12. Plot twist

1.7K 143 11
                                        

Mengingat kembali ke masa lalu Jennie. Suatu kejadian yang tidak sengaja dilakukan, dan berhasil perlahan dilupakan, hanya menyisakan bekas yang tidak bisa dihilangkan ataupun diubah.

Beberapa tahun yang lalu. Lebih tepatnya saat Jennie baru saja lulus dari Sma. Puluhan siswa bersuka ria di lapangan sekolah. Mereka merayakan kelulusan dengan cara masing-masing. Jennie terlihat masih duduk di kursi kelas, tidak berniat untuk ikut gabung ke dalam keributan yang sedang terjadi. Setelah ini ia berencana untuk melanjutkan pendidikannya, tapi itu agak sulit karena uang yang ia punya masih belum cukup.

Seseorang datang, menghampiri lalu duduk di mejanya tanpa izin. Jennie mendongak sedikit, Lisa tersenyum seperti biasa dengan permen karet yang menyibukkan mulutnya. Pasti temannya itu merasa bosan, makanya ke sini.

"Wae? Kau tidak gabung bersama mereka?" tanya Lisa basa-basi.

"Ada hal yang harus aku fokuskan setelah ini, kau saja yang gabung." Jennie mengemasi seluruh barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas. Dia harus pulang untuk menyusun rencana. Keributan di luar kelas sangat mengganggu konsentrasinya, satu per satu guru sudah lelah mengingatkan jadi dibiarkan ribut seperti itu.

Lisa turun dari meja saat Jennie mulai berdiri dari kursi. "Hei, nanti malam si Jisso mengadakan pesta di salah satu bar yang terkenal di sini, kau ikut ya? Pasti sangat menyenangkan kalau kau ikut." Bujuk Lisa menyusul langkah Jennie dari samping setelah bergerak cepat mengambil tasnya.

"Buang-buang waktu, aku tidak bisa." Tolak cepat Jennie. Jisso, ia tahu kalau gadis itu selalu suka berfoya-foya padahal tahun ini nilai kelulusannya buruk. Namun karena dia adalah anak dari salah satu guru yang paling berpengaruh di kota, maka bisa-bisanya dia diluluskan begitu saja. Memang dia orangnya ramah, tapi lama-kelamaan keramahannya itu ada maunya.

Semenjak kejadian tugas kelompok itu, Jennie menjauhi Jisso. Gadis itu berpesta-pesta bersama temannya sementara tugas kelompok yang sudah ditentukan guru diserahkan begitu saja pada Jennie. Saat itu juga Jennie tahu, kalau tidak semua anak dari orang terpandang memiliki atitude yang baik. Menyebalkan. Pokoknya gadis bernama Jisso itu adalah orang pertama yang harus dihindari dalam keadaan apapun. Dia egois, tapi sikapnya itu berhasil ditutupi dengan parasnya yang cantik.

"Ayolah, kali ini saja, aku ingin sekali ikut karena sunbae yang aku bicarakan itu juga katanya akan datang." Pinta Lisa masih berusaha membujuk.

Jennie tidak menghiraukan. Pandangannya tidak sengaja melihat sosok pria yang tiba-tiba tersenyum kikuk dari kejauhan. Siapa? ia terus menatap ke arah pria itu. Senyuman kotak dengan tingkah yang agak konyol itu membuat Jennie tertarik. Ia baru melihatnya. Dia pasti bukan siswa sini.

"Oh itu, Taehyung sunbaenim, dia angkatan kemarin. Ya, kalau tidak salah seangkatan dengan sunbae yang aku maksud. Dia katanya diundang juga ke pesta Jisso." Lisa berbisik seolah mengetahui isi pikiran Jennie.

"Mwo? Lalu urusannya denganku apa? Aku tidak peduli." Jennie memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seragam yang masih rapih ia kenakan. Lisa mendesah kecewa, tapi tidak lama karena pria yang bernama Taehyung itu benar-benar mendekati Jennie.

"Pria itu tadi sedang mengobrol dengan Jisso, pasti mereka mempunyai hubung..." Akh! Jennie mundur beberapa langkah, kening dan hidungnya terasa sakit setelah menabrak sesuatu tadi. Cepat-cepat ia mendongak, ingin merutuki si penghalang jalan itu, tapi malah wajahnya memerah tidak sengaja.

Taehyung tersenyum kikuk lagi. Kali ini sembari menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal. "Mianhae, aku tidak berniat menabrakmu, kukira kau tahu kalau aku sedang berdiri di hadapanmu." Ucapnya. Jennie membeku, kenapa ini? Perasaan apa ini? Tidak mungkin. "Aku Kim Taehyung, salam kenal, kau pasti Kim Jennie bukan?"

"A-ah, ya!" Jennie membalas uluran tangan itu dengan cepat, tingkahnya yang tiba-tiba berubah ini membuat Lisa cekikikan pelan di belakang. "Salam kenal, sunbaenim." Sambungnya, menundukkan wajahnya yang mungkin sudah terlihat memalukan.

"Sunbaenim? Ayolah, aku ini sudah tidak sekolah, berhenti memanggilku dengan nama itu lagi." Taehyung melepas genggaman tangannya. Melihat ekpresi Jennie membuatnya ikut salting. Apa dia terlihat aneh ya?

"Ah, nee."

"Oppa! Apa kau bisa membujuk Jennie untuk ikut ke pesta Jisso nanti malam. Dia tidak mau ikut." Celetuk Lisa membuat Jennie melemparkan tatapan tajam secara diam-diam.

"Oh, kau tidak ikut? Kenapa?"

"Aku ada urusan lain, lagipula pesta itu hanya buang-buang waktu saja."

"Coba kau pergi saja dulu, kalau memang tidak suka aku bisa mengantarmu pulang, bagaimana? Sepertinya temanmu ini malah ingin sekali datang ke pesta itu." Taehyung melirik sekilas ke Lisa.

"Dasar Lisa!"

"Benar! Tapi aku tidak akan datang kalau Jennie juga tidak datang."

"Jadi bagaimana? Datang saja dulu, masalah suka atau tidak kau bisa tentukan nanti, aku ada di saja juga kalau kau minta antar pasti aku antarkan." Timpal Taehyung.

Jennie mengangguk akhirnya, "baiklah." Lalu berbalik menatap Lisa, "hanya malam ini."

❁ConneCtion❁

Canggung, risih dan malu. Inilah alasan ia tidak suka berada di bar. Bau minuman sangat menyengat, lampu agak redup, suasana ini adalah suasana yang paling tidak Jennie sukai.

Semenjak ia datang, ia memisahkan diri dari kerumunan, Lisa sudah pergi entah kemana dan yang paling menyebalkan adalah ternyata pria bernama Taehyung itu tidak jadi datang ke sini. Tadi ia sudah membulatkan niatnya untuk langsung pulang, tapi Lisa membujuknya untuk tetap di sini beberapa menit lagi sampai dia berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Jennie mengabulkannya. Hanya beberapa menit, tenang saja, ia juga memakai jam tangan jadi tahu kapan harus pulang.

"Sendirian saja? Tidak ingin bergabung?" Wah coba lihat siapa yang datang ini, Jisso. Gadis itu membawa dua gelas yang berisi minuman berbeda. Salah satunya diserahkan untuk Jennie namun Jennie cepat-cepat menolak.

"Aku tidak suka minum, sebentar lagi juga aku akan pulang." Tolak Jennie mengalihkan pandangannya dari Jisso, berharap Lisa datang saat ini juga.

Jisso mengernyit bingung, "eh? Kok pulang? Secepat itu? Padahal kan kita baru saja mulai. Oh iya, minuman ini tidak akan membuatmu mabuk, aku tahu kau tidak suka minum." Jisso tetap menyodorkan gelas itu, mau tak mau Jennie menerimanya dengan ragu. Kelihatannya sih memang bukan seperti minuman lain yang bisa membuat mabuk.

"Aku ada urusan mendadak," Jennie ikut meminum sedikit isi gelasnya saat Jisso sudah melakukan itu terlebih dahulu.

Jisso tersenyum miring. Masuk jebakan. Tatapannya penuh kemenangan saat melihat Jennie sudah meminum air yang dibawanya. "Suruh siapa kau menyela obrolanku dengan Taehyung tadi, sekarang tau akibatnya."

Sementara itu Jennie merasakan ada masalah ditubuhnya. Hawa menjadi semakin panas. Dan tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Apa ini? Apa dia demam?

"Kau kenapa Jennie? Badanmu panas ya? Ayo ikut aku ke tempat istirahat, aku akan beritahu Lisa juga kalau kau tiba-tiba demam." Jisso menarik pergelangan tangan Jennie, Jennie hanya bisa mengikutinya seperti boneka.

Pikirannya mulai berkabut. Jennie tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, kenapa ini? Kalau demam tidak mungkin sampai seperti ini. Ia yakin kalau Jisso sedang membawanya ke sebuah ruangan yang agak jauh dari keramaian, suara bising dan bau minuman mulai mereda. Jennie memejamkan mata sejenak tepat saat tubuhnya dibaringkan ke sebuah kasur nyaman berwarna putih yang seperti awan dipikirannya. Ia total tidak sadarkan diri.

Yang sebenarnya terjadi adalah, Jisso mencampurkan obat perangsang dan bius ke dalam minuman Jennie dengan sengaja. Lalu menawarkan tubuh Jennie ke pemilik bar dengan bayaran lumayan.

*
*
*
To be continued...

Sorry for typo.

Double up, hiks...


29 Mar 2022

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang