02. Knalpot berisik, tidur terusik

5.2K 639 76
                                    

"Wir, Raska belum pulang?" tanya Yudha pada istrinya, Wirya, yang sedang mengelap meja makan.

"Belum, mas. Bentar lagi kayaknya." jawab Wirya yang melirik jam dinding.

"Tadinya mas mau ajak dia beli pc gaming yang dia mau, tapi belum pulang dia nya dan mas harus ke kantor."

Wirya menghampiri Yudha dan membenarkan dasi suaminya itu, "Ke kantor dulu aja, itu mah lain kali juga bisa."

Yudha tersenyum, mencium kening istrinya sekilas, "Yaudah, mas berangkat, ya?"

Wirya mengangguk, "Hati-hati ya, mas."

Yudha pun keluar dari rumah, masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari halaman rumahnya. Tidak lama dari itu, Raska datang bersama abang gojek.

"Makasih ya, mas." ujar Raska.

"Oke, dek. Jangan lupa bintang nya."

"Siap!!" Raska mengacungkan jempolnya. Baru saja ia melangkah memasuki halaman rumah, dirinya dikejutkan oleh suara motor yang sengaja di gas.

Raska mencari sumber suara dan rupanya itu dari rumah tetangga. Itu perbuatan Harsa, hampir saja Raska mengamuk.

Remaja itu pun memilih masuk ke rumah dan menghampiri sang mama, mencium pipi nya sekilas.

"Eh? Kaget. Padahal barusan papa nanyain kamu."

"Nanyain apa?" tanya Raska.

"Nggak nggak, sana gih ganti baju."

"Okey." Raska masuk ke dalam kamarnya, membuka seragam, mencuci wajahnya lalu memakai kaos beserta celana pendek.

Raska kembali keluar untuk memberi makan Jonas, si kucing putih dengan ekor berwarna hitam, peliharaan Raska.

"Ras."

Raska menoleh, "Kenapa, ma?"

"Besok Nadif kesini."

"Hah serius? Ngapain?"

"Kurang tau juga. Yaudah, mama mau ke rumah nya tante Tana dulu, ya? Jagain rumah."

"Oke oke."

Wirya pun keluar dari rumah. Raska langsung menguncinya sebab dia tidak ingin ada yang mengganggu setelah ini.

Setelah selesai mengurus kucingnya, Raska kembali masuk ke kamar untuk tidur siang. Sekilas ia menatap meja kosong yang ada di depan ranjang, tadinya meja itu akan Raska isi dengan pc gaming.

Namun sampai sekarang, barang itu masih belum Raska dapatkan.

Akhirnya Raska memilih untuk menghapus segala khayalan nya dan memejamkan matanya.

Belum saja 10 menit berlangsung, Raska dikejutkan oleh suara knalpot motor yang cukup berisik.

Awalnya Raska biasa saja, tapi lama-kelamaan dia kesal, karena bukan hanya sekali suara itu terdengar.

Terpaksa Raska keluar dari kamarnya, lalu keluar dari rumah. Mendekati pagar pembatas antara rumahnya dan rumah tetangga.

"Har!"

"....."

"Har!!"

Tidak ada sahutan, yang dipanggil terlalu fokus dengan motor yang ia gas berkali-kali.

"HARSA!!"

Harsa langsung menoleh terkejut pada Raska yang kini tampak sudah sebal.

"Apa?"

"Berisik!"

"Oh? Berisik ya?"

"Pake nanya lagi!" kesal Raska yang berbalik dan berjalan.

Harsa terkekeh melihat tingkah Raska, ia sengaja kembali menggas motornya berkali-kali. Membuat Raska kembali berbalik dan melempar sendal ke arah Harsa.

Harsa menghindar lalu tertawa puas atas perbuatannya.

Raska masuk ke rumah dan sengaja menutup pintu nya agak keras supaya Harsa mendengarnya.

Tiba-tiba, Raska yang ingin masuk ke kamar memberhentikan langkahnya. Memegang kedua pipi nya yang terasa panas dibanding dengan hidungnya.

Raska mengulum senyum dan dengan cepat masuk ke dalam kamar lalu menutup wajahnya dengan boneka beruang coklatnya.

.
.
.

Harsa yang sedang menikmati kopi di teras rumah sambil menatap motor kesayangannya itu mengalihkan atensi nya pada seseorang yang baru saja datang.

"Ngapain lo kesini?"

"Dih? Sambut kek."

Harsa memutar bola mata malas, menatap Noval yang ikut duduk di kursi sebelahnya yang kosong.

"Ada apa nih sore-sore begini ke rumah gue?"

"Males gue, ada tamu nya mami dari siang belom balik-balik."

"Ya, wajar lah, namanya juga emak-emak."

Lalu kedua laki-laki itu menoleh bersamaan ketika melihat seseorang keluar dari rumah sebelah dengan penampilan nya yang kasual.

"Widih siapa tuh? Cakep amat, tipe ideal gue."

"Heh!" Harsa memukul lengan temannya, "Punya gue bangsat."

"Sejak kapan? Lo aja baru disini."

"Udah deh, lo berani deketin dia, gue sembelih leher lo."

"Menarik."

"Bangsat!!" teriak Harsa sambil menggebrak meja sampai kopi miliknya sedikit tumpah.

Noval hanya tertawa, merasa puas melihat Harsa yang kesal seperti itu.

Harsa dan Noval bertemu dua hari yang lalu. Mereka saling berbagi cerita di pangkalan ojek waktu itu.

Saat Noval bercerita tentang dirinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Harsa baru menyadari bahwa mereka adalah teman semasa SD dulu dan mereka sekelas.

Tetapi Noval lupa akan itu. Maka dari itu, sekarang mereka sudah sangat akrab walau baru bertemu beberapa hari yang lalu.

"Dek."

Harsa menoleh, mendapati sang mama yang keluar dengan wajah yang di tempeli sesuatu, entahlah, katanya sih untuk melembabkan wajah.

"Apa?"

"Beli lilin gih, katanya malem ini mau ada pemadaman."

"Hah serius?" bukan suara Harsa, melainkan Noval dengan posisi yang sudah setengah duduk.

"Iya, Val."

"Yaudah deh, Har, gue balik ya."

"Iya gih."

Noval pun berlari pergi dari rumah Harsa. Tesa --mama Harsa lalu memberi uang sebesar 20 ribu pada Harsa untuk membeli lilin.

Harsa menaiki motornya dan pergi untuk mencari warung terdekat.

Sesampainya di warung, ternyata Harsa bertemu Raska yang sedang duduk sambil bermain ponsel.

Harsa memilih untuk membeli lilinnya dulu sebelum ikut duduk di sebelah Raska.

"Hei."

"An-- eh! Har, astaga, ngapain sih?"

Harsa terkekeh, "Kalem, gak usah gugup."

Tau saja, bahwa Raska sedang gugup dengan jarak keduanya yang lumayan dekat.

"Lagi ngapain disini?" tanya Harsa.

"Nunggu seblak."

"Oh suka seblak, ya? Sama dong."

"Gak nanya."

Harsa dengan ke-refleks-an nya melempar kantung berisi lilin itu ke tanah, alhasil semua lilin di dalamnya patah.

.
.
.





Vote & komen !

My Ex My Neighbour | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang