Jennie mengambil napas tenang yang sebenarnya ingin sekali memberikan satu pukulan keras di perut pria itu. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan nada malas seraya membuang wajah agar kemarahannya tidak menjadi-jadi ketika melihat wajah Ji Min.
Tidak ada balasan sejenak. Jennie berdecak malas ingin membuka suara lagi, tapi Ji Min cepat-cepat mendahului. "Habiskan satu malam denganku maka aku akan menutup semua kenyataan itu." Balas Ji Min membuat Jennie menoleh kaget.
"Tidak akan! Oh, ternyata kau selama ini menggangguku karena hal itu."
Ji Min menarik seulas senyum sinis, "sebenarnya bukan itu saja. Ada yang menarik perhatianku sejak pertama kali kita bertemu." Kemudian dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. "Aku akan memberikan apapun yang kau mau jika kau bersedia untuk satu malam itu." Lanjutnya.
"Selamanya tidak akan pernah, lebih baik kau menyewa jalang biasa. Aku sekarang tidak peduli. Mau kau ingin memberitahukan hal ini kepada Taehyung pun aku tidak akan memperdulikannya." Tuntas Jennie dengan hentakan pelan ia menjauh dari pria itu.
"Anak yang kau kandung itu sebenarnya anakku, Kim Jennie!"
Jennie mematung di tempat. Langkahnya terhenti seusai mendengar teriakan Ji Min tadi. Tidak, tidak mungkin. Bagaimana bisa? Pria itu pasti berbohong lagi. Jennie kembali berbalik, wajahnya kini sudah tidak ingin bermain-main lagi. Ia mendekati pria itu dalam waktu dekat. "Apa maksudmu! Ini adalah anak Taehyung! Jangan coba-coba untuk menipuku lagi!"
"Hah, malam itu sepertinya hanya aku yang mengingatnya. Kau pikir pertemuan kita hanya sebatas ketidaksengajaan? Itu awal mula dimana aku ingin mendekatimu! Karena aku sudah melakukan perbuatan bejat itu, jadi aku ingin bertanggung jawab!" Suara seriusnya membuat Jennie tidak bisa berkata-kata. Ji Min menatap balik Jennie dengan tatapan menusuk.
Kaki Jennie mundur beberapa langkah. Terlalu sulit untuk mencerna apa yang dikatakan tadi. Jadi, sebenarnya malam pertama yang harusnya ia lakukan pada Taehyung malah sudah ia lakukan pada Ji Min? Kapan? Di mana? Kenapa satu serpihan ingatan saja tidak pernah terlintas? Pikiran Jennie meributkan banyak pertanyaan. Pandangannya menjadi kosong ke bawah.
"Aku ingin mengucapkan semuanya padamu, tapi saat aku bertanya pada temanmu yang berponi itu, dia mengatakan kalau kau sedang menikah. Dan beberapa hari dari pernikahanmu, kau langsung hamil. Aku awalnya berfikir untuk tidak menganggumu lagi, tapi setelah mendengar kabar tentang kehamilanmu, di situlah aku berfikiran egois." Ji Min memberikan jeda untuk melanjutkan kembali perkataannya. "Coba kau pikir sendiri, apa masuk akal jika baru saja berhubungan akan langsung diberikan titisan? Ya, kecelakaan antara aku dan kau itu sudah lumayan lama, mungkin saat kau baru lulus Sma."
"Hentikan! Kau berbicara omong kosong lagi!" Mata Jennie berkaca-kaca, mendongak menatap tajam pemilik nama Ji Min itu tanpa ragu.
"Aku sudah memberitahunya bukan. Kita bisa lakukan tes kalau kau mau, biar kau tahu siapa ayah dari benih yang sedang tumbuh diperutmu itu."
Gigi Jennie menggertak kesal. "Aku tidak peduli! Bagiku ini adalah benih dari seorang Kim Taehyung! Bukan benih dari pria berengsek seperti kau! Mulai sekarang, jangan coba-coba untuk muncul di hadapanku lagi!" Setelah mengatakan itu semua dengan napas tersenggal-senggal, Jennie berlari kali ini benar-benar menghindari Ji Min.
Pria bertopi hitam itu menatapnya lekat. Terpintas perasaan bersalah yang selama ini tidak pernah dia rasakan. Mendengar wanita itu sudah bercerai dengan Kim Taehyung, sedikit perasaan senang dan lega tiba-tiba muncul merasukinya, ada celah yang bisa dia gunakan untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Dan celah itu harus bisa dia gunakan secepat mungkin.
❁ConneCtion❁
"Ada apa? Kenapa raut wajahmu pucat begitu? Apa tadi ada pria yang mengganggumu di jalan? Sudah kubilang kan..." Belum sempat ucapan Lisa selesai, tubuh Jennie merosot jatuh ke lantai bersamaan dengan barang belanjaannya yang ikut terjatuh, lalu disusul tangisan yang pecah seketika. Lisa langsung cepat mendekat dan berjongkok di hadapan Jennie. "Hei hei, ada apa ini? Kau kenapa? Jangan membuatku cemas!" Lisa memegang kedua pipi Jennie, melihat wajah sahabatnya yang sudah bercampur aduk.
Bibir Jennie terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun wanita itu sepertinya masih belum bisa mengucapkannya saat ini. Lisa beralih menarik tubuh Jennie untuk masuk ke dalam pelukannya. "Tenanglah, ada aku di sini." Bisiknya tepat di telinga Jennie.
Perlahan tangisan Jennie mulai mereda, hingga beberapa menit baru bisa lenyap. Lisa merasakan tidak ada pergerakan dari Jennie. Setelah dilihat ternyata wanita itu sudah tertidur nyenyak. Mulutnya hanya bisa tersenyum. Dengan segala kekuatannya, Lisa menggendong tubuh Jennie untuk dipindahkan ke tempat yang seharusnya.
❁ConneCtion❁
"Ekhm." Jennie melenguh pelan saat cahaya mentari berhasil masuk ke dalam kamarnya. Begitu mengganggu, hingga mengharuskannya untuk bangun. Ingatannya mengenai kejadian semalam tiba-tiba terputar. Jennie terdiam di atas kasur. Ia mulai meragukan Taehyung sebagai ayah dari anaknya setelah mendengar ucapan Ji Min tadi, tapi bisa saja kalau pria itu berbohong.
Klek. Pintu kamarnya terbuka, membuyarkan pikirannya. Lisa masuk tanpa izin sembari membawa sarapan yang sudah disediakan. "Kau sudah bangun? Ini sarapan untukmu, aku harus pergi bekerja setelah ini." Lisa menaruh nampan bawaannya di atas nakas sebelah kasur Jennie.
Jennie masih tidak menyahut. Lisa tersenyum mengerti. "Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, tapi untuk saat ini sepertinya tidak bisa, aku harus pergi berangkat kerja." Ucapnya lagi, Jennie masih tidak bereaksi.
Kenapa dengan sahabatnya itu? Ah, sayangnya dia harus segera pergi. "Kalau begitu... aku pergi dulu, jadilah penjaga yang baik ya."
Kali ini Jennie melihatnya, hanya untuk memberikan senyuman tipis, Lisa membalas sebelum benar-benar pergi.
Jennie kembali fokus pada pemikirannya. Tidak boleh, ia tidak boleh percaya begitu saja, Ji Min bisa saja berbohong. Kalau pria itu benar, di mana buktinya? Tes? Baiklah, ia akan melakukan tes nanti.
Kalau ucapan Ji Min benar, maka tidak ada cara lagi untuk menolaknya. Tapi kalau itu salah, ia akan mempertegas setiap ucapannya. Untuk saat ini mungkin lebih baiknya ia tidak bercerita pada Lisa, itu hanya akan memberatkannya saja.
❁ConneCtion❁
"Em, anu... saya ingin mengatakan sesuatu tentang Nyonya muda."
Taehyung menjatuhkan penanya, memandangi wajah karyawannya yang mempunyai tag name Kim Seunbin. Nyonya muda? Ah iya, siapa lagi kalau bukan Jennie. Seunbin selalu memanggilnya itu. "Katakan." Ucapnya dingin sembari melepas kaca mata yang sejak tadi dia pakai.
"Nyonya muda pergi ke New York bersama pria bernama Park Ji Min dan temannya Lalisa. Mereka diketahui menggunakan pesawat yang sama. Sedangkan waktu penerbangannya yaitu kemarin di pagi hari, kemungkinan mereka sampai di kota New York pada sore hari." Seunbin sudah menyelesaikan tugasnya, kini menunggu reaksi dari atasannya yang masih berdiam di kursi.
Alis Taehyung mengernyit kesal, bibirnya tersenyum kecil. "Sudah kuduga, Ji Min tidak akan membiarkan kekasihnya sendirian di New York sana."
*
*
*
To be continued...
Thank you buat kalian yang udah mampir baca.• 22 Mar 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
FanfictionDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...