Pukul 05:33 pagi.
Jennie mengangkat kepalanya, memandang jam dinding yang sudah menunjukkan waktu ingin pagi. Semalaman ia tidak bisa tidur karena kepikiran ucapan Taehyung. Ucapan Taehyung masih berputar-putar dikepalanya seolah menghantui dirinya secara tidak langsung. Kantong mata terlihat jelas di bawah matanya. Penampilannya berantakan. Ia melenguh sedih sembari memalingkan perhatiannya ke arah jendela.
Kenapa cepat sekali masalah datang dikehidupannya. Padahal ia baru saja menikah dengan pria itu. Apa Tuhan memang tidak mengizinkannya untuk merasakan kebahagiaan di dunia ini. Ia kira setelah ia menikah maka kehidupannya akan berubah, tidak ada masalah lagi, hanya tinggal kebahagiaan yang akan terus datang. Tapi ternyata itu salah.
Jennie membenamkan kembali wajahnya diantara kedua lutut yang sudah ditekuk. Tangannya memeluk kedua kaki, ia menangis kecil sebagai pelampiasan, beberapa menit saja, biarkan ia menangis lagi sebelum menghadapi Taehyung nanti. Di hadapan pria itu, ia harus terlihat kuat. Tidak boleh ada air mata yang keluar.
Pintu kamar terdengar seperti ada yang membuka. Jennie mengangkat wajahnya antusias. Bola matanya membesar saat pandangan mereka bertubrukan. Taehyung memasang wajah datar. Dia memutuskan kontak mata dan berlalu begitu saja ke dalam kamar mandi.
Tidak ada yang berbicara. Tidak ada satu patah kata pun keluar dari mulut mereka. Jennie menunduk sedih, rasanya menyakitkan, padahal ia sudah benar-benar mencintai pria itu. Tubuhnya sangat rapuh saat ia menikmati waktunya sendiri tanpa orang lain, tapi ketika ia bersama orang lain, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat kuat.
Beberapa saat kemudian. Lamunannya pecah saat Taehyung melempar kimono mandi ke arahnya. Ia mengangkat kepalanya, memandangi Taehyung yang sedang telanjang dada memasang wajah serius. Pria itu memakai handuk sedang yang hanya menutupi area pentingnya saja.
"Jangan drama. Cepat mandi dan buatkan aku sarapan." Taehyung berjalan menuju walk in closed setelah mengatakan itu.
Jennie terdiam. Ia meraih kimono mandi itu. Suara Taehyung tadi terdengar menyeramkan. Ia memakai kimono itu lalu segera membersihkan diri setelahnya melakukan kegiatan yang diperintahkan Taehyung.
❁ConneCtion❁
"Kau kenapa? Seharusnya kau bahagia." Lisa —gadis dengan rambut pendek setengkuk itu menghentikan gerakan tangan Jennie yang sedang mengaduk-aduk gelas berisi minuman menggunakan sedotan. Sendari tadi dia hanya mendapati raut wajah sedih Jennie, wanita itu tidak mengatakan apapun sejak pertemuan mereka di cafè sekarang. "Taehyung mengatakan sesuatu padamu? Katakan saja, aku akan mendengarkan semuanya."
Lisa dapat melihat kalau Jennie sedang menghela napas sembari terus menunduk. Ada yang aneh hari ini, Jennie bertingkah tidak seperti biasanya. Wanita di hadapannya itu mengangkat wajah. Dia sedikit terkejut karena melihat mata Jennie yang sudah hampir mirip dengan panda. Dia semakin cemas.
"Taehyung bilang kalau aku pernah berhubungan dengan pria lain sebelum bersamanya. Padahal kau tahu sendiri, pacar pertamaku hanya Taehyung. Tidak ada lain. Kenapa dia bisa setega itu mengatakannya." Sendu Jennie berusaha tidak berkaca-kaca di hadapan Lisa.
Lisa hampir tidak mempercayai ucapan Jennie. Dia segera beranjak dari kursinya kemudian beralih duduk di samping Jennie. Tangannya terangkat mengelus pundak belakang wanita di sampingnya, dia tahu kalau Jennie mempunyai sikap yang seperti apa. "Bagaimana bisa? Mungkin Taehyung hanya keliru, nanti juga dia akan menyadarinya." Dia mencoba untuk menenangkan suasana hati temannya.
Tidak ada balasan. Jennie semakin erat meremat ujung rok yang sedang dipakai. "Tapi dia berbicara sangat serius seolah semua yang ia katakan sudah dipastikan benar. Aku takut. Taehyungku sudah berubah." Cicit Jennie pelan. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena suara lemah dan sedihnya.
