikut teraduk bersama perasaan senang.
Pintu terbuka. Jennie segera menoleh, sejenak ia terpaku pada penampilan seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu. Itu adalah Taehyung, calon suaminya. Dia sangat tampan hari ini.
Pria itu menunjukkan mimik wajah tidak jauh berbeda dari Jennie sebelum tersadar dan kemudian mengulurkan tangan kanannya. "Ayo, yang lain sudah menunggu kita." Suaranya terdengar sangat lembut.
Jennie menganggukkan kepalanya, meraih tangan pria itu lalu berjalan di sampingnya. Jantungnya tidak bisa dikendalikan, seolah ikut mendukung perasaan gugup yang tiba-tiba datang.
"Kau sangat cantik hari ini, Kim Jennie." Pujian itu keluar dari mulut Taehyung saat ekor matanya tidak bisa beralih dari wajah cantik Jennie yang sudah dihiasi dengan make up.
Yang dipuji tidak membalas cepat. Hanya tersenyum kecil sebelum membalas tatapan pria di sampingnya. "Kau juga, sangat tampan."
"Kau sudah siap?"
"Aku selalu menantikannya, jangan ditanya."
Taehyung membuka pintu besar yang akan membawa mereka pada sebuah altar yang sudah dihiasi. Di kanan kiri terlihat para tamu yang langsung memandangi mereka dengan tatapan kagum. Taehyung menggenggam tangan Jennie lebih kuat lagi, menenangkan kegugupannya yang ternyata diluar kendali kemudian menghela napas panjang. "Baiklah. Ayo."
❁﹏ConneCtion﹏❁
Merasa rambutnya masih basah, Jennie terus mengeringkannya menggunakan sebuah handuk berwarna putih yang sempat ia bawa dari apartemen lamanya. Mulai detik ini, kehidupannya berubah. Ia tinggal di rumah baru —yang pastinya bukan apartemen, mendapatkan status baru, intinya seperti baru terlahir kembali ke dunia. Semuanya berbeda jauh dari kehidupannya sebelum menikah.
Ia sudah memutuskan untuk berhenti bekerja. Memang sebelumnya ia sempat menjadi karyawan dan mencari pekerjaan paruh waktu lainnya untuk mendapatkan uang tambahan. Hidup di tengah-tengah kota itu tidak semudah yang dipikirkan. Biaya hidupnya serba mahal, terlebih tidak ada yang menolong. Ia sudah terbiasa hidup mandiri sejak memasuki bangku Sma, dimana kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan bus yang mereka tumpangi saat pulang bekerja. Sejak saat itu ia harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Ia hanya anak tunggal, saudara dari orang tuanya pun tidak ada yang ingin merawatnya. Namanya juga takdir Tuhan.
"Kau sudah mandi?"
Ia tersadar dari lamunannya. Memandangi sosok Taehyung yang sedang berjalan mendekat dengan rambut hitam yang basah. Jennie tersenyum kemudain mengangguk kecil. "Sini, biar aku keringkan rambutmu."
Pria itu menurut, duduk bersila di hadapan Jennie yang tengah duduk dipinggir kasur. Perlahan Jennie mulai mengeringkan rambut Taehyung menggunakan handuk yang sama. Taehyung tidak berkata-kata lagi selain menikmati kegiatan yang sedang Jennie lakukan.
Taehyung, pria itu adalah pemimpin perusahaan keluarganya yang diturunkan dari Ayahnya untuk dia kelola. Ayahnya beberapa tahun yang lalu sudah meninggal, meninggalkan pesan agar Taehyung yang menjadi penerusnya. Dan saat ini pesan itu sudah terwujudkan setelah Taehyung menempuh beberapa syarat.
Suasana berubah menjadi hening sejenak. Tidak ada yang memulai percakapan lagi. Jennie menatapi rambut hitam Taehyung dengan senyum terukir, sementara Taehyung terlihat canggung memikirkan sesuatu.
"Chagiya. Apa kau sudah memikirkan untuk memiliki anak?" tanya Taehyung secara mendadak membuat Jennie tiba-tiba terserang perasaan gugup.
"A-anak? Kita baru saja menikah, aku sama sekali belum berpikiran ke arah sana." Untung saja Taehyung tidak bisa melihat ekpresi wajahnya saat ini.
Taehyung memegang pergelangan tangan Jennie lalu membalikkan badan. Dia tersenyum aneh yang membuat Jennie bergidik takut. Handuk yang tadi dipegang Jennie pria itu lempar ke sembarang arah. Sementara tubuhnya semakin mempertipis jarak diantara mereka. "Benarkah? Tapi kau harus mulai memikirkannya karena aku sudah mempunyai niat untuk melangkah ke sana." Ujar Taehyung, Jennie memalingkan wajah ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan pria itu.
Namun Taehyung seperti menginginkan sesuatu. Selesai memperdekat jaraknya dengan Jennie, dia beralih mendekatkan wajahnya, melihat dengan sangat jelas pipi merah wanita itu. "Menggemaskan." Gumamnya dalam hati. "Bolehkan aku melakukannya malam ini?"
Jennie mundur perlahan, tapi Taehyung tidak diam saja, dia tetap bergerak untuk mendekat. "Me-melakukan apa?" Satu tegukan lolos dari kerongkongannya, mungkin pria yang sedang menatapnya saat ini dapat mendengar suara tegukannya tadi.
"Melakukan tahapan pertama membuat anak. Boleh?" Pria itu mulai melepas pakaian atasnya, membuat Jennie otomatis tidak menoleh.
Mulutnya tidak bisa menjawab. Sementara tubuhnya sudah tidak bisa mundur lagi. Jennie memegang bahu Taehyung, ia masih tidak berani menoleh hingga Taehyung mencium bibirnya tanpa aba-aba. Awalnya lembut, namun lama-kelamaaan berubah menjadi lumatan yang menuntut.
Tangan Taehyung tidak diam, dia mulai menaikkan pakaian yang sedang dipakai Jennie hingga perut rata wanita itu terlihat dan langsung dielusnya. Jennie pasrah, pada akhirnya mengalungkan kedua tangannya dileher pria itu.
Tidak ada yang bisa mencegahnya, termasuk Jennie sendiri. Ia lebih memilih untuk menikmati dan membiarkan apa yang Taehyung lakukan pada tubuhnya. Malam ini, ia akan menjadi milik Taehyung sepenuhnya.
Namun tiba-tiba wajah Taehyung berubah datar saat Jennie mengerang kesakitan. Taehyung memang sudah memiliki Jennie sepenuhnya, tapi seperti ada yang janggal dari malam ini.
Mata Taehyung menyorot lurus, seakan menusuk manik kucing Jennie sebelum melepaskan penyatuan di bawah sana dengan segera. Jennie menarik selimut, menutupi tubuhnya yang sudah telanjang bersama Taehyung. Pria itu turun dari kasur lalu berjalan ke dalam kamar mandi dan muncul lagi dengan tubuh yang dibaluti kimono mandi putih.
Jennie memasang wajah bingung. Kenapa dengan Taehyung? Matanya tidak berhenti memperhatikan pria itu yang tengah mengacak-acak rambutnya dengan ekspresi frustasi. "Kenapa?" Ia memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.
Taehyung menoleh, "jujur padaku, apa kau pernah berhubungan dengan pria lain sebelumnya?"
Mata Jennie melebar kaget. Jelas-jelas ia menentang pertanyaan pria itu. "Tidak pernah! Kenapa kau berpikiran seperti itu?"
"Bohong. Nyatanya aku merasakan sendiri kalau kau pernah berhubungan dengan pria lain sebelum bersamaku malam ini." Nada suaranya terdengar sangat frustasi dan marah.
"Tapi aku belum pernah melakukannya! Kenapa kau begitu yakin sekali? Aku bukan wanita murahan seperti yang kau pikirkan." Jennie menggapai telapak tangan Taehyung,berusaha menenangkan suasana hati pria itu.
Taehyung menepis dengan kasar. Sorot matanya seolah menunjukkan perasaaan kecewa dan marah yang menjadi satu. "Lupakan saja. Aku menyesal karena sudah melakukannya." Setelah itu dia pergi. Membanting pintu sebelum langkah kakinya terdengar semakin mengecil.
Jennie masih terpaku di atas kasur. Pikirannya mengulang kembali ucapan pria itu tadi, nada suaranya yang dingin seolah terus menerus berputar diingatan. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Taehyung maksud. Tangannya mengepal kesal selimut tebal yang sedang ia pakai.
Ia menoleh ke pintu. Tepat di mana terakhir kali ia melihat sosok Taehyung. Matanya terasa pedih. Baru kali ini ia melihat ekpresi datar dan dingin itu. Rasanya seperti ada yang menusuk.
*
*
*To be continued...
· 6 Januari 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/297410636-288-k503806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
ФанфикDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...