Tepat seminggu yang lalu Harsa dan Raska datang ke Bandung, meski masih banyak waktu sebelum akhirnya mereka mulai masuk ke kampus, keduanya memutuskan datang lebih awal ke Bandung.
Mereka tinggal disebuah kosan yang sedikit jauh dari kampus, tapi tidak apa-apa. Kamar mereka bersebelahan jadi Raska tidak khawatir jauh-jauh dengan Harsa.
Sore ini keduanya berniat untuk jalan-jalan setelah seminggu memilih untuk tidak kemana-mana dulu.
"Udah ganteng kok."
Harsa yang sedang bercermin itu terkekeh mendengar suara Raska dibelakangnya. Ia pun berbalik dan merangkul bahu Raska, mengajaknya keluar.
Sekarang keduanya berjalan menyusuri jalan gang. Kosan mereka memang berada di dalam gang, lumayan jauh dari jalan raya.
"Kangen papa mama."
"Baru juga seminggu." ujar Harsa yang tertawa samar lalu mengusap rambut Raska.
"Hehe." Raska ikut tertawa membuat Harsa gemas dan mencubit pipi laki-laki itu.
Awalnya tidak ada tujuan mereka akan kemana, karena niatnya hanya jalan-jalan. Tapi Harsa akhirnya terpikirkan untuk mengajak Raska duduk di bangku yang berjajar di jalan Braga sambil memakan aromanis.
"Nih." Harsa menyodorkan aromanis berwarna kuning pada Raska.
"Lucu, makasih Harsa." ucap Raska sambil tersenyum manis.
Ah kalau begini, aromanis kalah dengan senyuman Raska, pikir Harsa.
"Eh," pekik Harsa yang membuat Raska menoleh.
"Kenapa?"
"Bisa gak ya kita ngejalanin hubungan ini lebih lama dari sebelumnya?"
"Um... kurang tau, soalnya bukan cenayang, tapi semoga aja ya." ucap Raska yang diakhiri dengan kekehan.
Harsa tersenyum, mengusap pipi Raska dengan jempolnya. Pacarnya itu selalu membuat Harsa gemas, jika bukan di tempat umum mungkin Raska sudah habis Harsa jadikan boneka.
"Oke, ganti topik deh. Deg-degan gak sih mau masuk univ?"
"Pake nanya, deg-degan lah."
Harsa meraih sebelah tangan Raska untuk ia genggam, "Tadinya aku pengen banget satu jurusan sama kamu, tapi kan kita beda keahlian."
"Iya gak apa-apa, aku ambil sastra karena sekalian menyalurkan hobi aja. Aku kira kamu mau ambil jurusan hukum, ternyata kedokteran, agak kaget sih." Raska terkekeh lagi.
"Kalau jadi dokter, kamu sakit kan bisa langsung obatin, anggap aja aku dokter pribadi kamu."
Kemudian keduanya sama-sama tertawa.
"Aku laper nih, mau makan sate gak?"
"Boleh, yuk kita cari yang jual sate." Harsa lalu berdiri diikuti Raska.
.
.
.Setelah selesai makan sate, Harsa mengajak Raska pergi ke mall untuk bermain timezone. Meski hari sudah gelap, mereka tidak peduli karena tidak akan ada yang khawatir mereka pulang larut.
"Kamu main sendiri dulu aja ya, perut aku begah nih."
"Lagian kamu makan kayak gak makan seabad aja." kata Raska yang langsung menghampiri tempat mesin capit setelah membeli koin.
Harsa hanya duduk sambil memperhatikan Raska yang bermain, sudah 3 kali tapi ia tak kunjung menang.
Sampai Harsa bisa mendengar Raska mengumpat dalam bahasa kasar, namun Harsa tidak terlalu mempedulikan. Perutnya sakit, ia langsung ngacir mencari toilet tanpa bilang dulu ke Raska.
"Bisa gak?"
Raska menoleh saat ada seseorang berbicara disampingnya, lalu ia menggeleng.
"Aku boleh coba? Nanti aku gantiin koin kamu."
"Sok."
Laki-laki asing itu mengambil alih mesin capit boneka dan tidak perlu waktu lama ia berhasil mendapatkan satu boneka rubah, membuat Raska menganga tidak percaya.
"Kok jago banget??"
Laki-laki terkekeh, "Sebenernya baru pertama coba."
"Wih berarti kamu hoki."
"Hehe, iya. Oh, ini, kamu ambil aja."
"Eh?" Raska menatap boneka rubah yang disodorkan laki-laki itu, "Kamu bawa aja, buat pacar kamu."
"Ah, jangan gitu, aku gak punya pacar."
Raska langsung bungkam, merasa bersalah atas kata-katanya.
"Beneran?"
Laki-laki itu mengangguk, "Iya, ini juga kan mainnya pake koin kamu. Btw makasih ya udah ijinin aku cobain main."
"Oh iya, sama-sama, makasih juga."
Laki-laki itu tersenyum, "Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?"
"Raska." Raska mendongak karena laki-laki di depannya itu sangat tinggi, "Kamu?"
"Galen." laki-laki itu menjulurkan tangan dan tanpa ragu Raska menjabatnya, "Salam kenal ya, Raska."
"Salam kenal juga, Galen."
Galen lagi-lagi tersenyum, "Yaudah, aku pergi dulu. Semoga nanti kita ketemu lagi, bye!"
"Bye!!"
Raska berbalik dan baru menyadari bahwa Harsa sudah tidak ada di tempatnya.
.
.
."Diem! Aku mau ngambek!"
"Ih kok gemes gitu ngambeknya bilang-bilang." ujar Harsa yang terkekeh.
"Ssstt!! Sana!!" usir Raska pada Harsa yang mengikutinya masuk ke dalam kamar kos Raska.
"Aku kan udah minta maaf, lagian udah gak kuat. Apa perlu aku cium dulu baru dimaafin?"
"Dih apa sih, mesum. Dah sana kamu pulang, udah malem, aku mau tidur."
"Dimaafin dulu gak tapi?" kekeh Harsa karena ia tidak sanggup meninggalkan Raska yang sedang dalam mode menggemaskan.
"Iya!"
"Yang ikhlas jawabnya."
"Iya Harsa sayangku cintaku udah aku maafin."
Harsa tertawa puas atas ucapan Raska yang sedikit geli tapi juga berhasil membuat jantung Harsa berdetak tidak karuan.
"Nah gitu dong."
Cup
"Dadah!!" Harsa langsung kabur setelah ia mencium singkat pipi Raska yang agak chubby itu.
Sekarang Raska malah salah tingkah sendiri, kemudian menangkup pipinya sendiri yang terasa panas.
Memang, Harsa menyebakan Raska kurang sehat akhir-akhir ini. Semoga besok Raska masih bisa melihat matahari.
.
.
.Vote & komen
See you next exchap :"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex My Neighbour | Hyuckren
FanficKira-kira 'aku' sama 'kamu' bisa jadi 'kita' lagi gak ya? Harsa dan Raska, dua orang yang sudah berstatus sebagai mantan kekasih ini dipertemukan lagi di waktu yang tidak sengaja, yaitu dimana Harsa menjadi tetangga sebelah Raska Apa yang akan terja...