Siapa sebenarnya Park Ji Min? Manik mata Jennie menatap ke jendela kafe. Memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang dipandangannya. Salah satu tangannya menopang dagu, cuaca hari ini sepertinya tidak mendukung untuk berlama-lama keluar rumah. Dingin, hanya cokelat panas yang menemaninya saat ini.
"Kau ini, sudah tahu aku sedang bekerja, malah minta ketemuan secara mendadak." Suara seorang gadis membuyarkan pikirannya. Jennie menoleh, dan benar saja, Lisa sedang melepas jaket tebalnya. Dia menaruh jaketnya dikepala kursi lalu menduduki kursi yang berhadapan dengan Jennie. "Ada apa? Tentang Taehyung lagi?"
Jennie tahu kalau temannya itu sedang sibuk, namun mau bagaimana lagi, hanya dia yang dapat mengerti apa yang ia bicarakan. Bibirnya tersenyum hangat menyambut kedatangan Lisa. "Kau ingin pesan sesuatu? Tenang saja, aku yang akan membayarnya." Tawarnya basa basi.
Lisa menggeleng, "tidak perlu." Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja kafe dengan sangat pelan. "Hari ini aku sangat sibuk, jadi langsung ke pembahasannya saja."
Ada perasaan bersalah dibenak Jennie, ia menyita waktu wanita itu dihari yang memang sudah dijadwalkan sebagai hari paling sibuk. "Begini, sepertinya Taehyung semakin menjauhiku. Tadi malam saja dia lebih memilih tidur di ruang kerja. Dan, apa kau mengenal pria bernama Ji Min?"
"Ji Min? Sebentar." Lisa mencoba untuk mengingat sosok pria itu. Dia memang mengenalnya, tapi hanya sebentar. Nama Jimin memang tidak asing lagi di mulutnya ketika dia berbisik kecil memanggil nama pria itu.
Mata Jennie berbinar penuh harapan, tatapannya tidak berpindah dari wajah Lisa. Dugaannya benar, kalau Lisa mengenal pria itu.
"Ah, Ji Min!" celetuk Lisa membuat Jennie tidak sabar menunggu kelanjutannya. "Bukankah dia bartender yang pernah kita temui di jalan? Saat itu kau tidak sengaja menabrak tubuhnya."
Kali ini Jennie yang terdiam. Pikirannya sedang berjalan mencari serpihan ingatan itu, sampai ia menemukan titik terangnya. "Kau benar, Lalisa!" Jennie bergegas mengambil handbag miliknya. "Aku ingin menemui pria itu sekarang. Terima kasih informasinya." Lalu melambai sekilas sebagai tanda perpisahan sebelum kakinya melangkah keluar dari kafe.
"Cih, kebiasaan." Lisa juga berniat untuk pergi, namun salah satu pelayan di kafe itu mencegahnya karena minuman yang tadi Jennie pesan belum dibayar. Endingnya jadi dia yang malah mentraktir Jennie.
❁ConneCtion❁
"Ji Min? Oh, maksud anda Pak Ji Min pemilik bar ini?"
Jennie sedikit tersentak mendengarnya. Ji Min yang ia maksud adalah seorang bartender, bukannya pemilik bar. Ekor matanya mengedar sekilas. Di bar itu memang tidak terlihat seorang bartender yang memiliki tag name Park Ji Min. Mungkin wanita itu benar, kalau Ji Min yang ia cari adalah pemilik bar ini. "Sepertinya begitu, apa saya bisa menemuinya?"
Wanita di hadapannya terlihat ragu, "sepertinya sedikit susah, karena dia sedang sibuk saat ini. Jika ada yang ingin disampaikan, katakan saja pada saya." Balasnya.
"Aku ingin menemuinya. Kita sudah ada janji." Jennie terpaksa berbohong demi menemui pria bernama Park Ji Min itu.
"Sudah janji? Ah, kalau begitu, silakan ikuti saya."
Wanita itu berjalan ke arah yang sama sekali Jennie tidak ketahui. Jennie mengikutinya dari belakang, terkadang kedua matanya menoleh ke kanan dan kiri. Bar ini sepertinya tidak bisa dibilang biasa saja, para pelanggannya terlihat seperti orang yang berpengaruh di perusahaan seperti Taehyung. Sebagian dari mereka sedang bercakap-cakap, dan tidak banyak juga menatap dirinya dengan wajah penuh arti.
Jennie memalingkan wajah ketika seorang pria yang berpakaian sudah berantakan menunjukkan smirk-nya. Meskipun memang tampan, tapi Jennie tidak memperdulikannya, ia tahu apa yang diinginkan pria seperti itu.
