Dia tersadar. Lantas bangun untuk mengetahui apa yang sudah terjadi. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Alisnya mengernyit kesal. Dia memegangi kepalanya, sementara tangannya menyibak selimut tebal yang menutupi tubuh. Perhatiannya tertuju ke samping lalu mengedar ke seluruh penjuru kamar, tidak ada Jennie. Baguslah.
Sepertinya ia tidak berbuat macam-macam. Ingatannya mengenai kejadian semalam hilang berganti sakit kepala yang terus menyiksa. Ia baru sadar kalau saat ini tubuhnya hanya memakai kimono mandi. Siapa yang memakaikannya? Tidak, tidak mungkin Jennie.
Pintu terbuka. Jennie tersenyum seperti biasa, meskipun kali ini terlihat sedikit canggung. Ia berusaha berjalan senormal mungkin, walau di salah satu area tubuhnya terasa sangat sakit dan perih. Tatapannya tidak langsung menjurus ke Taehyung. Ia berbelok, membuka tirai yang menutupi cahaya matahari masuk.
Tidak ada yang memulai percakapan. Taehyung menunduk, memikirkan sesuatu. Saat Jennie ingin keluar dari kamar, dia segera mencegatnya dengan sebuah pertanyaan. "Apa yang terjadi semalam? Bagaimana bisa aku di sini?"
Jennie menghentikan langkah, lantas menoleh. "Kau tidak mengingatnya?"
Kepalanya terasa pusing lagi. Taehyung mendesah sakit sembari memegangi bagian yang menurutnya inti dari masalah. "Aku tidak akan bertanya jika mengingatnya." Celetuknya dingin.
"Kau tidak perlu cemas. Tidak ada hal serius yang terjadi waktu malam," Jennie menunduk, jantungnya terasa nyeri, lagipula kebohongan ini untuk kebaikannya juga. "Jungkook dan Yoongi yang mengantarkanmu pulang. Dan aku juga yang meminta bantuan mereka untuk mengganti pakaianmu, karena pakaian yang kau pakai semalam berbau alkohol yang sangat menyengat." Jarinya saling bertautan, matanya menunjukkan pancaran kesedihan. Diam-diam ia menghela napas pelan.
"Begitu ya." Taehyung turun dari kasur. Dia tertatih-tatih, merambat sambil memegangi kepalanya untuk masuk ke dalam kamar mandi. "Baguslah."
"Aku akan menyiapkan sarapan dahulu." Ucap Jennie sebelum Taehyung menghilang dari balik pintu kamar mandi, bersamaan dengan dirinya yang ikut pergi meninggalkan kamar.
Shower menyala. Taehyung berdiri di bawah guyuran air segar itu. Meskipun Jennie sudah menjawab pertanyaannya, tapi kenapa ia berpikir kalau wanita itu berbohong. Karena sebenarnya, kondisi tubuhnya saat ini mengatakan hal yang lain. Pundaknya terasa perih, mungkin ada luka kecil di sana. Mungkinkah kalau semalam...
❁ConneCtion❁
"E-eomeonim, silakan masuk."
Kaget? Tentu saja, Jennie tidak menduga kalau Ibu mertuanya akan datang berkunjung hari ini. Sangat mendadak. Kebetulan hubungannya dengan Taehyung masih belum dekat. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin kalau ia menyuruh Ibu mertuanya untuk pergi.
Wanita separuh baya itu tampak ramah, senyumnya yang hangat selalu ditunjukkan. Wanita itu menyerahkan sebuah bungkusan yang sejak tadi dibawa pada Jennie. "Ini hadiah kecil khusus untuk menantuku, aku kepikiran denganmu dan Taehyung oleh karena itu langsung ke sini tanpa memberitahu." Ujarnya sambil berjalan masuk ke dalam rumah setelah Jennie mengambil alih bungkusan yang dia bawa.
"Terima kasih, aku akan membukanya nanti. Kebetulan Taehyung juga sedang libur hari ini, dia sedang mengerjakan beberapa tugas tambahan di ruang kerjanya. Ehm, Siomoni ingin sesuatu?" Jennie menguntitnya dari belakang.
"Jangan repot-repot Jennie. Aku ke sini hanya untuk melihat kondisi kalian berdua." Setelah sampai di ruang tamu, wanita itu —Kim Jae Hee— duduk di single sofa yang berdekatan dengan sofa panjang. Dia menyenderkan tubuhnya, sementara Jennie melenggang pergi ke dapur untuk menyiapkan sesuatu tanpa disuruh. "Jennie, apa kau bisa memanggil Taehyung sebentar?"
"Nee, Siomoni." Balas Jennie sedikit berteriak. Ia menghentikan kegiatannya. Berbalik lalu berjalan menuju ruangan yang terletak tidak berjauhan dari dapur.
Sesampainya di depan ruangan itu. Jennie mengetuk pelan pintunya. "Taehyung, Siomoni datang berkunjung. Dia menyuruhku untuk memanggilmu." Beberapa detik menunggu, Jennie masih belum mendapatkan jawaban. Ia menggenggam dan menarik kembali tangannya lalu pergi menuju dapur.
Klek. Terdengar suara pintu terbuka. Jennie bersikap untuk tidak terlalu memperdulikannya, bahkan saat ia merasa sosok Taehyung berjalan melewatinya begitu saja. Helaan napas panjang keluar. Jennie membawa sebuah nampan, lantas menghadap Ibu mertuanya lagi.
"Eomma ingin menggendong cucu Taehyung! Kau tidak ingin mengabulkan permintaan terbesar Eomma ini? Sampai kapan kau akan terus begini? Kau itu sudah dewasa, berpikiranlah seperti pria dewasa."
Jennie menghentikan gerakan kakinya. Ia terdiam di balik tembok pemisah antara dapur dan ruang tamu.
"Anak itu urusan belakangan Eomma." Taehyung sejenak terdiam, suara berikutnya terdengar pelan, "aku tidak tahu harus berbuat apa. Jennie... aku ingin melepasnya."
Deg. Jantungnya terhenti, kemudian berdetak tidak karuan. Apa yang salah dari dirinya? Kenapa Taehyung berkata seperti itu?
"Apa yang kau katakan?! Dia adalah wanita pilihanmu sendiri! Apapun masalahnya, Eomma tidak akan pernah terima jika kau melepaskannya begitu saja! Dia sudah Eomma anggap sebagai anak Eomma sendiri sejak kau pertama kali memperkenalkannya. Jennie, dia adalah wanita baik, di mana masalahnya?"
"Eomma tidak akan mengerti! Ini urusan pribadiku, cepat atau lambat, Jennie akan pergi dari rumah ini. Aku menyesal sudah mencintainya."
Mata kucingnya membola kaget saat berpapasan dengan mata tajam milik Taehyung. Kontak mata tidak bisa dihindari. Taehyung mengeraskan rahangnya kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Jennie. Jennie merasakan ada sesuatu yang menusuk saat bertatapan langsung dengan pria itu. Ia meneguk salivanya, matanya berkaca-kaca. Secepat kilat ia mengusap kedua matanya sebelum mengeluarkan sesuatu nanti.
Di sisi lain. Jae Hee terlihat sangat sedih dan kaget terhadap penuturan Taehyung tadi. Dia bangkit, menghampiri Jennie lalu menuntunnya agar duduk bersebelahan di sofa panjang, sementara nampan yang tadi Jennie bawa diletakkan di atas meja.
"Ceritakan saja, ada masalah apa dengan kalian."
Jennie menunduk. Mulutnya bungkam, enggan untuk menjawab.
Jae Hee meletakkan tangannya dipundak Jennie, dengan halus bergerak ke atas dan ke bawah membuat Jennie semakin tidak bisa menahan diri untuk memeluknya. "Tidak apa, luapkan saja selagi aku masih ada di sini." Wanita itu berkata lagi, kali ini mendapatkan pelukan erat dari Jennie.
"Taehyung... hikss... sepertinya dia masih mengira kalau aku pernah berhubungan dengan pria lain sebelum bersamanya." Jennie terisak di pelukan Jae Hee.
"Ba-bagaimana bisa?"
Jennie menggeleng, "aku juga tidak tahu."
Di tempat lain, Taehyung menggigit bibir bawahnya. Tangannya terkepal kesal saat mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang bisa dibilang baru saja dia kenal.
❁ConneCtion❁
Ia dapat mendengar suara pintu terbuka. Wajahnya sedikit mendongak menatap seorang pria yang baru saja masuk. Pria itu berjalan seperti biasa seolah tidak terjadi apapun, menuju kamar mandi mungkin hanya untuk sekedar menggosok gigi. "Kenapa kau berpikiran seperti itu? Kau tidak percaya denganku? Kita sudah lama bersama! Setidaknya kau mempunyai kepercayaan padaku, Kim Taehyung!" Perasaannya tidak bisa dipendam lebih lama lagi. Ia bingung, bagaimana bisa Taehyung berpikiran pasti seperti itu, padahal yang dia ucapkan sama sekali tidak benar.
"Jangan memancing emosiku saat ini." Taehyung tidak berhenti, kakinya masih melangkah untuk menggapai pintu kamar mandi. "Tanyakan saja pada pria yang bernama Park Ji Min, kau pasti sangat mengenalnya bukan?" Katanya sebelum tubuhnya benar-benar tidak terlihat di kamar.
Jennie mencerna ucapan Taehyung tadi. Park Ji Min? Sepertinya ia tidak asing mendengar nama pria itu, tapi ia pernah mendengarnya di mana?
*
*
*
To be continued...• 25 Jan 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ConneCtion
FanfictionDia yang memulainya terlebih dahulu, dan dia yang mengakhirinya. Semudah dan sesimple itu. Dimatanya, aku ini bukan siapa-siapa lagi, hanya wanita yang dicap sudah disentuh pria lain. Suatu saat nanti, aku yakin dia akan menyadari kesalahannya. ...