"Bicarakan baik-baik dengannya, pasti semuanya akan menjadi normal seperti biasa. Kau tidak boleh lemah Jennie! Ini masih permulaan." Lisa memberikan semangat dengan menggenggam kedua tangan Jennie. Jennie selalu ada saat dia membutuhkan, jadi saat ini, dia harus bisa membalasnya.
Jennie mengangkat kepalanya. Perkataan Lisa memang ada benarnya, ia terlalu lemah sampai masalah kecil dibesar-besarkan. Seharusnya tadi ia membicarakannya dengan Taehyung agar masalah ini cepat selesai.
"Kau benar. Aku akan mencobanya."
❁ConneCtion❁
Jennie mondar-mandir di ruang tamu. Sesekali menatap pintu yang belum juga ada yang membuka. Di mana Taehyung sekarang? Seharusnya dia sudah pulang dari kantornya. Tanpa sengaja ia menggigit bibir bawahnya pelan.
Senja sudah lewat, kini beranjak akan ke malam. Biasanya Taehyung sudah pulang sebelum malam tiba, tapi hari ini berbeda. Jika lembur, kenapa dia tidak memberitahunya? Semua usaha sudah Jennie lakukan, termasuk mencoba menghubunginya lewat ponsel dan mengirimkan beberapa pesan. Hasilnya tetap sama, tidak ada tanggapan ataupun balasan. Semuanya seakan membuat bertambah Jennie cemas.
Ia mencoba mengingat daftar nama teman dekat Taehyung. Barangkali saja mereka mengetahui keberadaan Taehyung. Sebelum ia berjalan menuju mobil untuk menghampiri satu per satu rumah teman Taehyung, ponselnya berbunyi dari dalam salah satu saku coat yang tengah dipakai. Ia segera mengambil ponselnya, berharap kalau Taehyung-lah yang berusaha melakukan panggilan suara.
Jeon Jungkook, ternyata nama kontak itu yang terlihat dilayar ponselnya. Bahunya merosot pelan. Tapi mungkin saja Jungkook mengetahui keberadaan Taehyung, karena pria itu adalah teman dekat Taehyung sejak Sma. Jennie membalas panggilan suara itu. Telinganya dapat mendengar suara ricuh yang tidak jelas dari seberang sana.
"Hei, Nuna." Suara Jungkook baru dapat Jennie dengar. Suaranya terdengar seperti orang yang sedang panik.
"Berhenti memanggilku Nuna bodoh! Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Taehyung! Aku melihatnya! Dia sedang berpesta di bawah lampu disco. Dia tampak sangat frustasi, dan ditemani dengan dua wanita malam." Ujar Jungkook berusaha untuk terdengar jelas. "Kumohon Nuna, jemput dia sekarang juga sebelum dia menghabiskan malamnya bersama wanita penyakitan di sekitar sini. Aku tadi berusaha membujuknya untuk pergi, tapi dia menolak, malah aku dikerumuni wanita penyakitan yang tidak jelas. Kau tahu bukan, aku alergi wanita murahan! Ppali, aku hanya bisa mengawasi Taehyung dari kejauhan."
Tutt. Jennie masih mematung walaupun Jungkook sudah memutuskan panggilan suaranya. Beberapa detik kemudian, ia berlari menuju mobil. Ia tidak memperdulikan apapun. Yang terpenting, Taehyung harus ia bawa jemput.
Diperjalanan, Jungkook memberitahu di mana keberadaan Taehyung. Jennie menginjak gas, menuju tempat yang dituju. Semoga saja Taehyung mendengarkannya.
❁ConneCtion❁
Jungkook mengangkat tangannya tinggi-tinggi saat pandangannya berpapasan dengan Jennie. Jennie berlari kecil menghampirinya, sejenak ia menormalkan deru napasnya dahulu sebelum bertanya tentang Taehyung. "Di mana Taehyung?" tanya Jennie ketika napasnya mulai tenang.
"Tenang saja. Dia masih ada di dalam bersama Yoongi. Cepat susul dia sebelum Yoongi membuatnya tidak sadarkan diri."
Jennie melepas coat-nya yang kemudian diberikan pada Jungkook. "Kau tidak bilang ada Yoongi di sini. Pegang ini, aku akan kembali lagi bersama Taehyung." Ucapnya lalu berlari memasuki tempat yang dimaksud Jungkook.
Pandangan Jungkook terus menatap Jennie. Bibirnya tersenyum penuh arti. "Taehyung, kau seharusnya bersyukur mendapatkan dia. Coba saja aku yang menemukannya terlebih dahulu sebelum kau." Dia memegang erat coat milik Jennie. Kakinya sudah merasakan pegal, dia memutuskan untuk duduk di kursi yang berdekatan dengan mobil Jennie.
*
*
*To be continued...
• 15 Jan 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
Fiksi PenggemarDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...