"Tuan, ada yang ingin menemuimu." Wanita yang tadi menuntunnya kini mengetuk pintu beberapa kali, lalu mundur. "Silakan masuk saja. Dia ada di dalam." Setelahnya wanita itu pergi dari hadapan Jennie.
Jennie menelan salivanya sendiri. Pelan-pelan ia mendorong pintu sebuah ruangan yang berjarak agak jauh dari kerumunan para pelanggan bar.
Pria berambut cokelat gelap dengan gaya belah tengah itu menoleh ke tubuhnya saat ia baru saja menggeser sedikit daun pintu. Tatapannya seperti tidak bersahabat.
Jennie terkejut saat mengetahui kegiatan yang sedang dilakukan pria itu. Ia menutup kembali daun pintu, napasnya tercekat sebentar. Apa-apaan itu, ia habis melihat orang yang sedang berhubungan intim? Blush, pipinya mulai memerah.
Sementara, pria yang kepergok Jennie tadi segera menarik selimut untuk menutupi tubuh wanita yang tengah bersamanya. Dia turun dari kasur, mengambil pakaiannya yang berserakan dan memakainya dalam gerakan cepat kemudian membuka kembali pintu. Alisnya mengernyit kesal. "Siapa kau?"
Jennie berbalik. Bibirnya tersenyum kikuk, ia tidak sadar kalau pipinya masih memerah. "K-kau Ji Min, kan?"
Pria itu sedikit terkejut, menyadari yang mengganggunya tadi adalah Jennie. "Kenapa?"
"Kau masih mengenalku?"
"Sepertinya."
"Aku ingin bicara denganmu secara pribadi."
Ji Min tersenyum miring. Sepertinya rencananya sudah berjalan dengan baik. "Tentu saja."
❁ConneCtion❁
Tak. Suara kecil keluar saat Ji Min menaruh cangkir berisi teh itu di atas meja. Tatapannya tidak lepas dari wajah Jennie yang sendari tadi berekspresi datar, bahkan Jennie belum menyentuh gelasnya. bibirnya sedikit terangkat mengingat bagaimana wanita itu tersipu di depan ruangan pribadinya tadi. "Kau ingin mengatakan sesuatu?" Ji Min membuka percakapan.
"Apa yang kau katakan pada Taehyungku? Sampai dia..."
"Taehyung? Sepertinya aku tidak asing mendengar nama itu." Ji Min berpura-pura memasang wajah bingung sejenak, "ah, jadi dia suamimu?"
Mulut Jennie tidak menjawab. Tapi dari tatapannya seolah mengatakan agar pria itu melanjutkan ucapannya.
"Kupikir dia hanya mengaku-ngaku. Jadi, aku memberitahukan sedikit kebenaran."
Jennie mengernyit kesal. "Kebenaran apa?"
"Kalau kita pernah tidur bersama selama beberapa malam."
Mata Jennie membola kaget. Itu kebohongan, bukan kebenaran. Ia segera bangkit dari duduknya lalu menampar wajah Ji Min sekeras yang ia bisa. "Kau pikir itu lelucon? Jangan melewati batas! Aku bukan wanita murahan yang haus uang. Mulai sekarang, anggap kita tidak pernah saling kenal. Gara-gara kau..." Rahang Jennie mengeras, ia menarik kembali ucapan yang hampir keluar dan menggantinya dengan yang lain, "aku tidak mau tahu tujuanmu melakukan hal ini. Tapi jika kita berpapasan di jalan lagi, mungkin aku akan menganggapmu tidak ada." Setelah itu Jennie bejalan cepat meninggalkan Ji Min.
Ji Min tersenyum tipis, perlahan tangannya terangkat memegangi bagian pipinya yang terlihat memerah. "Anggap saja kalau ini tebusan dari kesalahanku."
❁ConneCtion❁
Jennie mengusap kasar air matanya. Jalanan gelap yang sedang ia lewati seolah tidak ada apa-apanya, langkahnya terus berjalan lamban di dalam kegelapan malam. Bisa-bisanya Ji Min melakukan ini padanya, padahal ia tidak mempunyai salah. Jika ia menanyakan tujuannya, mungkin itu akan membuat kepalanya semakin pusing. Sampai sini saja. Biarkan selanjutnya ia berusaha sendiri untuk memperbaiki.
Ia menoleh ke depan. Tidak ada siapapun. Sepi dan gelap. Sebenarnya ini di mana? Rasanya ia baru melihat jalanan seperti ini. Tidak mungkin kan kalau ia tersesat!
*
*
*
To be continued...• 15 Feb 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
FanfictionDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...