29. One more step

431 40 16
                                    

Matahari sudah hampir berada di atas kepala. Namun Taehyung belum juga mendapatkan hasil. Dia masih berada di dalam mobil pinjamannya, menyusuri setiap jalan di kota itu dengan harapan akan bertemu dengan mobil kemarin.

Melihat jam akan memasuki siang hampir membuatnya putus asa. Taehyung menepikan mobilnya sebentar. Tubuhnya menjadi lemas, ditambah ia belum memakan apapun sejak pagi. Ia mengambil benda pipih yang ada di belakang, tepat di mana coat-nya berada. Ponselnya hanya menampilkan nama kontak Jennie, ia menghela napas panjang. Namun saat hendak menaruh benda itu lagi, tiba-tiba deringannya menarik perhatian. Kali ini bukan Jennie yang menelpon, melainkan nomor yang tidak dikenal.

Taehyung segera menjawabnya, suara dari si pemanggil terdengar berisik seolah sedang berada di tempat umum. "Yeoboseo?" Taehyung bertanya.

Tidak ada yang menjawab, hanya suara berisik dari lalu lintas. Taehyung mengernyit bingung. Apa salah panggil? Pikirnya. Ia ingin mematikan panggilan itu namun suara seorang pria terdengar samar-samar.

"Hallo, apa benar ini dengan saudara Kim Taehyung?"

Suara petugas polisi. "Ya benar, dengan saya sendiri."

"Begini, plat mobil kemarin yang anda laporkan sudah kami proses. Kami melihat pergerakan dari mobil itu pagi ini dan sepertinya mobil itu akan menuju ke salah satu bandara terdekat."

Bandara? Mata Taehyung langsung membola kaget, tanpa mendengar perkataan selanjutnya, Taehyung melajukan kembali mobilnya. Kali ini dengan kecepatan yang dua kali lebih cepat dari peraturan. Ia melempar ponselnya ke belakang dengan panggilan yang masih tersambung.

Taehyung khawatir, pikirannya seakan menerka-nerka rencana yang akan dilakukan oleh penculik Taeil itu. Jika dipikir sekali lagi, kemungkinan besar bahwa yang menculik Taeil adalah benar dari orang terdekat, yang tidak meminta uang ataupun jaminan sama sekali, melainkan sesuatu yang lain dari itu semua.

Kali ini, ia tidak boleh sampai telat.

Tujuannya adalah bandara terdekat. Walau mungkin bandara itu bukanlah bandara yang dimaksud, tapi ia akan memeriksa semua bandara yang ada. Taeil harus bisa ia peluk hari ini.

❁ConneCtion❁

"Jika ada kesempatan, aku akan menjengukmu." Jisso menyerahkan tas besar pada Ji Min.

Dengan Taeil yang berada di belakang tubuh Ji Min serta Jisso yang terus di sisi, maka tidak heran kalau orang lain berpendapat kalau mereka adalah pasangan suami istri. Koper yang berukuran sedikit besar terlihat keluar dari bagasi setelah Ji Min bersusah payah mengeluarkannya. Ia menaruh tas pemberian Jisso tadi di atas koper lalu melempar pelan kunci mobil itu.

"Tidak perlu. Aku dan Taeil akan baik-baik saja."

Jisso menangkapnya dengan cemberut.

"Kembalikan mobil ini. Dan iya, apapun yang terjadi nanti, jangan beritahu siapapun." Sejenak Ji Min mendekatkan jarak, menajamkan nada terakhirnya untuk wanita itu. Anggukan nurut dari Jisso membuat dirinya merenggangkan jarak kembali.

Ji Min meraih tangan mungil Taeil, sementara tangannya yang lain membawa koper tadi. Ia melihat Taeil sebentar. Anak kecil itu diam, sedikit dari wajahnya tertutupi oleh boneka bawaan. Lama tidak ada respon akhirnya Taeil ikut menatap balik Ji Min. Taeil memasang wajah bingung, "kenapa, Paman?" tanyanya lugu.

Hal itu membuat bibir Ji Min terangkat. "Tidak apa, kau siap naik pesawat?"

"Em, siap, tapi bagaimana dengan Mommy?"

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang