05. Who are You

127 24 45
                                    

Malam ini, Claudia sedang menatap langit yang bertabur bintang, sembari menopang dagu di balkon rumah Jerrel. Ia tengah merindukan saudaranya, kadang mereka berseteru satu sama lain. Namun rasa rindu tak dapat dibohongi. Apa yang sedang mereka lakukan, apa mereka juga merindukannya. Sebenarnya apa yang membuat Claudia bisa berada di dunia manusia dan kapan ia bisa kembali ke tempat asalnya. Pertanyaan itu masih bersarang dalam benaknya.

Seingatnya, sebelum ia berada di dunia manusia. Claudia dikejar oleh seekor ular dan masuk ke sebuah lubang hitam, yang bisa jadi membawa ia ke dunia manusia. Namun, setelah ia masuk ke dunia manusia, lubang hitam itu lenyap entah kemana.

Suara derap langkah kaki dari anak tangga, terdengar ke penjuru ruangan. "Hen, tolong anterin Claudia beli baju. Kasian dari kemarin dia pake baju itu mulu." Jerrel menuruni anak tangga satu per satu menuju ke ruang tamu.

Claudia yang merasa disebut namanya, langsung menuju kesumber suara. Ia tidak terlalu banyak bicara, ia masih enggan untuk sekedar memulai pembicaraan. Sekali salah berbicara bisa saja ia diusir dari rumah ini.

Mahen yang tengah berbaring di sofa dan sibuk dengan novel fantasinya berdecak kesal. "Elo, juga bisa anterin dia. Pokoknya gue nggak mau, gue lagi sibuk!" Mahen kembali melanjutkan kesibukannya.

Jerrel menyodorkan sebuah kartu yang bisa dibilang limited dan hanya orang-orang tertentu yang memilikinya. "Lo, yakin nggak mau beli novel lagi. Gue kasih Black Card. Lo, bebas mau beli apa aja."

Tak mau kehilangan kesempatan, Mahen langsung mengambil kartu itu. "Okay, gue anterin itu cewek belanja baju. Beneran gue boleh beli apa aja?"

"Asal nggak beli yang aneh-aneh aja. Beli sesuatu yang berguna walaupun, mahal gue turutin. Gue mau pergi dulu, udah lama nggak ke studio." Jerrel pergi menuju ke studio miliknya, untuk melanjutkan pembuatan album baru 'City 127' yang terpaksa ditunda karena masalah pribadinya.

Hanya tinggal Mahen dan Claudia, keduanya begitu canggung. Mereka berusaha untuk tidak melakukan kontak mata.

Mahen benar-benar tidak suka suasana seperti ini, ia mengalah untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. "Ayok, ikut gue. Kita beli baju, lo bebas mau beli baju apa aja." Mahen menarik pergelangan tangan Claudia. Ia hanya mengangguk dan menuruti Mahen.

Selama dalam perjalanan, keduanya hanya terdiam. Mahen fokus mengendarai mobilnya, sesekali melirik ke arah Claudia. Sedangkan Claudia sibuk dengan pemandangan di luar jendela mobil. Terdapat gedung tinggi disepanjang jalan. Berbanding terbalik dengan dunianya. Manik matanya begitu berbinar, apa yang ada di dalam gedung itu. Ia ingin tahu isinya.

Begitu sampai di toko pakaian, Claudia tidak langsung turun dari mobil. Rupanya ia tidak mengerti cara untuk membuka pintu mobil. Jangankan untuk membuka pintu, untuk melepas sabuk pengaman saja Claudia kesusahan. Mahen menarik napas berat, ia harus ekstra sabar untuk mengurus gadis itu. Mahen melepaskan sabuk pengamannya dan juga membuka pintu mobil. Claudia bak seorang ratu yang turun dari kereta kuda, yang disambut oleh pangeran tampan.

Terdapat berbagai model pakaian di tempat itu. Claudia begitu takjub dibuatnya, model pakaian yang ia tahu hanyalah sebuah dress dan gaun.

"Sekarang, cari baju yang lo suka. Habis itu balik lagi ke sini. Gue mau lanjut baca novel dulu." Mahen duduk di kursi yang terdapat di toko pakaian itu.

Claudia langsung melenggang begitu saja, menyusuri setiap pakaian yang ada di sana. Ia ingin mencoba pakaian yang tidak ada di dunianya. Sebuah hoodie berwarna baby pink, berhasil menarik perhatiannya.

Di tempat yang sama juga, Vania tengah berbelanja pakaian. Ia tak sengaja melihat seorang gadis yang kemarin bersama Jerrel di taman. Vania berjalan mendekatinya. "Kamu masih muda, ini sangat cocok buat kamu." Vania menyodorkan sebuah flower dress selutut pada Claudia.

Beautiful Butterfly | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang