20. Keinginan Taeil

570 58 11
                                    

Seusai mengeringkan rambutnya. Jennie beranjak keluar, mencari keberadaan putranya. Beberapa anak tangga sudah ia lalui. Serpihan ingatan masa lalu ikut datang silih berganti, membuat perasaannya berkecamuk kalut.

Jennie menguatkan diri, hanya beberapa hari saja, maka ia tidak akan lagi melihat semua ini.

Hingga dirinya sampai di depan pintu berpegangan silver. Dia termenung, sayup-sayup mendengar suara Taeil yang sedang kegirangan dari dalam. Tangannya terangkat, mengetuk dengan pasti beberapa kali sampai akhirnya pintu itu terbuka dengan cepat.

"Momy!" Taeil berteriak girang.

Deg, jantungnya terasa sesak. Kamar itu tidak ada yang berubah. Benar-benar tidak ada yang berubah. Jennie melihat betul kasur beserta selimut itu, semua masih sama, membuat tubuhnya goyah untuk sesaat.

Mungkin Taehyung menyukai seleranya.

"Ada apa?" Suara berat itu menyadarkan Jennie akan posisinya.

Jennie mendongak, bertabrakan dengan manik mata pria itu yang masih sama menatapnya dengan datar. "Hu-hujan sudah reda, aku ingin pamit bersama Taeil." Ucapnya yang berhasil lolos dengan benar.

Pandangan pria itu tertuju ke jendela yang berjarak tidak jauh. Menyadari kalau ucapan Jennie memang benar. Dia kembali masuk ke dalam, mengangkat Taeil dari kasurnya untuk diserahkan pada Jennie.

"Aku akan mengantar kalian, tunggulah di bawah."

Jennie mengambil Taeil yang kelihatan tidak senang, "baiklah." Lalu segera pergi dari hadapan Taehyung.

Taehyung menunduk lemas. Entah perasaan apa yang sedang dia rasakan, yang jelas melihat sikap Jennie sekarang membuatnya tidak bersemangat. Padahal dia ingin perlahan mengambil perhatian wanita itu kembali. Walau kesannya egois.

❁ConneCtion❁

"Tapi Taeil ingin tidur dengan Paman!"

Jennie kaget, jelas, apalagi pria yang sedang menyetir di depan sana. Alih-alih ingin mengobrol, Taeil justru mengamuk karena dipaksa pulang. Jennie berusaha menenangkan dengan menawarkan macam-macam hal yang disukai Taeil. Tapi hasilnya, anak itu tetap merengek.

"Taeil sayang, nanti kita main ke taman lagi mau? Nanti Momy belikan ice cream dan balon, katanya besok ramai loh." Bujuk Jennie, sementara Taeil mencak-mencak tidak mau diam.

"Tidak mau!" Dilanjut dengan tangisan yang benar-benar membuat Jennie tidak tahan melihatnya.

"Paman akan sibuk Taeil, dia harus kerja, makan, mandi, pokoknya sibuk. Taeil ga boleh gini."

"Tapi Taeil tidak ganggu, Taeil ingin main di rumah Paman!"

Taehyung yang daritadi diam-diam memerhatikan lewat kaca akhirnya buka suara, "baiklah baiklah, syaratnya jangan merengek, anak laki-laki tidak boleh merengek seperti itu."

Jennie melirik kaget, Taeil langsung diam menyeka ingusnya. "Beneran boleh Paman?"

"Iya, boleh."

Taeil cengar-cengir gembira.

"Tapi-"

"Kita bicarakan nanti saja." Taehyung memotong ucapan Jennie.

Jennie ikut diam. Kalau Taeil menginap, maka dirinya juga akan ikut? Benar kan? Kalau memang begitu, maka bisa bahaya. Sebentar saja di rumah itu membuat perasaannya berantakan, apalagi sampai menginap. Tapi jika dilihat, kenapa Taehyung bisa sesantai itu?

❁ConneCtion❁

Jennie mengetik pin apartemennya, setelah terbuka ia kembali berbalik, menatap erat Taeil yang sedang di bergandengan tangan dengan Taehyung.

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang