13. Tidak sadar

917 86 2
                                        

Jennie melenguh pelan, tembakan cahaya mentari yang mengenai tepat dikelopak matanya membuat ia tidak nyaman dan langsung bangun. Kepalanya tiba-tiba pusing, seluruh tubuhnya terasa sangat lelah seperti habis melakukan pekerjaan yang sangat melelahkan sebelum tidur tadi, tidur? Mata Jennie merotasi ke seluruh ruangan, sangat asing di mata, di mana ini?

Dengan tenaga yang tersisa, Jennie menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Ada bercak darah yang tercipta dipermukaan kasur itu. Ada apa ini? Jennie berusaha bangkit untuk keluar dari ruangan itu. Pakaian yang sedang dikenakannya agak berantakan, tapi barang-barang yang ia bawa semalam masih lengkap di atas nakas. Jennie buru-buru keluar dari ruangan itu. Tidak memperdulikan keadaannya, dan nyeri yang mendera selangkangannya.

Percayalah, ia masih polos untuk urusan seperti itu.

Di sisi lain, pria yang sedang membersihkan diri di bawah shower mendengar sesuatu dari luar. Pria itu mengikat handuknya dipinggang sebelum berjalan keluar untuk memastikan. Dan ternyata gadis itu sudah tidak ada, uang yang diletakkan di atas nakas bersama barang miliknya juga masih ada. Ah, bodoh sekali, yang dia ingat hanyalah nama Jennie tanpa marga.

Merenggut malam pertama gadis itu membuatnya merasa bersalah. Dia bukan jalang pastinya, yang mudah ia bayar dengan uang sebagai balasan.

❁ConneCtion❁

Di salah satu kursi taman. Jennie mengangkat kedua kakinya, meringkuk, menangis dalam diam dengan wajah yang terbenam di antara kedua kaki. Penampilannya berantakan, ia asal-asalan saat memakai pakaian tadi, pikirannya hanya tertuju untuk kabur dari ruangan itu.

Udara dingin menusuk kulitnya. Ini pagi yang sepi, suara orang yang Jennie dengar juga tidak banyak, bahkan seingat dia taman ini tadi hanya di datangi oleh beberapa orang saja, kondisi yang sangat mendukung. Perih, namun yang Jennie pikirkan hanyalah masa depannya.

Kalau nanti pasangannya mengetahui kebenaran ini, apa dia akan kecewa? sial, pemikiran itu terus menakut-nakuti Jennie, membuat wanita itu hampir putus asa. Tidak, dia tidak kepikiran tentang seseorang yang menjadi dalang dari semua ini. Yang ada di pikiran Jennie hanyalah ketakutan dan kekhawatiran untuk masa depannya. Sering ia mendengar temennya pernah tidur bersama dengan seorang pria, dan ia memaklumkannya, tapi sekarang dirinya sendiri yang merasakan hal itu, namun dengan pria yang sama sekali tidak pernah ia kenal.

Jennie mengernyit sedih. Kejadian ini di luar dari pemikirannya. Ia terus menangis sendu, kadang suara tangisnya menarik perhatian orang yang berlalu lalang, namun mereka memilih untuk diam dan tidak mengusik Jennie sedikit pun.

"Eomma, Appa... putrimu ini malang sekali." Jennie terisak, masih menunduk sedih.

Tiba-tiba di sela tangisnya yang kecil. Seseorang memegang pundaknya dari belakang dengan pelan, mungkin berusaha menegur. Jennie tersentak, cepat-cepat ia menghapus jejak air mata dan sekilas merapikan wajahnya sebelum menoleh. Matanya terbelalak kaget, begitupun diengan orang yang masih memegang pundaknya.

"Benar Jennie ya? astaga, apa yang terjadi dengan kau?"

Ternyata Taehyung. Pria itu langsung duduk di samping Jennie tanpa meminta izin, sorot matanya memancarkan kekhawatiran. Melihat penampilan Jennie saat ini, membuatnya yakin kalau wanita itu sedang kacau. Entahlah, itu mengundang perhatiannya sangat besar. Tangannya hendak memegang pipi Jennie, namun terlihat dari reaksinya ia mengurungkan niat itu.

"Ta-Taehyung oppa? sedang apa anda di sini?" Jennie berusaha berbicara tegar dan biasa. Bibirnya sangat sulit untuk melengkungkan sebuah senyuman, namun ia tetap tersenyum kecil untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

Taehyung terenyuh, apa yang terjadi pada gadis itu sebenarnya. "Aku tidak sengaja lewat tadi, rumahku juga berada di dekat sini. Saat lewat, aku mendengar suaramu, kupikir aku salah dengar tapi setelah aku dengarkan baik-baik lagi, ternyata itu benar kau. Aku tadi sempat memanggilmu dari kejauhan, tapi kau tidak menyahut, jadi aku dekati saja. Kau sendiri kenapa? sudah semalaman di sini? saat di acara itu, Lisa mengatakan kalau kau sudah tidak ada daritadi. Jadi aku pikir kalau kau sudah pulang duluan, padahal aku berniat untuk mengantarmu pulang." Tutur Taehyung sedikit panjang.

Jennie lagi-lagi menyeka air mata yang turun secara tidak sengaja. Menggelengkan kepalanya, "aku baru saja di sini. Semalam aku--" ia menundukkan kepalanya, berat untuk melanjutkan. Hal itu tertangkap oleh Taehyung.

"Sepertinya ada masalah yang sedang terjadi, dan dia tidak bisa menceritakannya padaku." Taehyung segera melepas jaket yang sedang melekat, memakaikannya pada Jennie membuat wanita itu menatapnya. "Mau aku antarkan pulang?" tawarnya, anggukan kecil menjadi jawabannya. "Tidak apa kalau kau tidak bisa cerita, aku tahu semua orang butuh privasi." Lanjutnya sembari berdiri dari kursi.

Jennie mengikuti Taehyung, mereka berdua beranjak dari taman itu.

ConneCtion

"Tidak, kau hanya di lukai, tapi tidak di lecehkan, oke. Jangan menangis lagi, tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja Jennie." Lisa kehabisan akal. Mendengar rentetan cerita dari Jennie dengan nada pilu, membuat hatinya juga ikut merasakan. Temennya itu pasti putus asa setelah mengetahui dirinya dinodai.

Jennie menangis sesegukan dipelukan Lisa. Tidak menanggapi komentar Lisa, ia merasa sedikit lega karena sudah menceritakan semuanya pada seseorang. Lisa memegang kedua pipinya, membuatnya sedikit mendongak untuk menatap wajah gadis berponi itu.

"Dengarkan aku. Tidak ada sesuatu yang terjadi, lupakan kejadian malam itu, kau tidak ingat bukan apa yang sudah terjadi? jadi lupakan saja, lagipula untuk apa mengingat kejadian yang bahkan tidak pernah terjadi. Jangan berpikiran aneh Jennie, kau baik-baik saja. Lupakan semuanya, oke?" ucapan Lisa itu seakan menghipnotis Jennie. Jennie dengan polosnya mengangguk pelan, dibenaknya mulai mengikuti ucapan Lisa untuk melupakan semua kejadian itu —kejadian yang bahkan tidak ia ingat sama sekali.

Mungkin ucapan Lisa benar, berarti dirinya hanya dilukai, tidak dilecehkan. Sedikit lega namun tangisnya masih belum bisa berhenti.

Lisa mendekap kepala Jennie, memeluk temannya itu dengan lebih erat lagi. Ini semua salahnya, kalau saja Jennie tidak ikut, ini tidak akan terjadi, yang bisa ia lakukan hanyalah menghilangkan pemikiran buruk wanita itu, atau malah memanipulasi pemikirannya? ah apapun itu, seenggaknya Jennie bisa lebih tenang dan bersikap seperti biasa. Lisa tidak ingin Jennie tiba-tiba berubah karena kejadian semalam.

Semua pasti ada kaitannya dengan Han Jisso, tapi kalau ia mencari tahu malah takutnya akan membuat Jennie gelisah dan ketakutan lagi. Dalam hati, ribuan kutukan dan umpatan sudah terlontar untuk nama gadis Han Jisso itu.

"Jadi aku tidak apa-apa?" Jennie tiba-tiba berbicara lirih.

Lisa tersenyum sedih, ini kebohongan terbesarnya. "Iya, kau baik-baik saja, jadi lupakan semuanya, itu hanyalah kejadian yang tidak terduga dan tidak harus di ingat, nee?"

"nee."

ah, kebohongan ini terasa menyakitkan.

*
*
*

To be continued...

jinjja mianhae for slow up nya.

25 okt 2022

ConneCtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang