10. Mengejar

1.3K 148 12
                                        

"Dia pasti ada disekitar sini, pria berengsek itu tidak akan pernah berhenti mengikutiku sebelum aku menunjukkan bukti-bukti kalau anak yang kukandung bukanlah anaknya." Tangan Jennie terkepal, mengingat Ji Min membuat emosinya tersulut. Kakinya masih terus melangkah di pinggir jalan yang sedang ramai. Tujuannya saat ini adalah mencari tempat yang cocok untuk membuka usahanya.

9 bulan kurang, lihat saja, jika anaknya sudah lahir ia akan menyumpal mulut Ji Min dengan kenyataan bahwa anak itu adalah anaknya Kim Taehyung. Sementara masa lalu yang sudah ia lakukan dengan Ji Min, biarkan saja terlewat, lagipula ia sudah tidak memperdulikannya. Yang terpenting masa yang akan mendatang. Ia sangat yakin kalau anak yang sedang dikandungnya itu adalah benih dari Taehyung, bukan Ji Min. Kalau saja Lisa tahu, mungkin wanita itu juga akan berpikiran yang sama.

"Daripada kau pusing-pusing memikirkan ayah dari anak yang sedang kau kandung itu, lebih baik kau menimbang permintaanku kemarin malam." Celetuk seseorang yang sudah dipastikan siapa pelakunya. Jennie tetap melanjutkan jalannya seolah tidak mendengar apapun. "Aku hanya ingin memastikan, apa kau benar gadis Sma yang dulu pernah aku tiduri."

"Diam! Sudah kubilang bukan, menjauh dariku! Aku akan melakukan tes setelah anak ini lahir dan menyumpal mulut omong kosongmu itu."

Ji Min tertawa kecil dari belakang. "Aku hanya ingin memberitahu kalau tidak lama lagi mantan suamimu itu akan menikah dengan seorang wanita yang sepertinya kau kenal."

"Siapa?"

"Em, Han Jisso. Kau mengenalnya?"

Lagi-lagi perkataan Ji Min membuat tubuhnya menegang. Jisso, wanita cantik yang merupakan teman dekatnya sewaktu Sma itu ternyata adalah wanita yang dimaksud Taehyung. Bisa-bisanya. Padahal hubungannya dengan Jisso terbilang cukup akrab, bahkan Lisa juga mengenalnya!

Jennie mempercepat jalannya, hampir berlari menuju jalan yang membawanya pulang kembali ke apartemen. Sementara Ji Min tidak tahu kalau Lisa sedang berdiri tepat di belakangnya.

Jadi itu alasan Jennie menangis, karena Ji Min terus mengganggunya. Lisa menarik pundak Ji Min membuat pria itu berbalik menatapnya dengan paksa lalu memberikan satu pukulan keras tepat di rahang kirinya. "Berhenti mengganggu Jennie! Kau bukanlah siapa-siapanya!"

"Bukan siapa-siapanya? Aku adalah ayah dari anaknya yang akan lahir nanti."

Lisa langsung tidak percaya. Bibirnya tersenyum sinis. "Kebohongan yang sangat jelas. Kau masih orang lain bagi Jennie, tetaplah di batas sewarnya, atau kalau tidak aku melapor dengan tuduhan penguntitan." Ancam Lisa setelah memberikan tatapan peringatan pada Ji Min dia berlalu pergi.

Melapor? Ternyata temannya itu merepotkan. Ji Min mengepal kedua tangannya. "Aku yakin kalau dia adalah anakku."

❁ConneCtion❁

Berbekal laptop yang ditemukan di kamar Lisa, Jennie mencari lokasi yang cocok untuk dijadikan tempat usahanya. Sejak tadi kerjaannya hanya menangis, buang-buang waktu saja, untungnya ia segera sadar dan menenangkan suasana hatinya.

Tanpa terasa jarum jam saat ini menunjukkan pukul 05:36 sore. Jennie sudah dua jam lebih bermain dengan laptop Lisa. Beberapa tempat sudah ditandai serta ditulis dibuku miliknya untuk ia datangi besok. Tubuhnya terasa lelah, ia meregangkan sejenak. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, kemudian beberapa saat dilanjut dengan kehadiran sosok Lisa yang langsung tersenyum lebar.

"Sedang apa di dapur? Mempelajari masakan?" tanyanya, meskipun dia tahu kalau Jennie meminjam laptop miliknya tanpa izin.

Jennie menggeleng, "kau masih ingat omonganku tentang toko roti itu? Aku ingin mewujudkan!"

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang