23. Breath in The Trouble

39 6 0
                                    

Atmosfer di ruangan itu tercampur aduk antara panas dan dingin. Panas bagi Mahen yang melihat keduanya berpelukan dan dingin untuk Claudia yang khawatir akan kemarahan kakaknya. Sedangkan Jerrel masih terdiam, mencerna apa yang barusan terjadi.

"Tolong beri aku waktu berdua saja dengan adikku." Kata Bellanca. Jerrel yang mendengar hal itu, segera menarik Mahen keluar dan meninggalkan keduanya.

Bellanca menarik napas sedalam mungkin untuk bisa menetralkan emosinya yang bisa saja meledak saat ini juga. Setelah hembusan napas itu menguap ke udara ia langsung menjelaskan. "Aku akan langsung bicara pada intinya, jangan jatuh hati pada manusia. Maksudku, entah dia seorang reinkarnasi dari kekasih putri Thalia atau seorang manusia biasa. Kamu tidak boleh jatuh hati padanya."

"Bagaimana jika aku benar-benar jatuh hati pada manusia?" Claudia bertanya seakan dia tidak tahu resiko apa yang akan terjadi padanya, padahal efek saat dia berubah wujud saja sudah sangat menyakitkan.

"Kamu bertanya seperti ini, bukan karena kamu jatuh hati pada manusia, kan?" Bellanca balik bertanya.

Claudia menatap kedua mata Bellanca dengan penuh keyakinan. "Kak, perasaan cinta itu tidak terduga. Bagaimana aku bisa meyakinkan diriku untuk tidak jatuh hati pada mereka yang membantu dan menemaniku di sini?"

"Aku sangat paham perasaanmu, tapi ini bukanlah hal yang benar. Jika kamu terus di sini, itu hanya akan menyulitkan semua orang yang terlibat denganmu!" Bellanca meninggikan suaranya dan menatap nanar pada adiknya yang terkejut karena tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya.

Sesak, itu yang dirasakan Claudia saat mendengar kakaknya berbicara seperti tadi, apa bagi Bellanca kehadirannya hanyalah sebuah kesulitan seperti sebuah beban hidup? Jika benar begitu lalu untuk apa Bellanca terus memaksanya pulang.

"Jadi kehadiranku hanyalah sebuah kesulitan untuk semua orang, aku tidak menyangka bahkan ketika aku sudah berada di dunia manusia, aku masih menjadi sebuah beban."

Bellanca tidak bermaksud untuk berbicara seperti tadi, tapi ia tak bisa mengontrol emosinya untuk lebih lama. Dia sangat takut, jika adiknya harus mengalami hal pahit dari takdir buruk itu. Bellanca sadar apa yang barusan ia ucapkan pasti menyakiti perasaan adiknya, dia tidak tahu harus dengan kalimat apa, agar adiknya mau kembali pulang. "Clara, aku tidak bermaksud bicara seperti itu. Aku hanya ingin kamu kembali."

Tatapan kakak beradik itu berubah menjadi sendu.

"Tolong beri aku waktu untuk menyelesaikan urusanku di sini, lebih baik kakak pulang saja." Claudia menarik tangan Bellanca untuk keluar dari ruangan itu. Saat keduanya menuruni tangga, Jerrel dan Mahen yang tengah duduk di sofa beralih menatap keduanya dengan penuh kekhawatiran.

"Terima kasih sudah memberi waktu untukku dan juga adikku. Bisakah aku berbicara denganmu sebentar?" tanya Bellanca, pada Jerrel.

"Hen, elo bisa temenin Claudia dulu, kan?"

"Tanpa elo suruh juga, gue bakal temenin Claudia, kok."

Hanya tinggal Claudia dan Mahen yang duduk di sofa itu. Mahen masih tidak yakin dengan gadis yang mengaku sebagai kakak dari Claudia tadi, sebab keduanya terlihat tidak akur untuk disebut kakak beradik. "Clau, yang tadi itu beneran kakak kamu?"

"Iya dia adalah kakakku, tapi kami tidak terlalu akrab. Mirip seperti kamu dan Jerrel yang selalu berdebat." Jawab Claudia, yang tersenyum miris.

"Kalau gitu, berarti ingatan kamu udah balik dong?"

"Sepertinya begitu, aku tidak tahu kapan ingatan ini kembali. Maaf karena belum memberi tahumu." Claudia tidak tega harus berlama-lama membohongi Mahen seperti ini. Mahen adalah laki-laki yang sangat baik sama seperti Jerrel, tapi ia takut untuk berkata jujur pada Mahen.

Beautiful Butterfly | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang