Taeil dengan keringat yang mulai bermunculan dikeningnya berlari mengejar Yoongi. Hari ini tidak terlalu buruk, walau terlihat mata Yoongi itu pria yang menyebalkan, ternyata setelah menghabiskan waktu bersama, pria dewasa itu tidak buruk juga. Yoongi berhasil membuat pikirannya teralihkan. Bahkan sampai membuatnya lelah karena terus-menerus diharuskan mengejar tanpa istirahat.
Langkah Yoongi melambat, menyadari Taeil sudah kelelahan dibuatnya, dia tersenyum menang. Hingga puncaknya Taeil duduk lemas di tanah, membuat dia segera mendekat untuk menyudahi permainan. "Lemah." Makian kecil itu keluar dari bibir Yoongi, memancing emosi Taeil yang sedang menormalkan deru napas.
Taeil merengut. Tidak terima dengan kekalahannya tadi. "Kaki Paman panjang, curang!" sungut Taeil kesal. Napasnya terpenggal-penggal, baju bagian belakang terasa mulai basah membuatnya tidak nyaman.
Mata Yoongi memperhatikan sekitar, mencari penenang untuk Taeil. Hingga perhatiannya berhenti, tepat saat penjual ice cream terlihat sedang melayani. Ia menarik senyum senang. Sedetik kemudian menggendong tubuh Taeil untuk didudukkan ke salah satu kursi terdekat. "Kau mau ice cream tidak?" tanyanya dengan nada menggoda.
"Mau!" Taeil mengedarkan pandangan, mendapati yang dimaksud pria dewasa itu jauh dari posisinya. "Tapi jauh, Taeil lelah." Sambungnya sudah menyerah duluan. Menghitung berapa langkah yang akan keluar untuk sampai ke penjual ice cream itu, Taeil tidak sanggup.
"Dasar pemalas." Jarinya menyentil kening Taeil, membuat si pemilik meringis kesakitan. "Kau di sini saja, biar aku yang beli. Kau mau rasa apa?" Yoongi memeriksa saku celananya, memastikan kalau dia membawa dompetnya.
Mata Taeil berbinar senang, lelahnya terasa hilang ketika membayangkan ice cream cokelat sudah ada digenggaman. "Cokelat, Taeil mau cokelat." Soraknya bersemangat.
Yoongi tersenyum lirih, ternyata membuat anak kecil senang semudah ini. Awal ia mengira menjaga anak kecil seperti Taeil akan merepotkan. Anak kecil identik dengan menangis, merengek, jail, dan semua hal lain yang sangat merepotkan. Tapi melihat Taeil yang tidak bertingkah berlebihan membuatnya bersyukur. "Tunggu di sini sampai aku kembali, jangan ke mana-mana, oke?"
"Oke, Paman." Mata Taeil menyipit saat mulut kecilnya tersenyum lebar menggambarkan kegembiraan.
Yoongi berjalan pergi meninggalkan Taeil. Jaraknya dengan penjual ice cream itu memang lumayan jauh, hal itu membuatnya sedikit cemas. Taeil sendirian menunggu di sana. Dia tidak bisa meninggalkan anak kecil itu terlalu lama. Dia mempercepat semua gerakannya –masih parno dengan beberapa kasus anak kecil yang pernah dia tangani.
Dia memesan dua ice cream, satu untuknya dan satu untuk Taeil. Setelah mengantri dan membayar, Yoongi berbalik, antusias ingin segera memberikan ice cream itu pada Taeil, dia ikut senang setelah mendapatkan dua ice cream itu. Dia berbalik, menatap ke posisi terakhir kali Taeil terlihat dengan wajah gembira. Bermaksud mengangkat kedua ice cream itu jika Taeil ada di pandangannya, namun kenyataan bahwa anak kecil itu tidak ada di tempat seolah memberhentikan waktu sejenak.
Tubuhnya membeku, dilanjut kedua kakinya yang mulai bergemetar. Kedua ice cream yang sedang digenggamnya terlepas seakan seseorang baru saja menumpahkan minyak pada telapak tangannya. Yoongi segera berlari, mencari keberadaan Taeil saat itu juga.
Sama sekali tidak terlihat. Dia mulai panik. Semua sisi di taman bermain itu dia jelajahi, teriakannya yang memanggil nama Taeil belum juga mendapatkan sambutan, pertanyaan yang sama mengenai Taeil dia lontarkan kepada pengunjung lain, namun kebanyakan pengunjung di sana menggelengkan kepala dengan mimik wajah bingung. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, bersamaan dengan getaran hebat yang merambat ke seluruh tubuh. Pikiran Yoongi seketika kosong, menatap taman bermain itu dengan perasaan berkecamuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
FanfictionDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...