Untuk mempercepat semuanya, mari kita lanjut ke 6 tahun kemudian.
Pintu terbuka. Jennie tersenyum ramah hendak melihat ke arah pelanggan yang baru saja masuk. Tapi melihat sosok pria itu membuat senyumannya luntur, digantikan dengan suara detak jantungnya yang tiba-tiba memompa lebih cepat. Ia segera bersembunyi di balik lemari yang berisi barang pajangan.
"Kalau ingin sembunyi setidaknya cari tempat yang cocok."
Suara itu sudah lama tidak ia dengar. Rindu, sedikit terasa dihatinya. Mantan suaminya itu datang ke tokonya saat suasana sedang sepi. Bahkan Lisa sedang tidak ada. Bagaimana ini?
Perlahan Jennie keluar dari persembunyian. Menatap balik mantan suaminya dengan tatapan datar. Sebaliknya pria itu juga sedang menatapnya dengan dingin. Hening sejenak.
"Ada apa?" Akhirnya pertanyaan itu berhasil keluar dari mulutnya tanpa nada getar. Kedua tangan Jennie saling berpegangan. Tidak bisa ia pungkiri kalau ia masih memiliki perasaan untuk pria yang sudah menceraikannya ini.
"Eomma ingin bertemu denganmu."
Jadi dia jauh-jauh ke sini hanya untuk memberitahu tentang itu? Jennie tersenyum tipis, harapannya terlalu besar. Ia memalingkan wajah dari pria itu. "Lalu? Aku tidak bisa pergi dari sini." Jennie berusaha menjaga sikap, jangan sampai ia berlebihan.
Pria itu terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Memasang wajah tidak peduli, tapi sejenak dia memperhatikan toko roti milik Jennie. Menarik. Sepertinya wanita itu hidup dengan sangat baik di sini. Pasti pria itu yang sudah menjaminnya. "Kenapa? Kau takut ketahuan Ji Min?" Dia ingin melihat wajah datar wanita itu, wajah yang selalu menentang ucapannya mengenai Ji Min.
Sedikit tersentak, Jennie mendongak, menatap kembali manik tajam pria itu dengan tatapan tegasnya. Ia menarik sudut bibirnya, membuat senyuman sinis sebelum menjawab. "Sayangnya bukan. Maaf Tuan Kim, saya sedang sibuk sekarang, anda bisa pergi jika tidak ada sesuatu lagi yang harus diperbincangkan." Jennie berbalik ingin menjauh dari pria itu. Pria itu pasti mengerti ucapannya. Dan seharusnya segera pergi dari sini.
"Eomma masuk ke rumah sakit bulan kemarin, dia terkena kanker, satu-satunya nama yang selalu dia panggil adalah kau. Dia ingin aku membawamu saat mengunjunginya lagi."
Jennie terdiam sejenak. Posisinya membelakangi Taehyung, jadi pria itu tidak akan mengetahui raut wajahnya sekarang. Jae Hee, tentu saja ia tidak bisa melupakannya. Wanita itu sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri semenjak ia menikah dengan Taehyung. Ya, tentu saja ia sedih ketika mendengar wanita itu terkena kanker. Tapi di sisi lain juga ia tidak bisa pergi begitu saja dari New York.
"Aku tidak bisa. Aku sedang sibuk di sini." Keputusan yang berat. Mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa pergi ke Korea, pasti banyak masalah yang sedang menunggu di sana. Terlebih, besar kemungkinan ia akan bertemu dengan Ji Min.
Pintu toko terbuka lagi, dua kali. Di susul dengan suara cepat langkah kaki dan panggilan dari seorang anak kecil.
"Momy!"
Mau Taehyung ataupun Jennie saling menengok ke sumber suara. Terlihat Lisa dengan wajah syoknya masih berdiri di dekat pintu sedangkan seorang anak laki-laki berumur 5 tahun tengah berlari kecil menghampiri Jennie.
"Taeil, kau sudah pulang?" Jennie menekuk lututnya lalu membentangkan kedua tangannya, di sambut hangat oleh anak bernama Kim Taeil itu. Tangan Jennie mengelus lembut surai Taeil, sementara Taeil masih enggan melepas pelukannya.
Tubuh Taehyung terdiam. Dia syok berat mengetahui Jennie yang sudah memiliki anak. Pikirannya masih mengira sebaliknya. Tubuhnya membeku di tempat dengan tatapan melebar tidak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
FanfictionDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...