16. Rencana

1K 118 18
                                        

Taeil terlihat kegirangan di atas kasur setelah mendengar bahwa Ibunya -Jennie- akan membawa ia pergi berlibur ke suatu tempat. Tidak, sebenarnya bukan itu yang membuat ia begitu senang. Ia sangat senang karena nanti ia akan menaiki pesawat terbang. Pesawat terbang. Ingat. Itu adalah keinginannya. Melihat pesawat dalam jarak jauh memang sering ia lakukan, tapi kalau menaikinya...

"Kapan momy?" Taeil berhenti, kini duduk diam di kasurnya dengan napas yang memburu. Pandangannya tertuju pada sosok Jennie yang sedang memilih-milih pakaiannya untuk dimasukkian ke dalam koper.

"Besok lusa sayang, di dalam pesawat tidak diperbolehkan membawa mainan, jadi Taeil jangan membawa mainan ya."

Taeil langsung memanyunkan bibirnya, "cuma mainan pesawat terbang aja tidak boleh mom?" Taeil sedikit meminta dengan nada sendu.

Jennie menoleh, lalu menghela napas pelan. "Baiklah," dia mendekat ke putranya itu lalu duduk di sampingnya, "hanya satu saja oke? jangan bawa yang besar." Ia mengelus surai Taeil dengan sayang.

"oke momy, hehe, makasih." Taeil langsung beranjak dari kasur untuk memilih mainan mana yang akan dia bawa nanti.

ConneCtion

"Nee, aku sudah menyuapinya tadi."

"ah, arraseo, kau sedang di mana sekarang? Bukankah toko kita tutup hari ini?"

"Anu, aku ingin membeli beberapa persediaan seperti obat mual untuk nanti, takutnya Taeil tidak kuat saat di pesawat." Jennie memeriksa kembali daftar belanjaan yang sedang dipegangnya.

"Ide yang bagus, sekalian aku titip snack ringan ya. Hei dengarkan, Taeil sedang menyanyikan lagu kartun kesukaannya, kalau ini bukan anakmu, sudah aku gigit-gigit daritadi."

Jennie tertawa sekilas. Samar-samar ia dapat mendengar suara Taeil yang sedang menyanyi dengan semangat. "Baiklah, aku akan membeli beberapa snack juga untukmu. Oh iya, kemasi pakaianmu, jangan sampai lupa."

"Ah, kau ini, baiklah baiklah, nanti malam aku kemasi beberapa."

"Kalau begitu, sampai jumpa di rumah."

"Jangan lama-lama, aku ingin snack-nya."

"Arraseo." Tutt, panggilan itu langsung Jennie akhiri sebelum tangannya beralih membuka pintu mini market.

Dari belakang tubuh, Jennie tidak sadar kalau seseorang sedang menguntitnya dan kini sedang menunggu dirinya di bawah pohon. Sepertinya seorang pria, dan pria itu tersenyum lirih sambil menghisap tembakau ditangannya.

ConneCtion

Setelah dirasa semuanya sudah terbeli. Jennie keluar dari mini market itu, berniat untuk pulang. Sementara pria yang tadi menguntitnya kini memberanikan diri untuk mendekat dan menyapanya. "Bagaimana harimu?"

Jennie menoleh, lagi-lagi dunia mempertemukannya dengan pria bernama Ji Min itu, menyebalkan. Ia tidak menggubris, melanjutkan langkah kakinya berharap pria itu mengerti dan tidak mengikutinya lagi, tapi pria itu ternyata tidak mengerti. "Berhentilah mengganggu hidupku." Ketus Jennie bersamaan dengan berhentinya suara langkah kaki. Ia berbalik, menatap pria itu dengan tegas.

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang