24. Faded in My Last Song

39 7 0
                                    

Begitu Jerrel, Mahen, Claudia dan City 127 sampai di tempat tujuan. Udara sejuk langsung menyambut mereka, sangat berbeda dengan udara yang ada di kota. Jerrel menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan santai. Sepertinya memang hal seperti inilah yang dibutuhkan bagi mereka, bisa bersantai sejenak dari hirur pikuk perkotaan dan berisiknya isi kepala.

Claudia memperhatikan sekelilingnya, banyak pepohonan yang hijau sama seperti hutan yang ada di negerinya. Dia jadi teringat waktu dikejar ular raksasa, tanpa sadar membuatnya bergidik ngeri.

"Clau, kamu kedinginan butuh tambahan jaket, nggak?" tanya Diki, yang sejak tadi memperhatikan Claudia diam-diam.

"Aku tidak kedinginan, hanya saja aku teringat sesuatu." Seperti biasa Claudia tersenyum manis menanggapi pertanyaan Diki.

Yang lain sibuk memasang tenda, Diki justru asik mengobrol dengan Claudia. Hingga Doni mendekat ke arah keduanya. "Dik, bantu yang lain tuh." Kata Doni. Dia ikut duduk dibatang pohon yang telah tumbang.

"Ogah banget gue bikin tenda."

Doni menggeser duduknya ke arah Diki dan berbisik. "Elo nggak lihat, Claudia dari tadi merhatiin Jerrel yang lagi masang tenda?" Doni menunjuk lurus dengan dagunya. "Masa elo kalah dari Jerrel, berjuang dong."

"Tumben elo pinter, kalau gitu gue ikut bantuin deh." Diki bergegas untuk membantu memasang tenda yang akan mereka tempati.

Sebenarnya Doni sengaja menyuruh Diki untuk membantu yang lain, dia ingin memastikan perasaan Claudia terhadap teman-temannya. Bukannya Doni ingin ikut campur, tapi ia juga berhak perduli pada mereka. Bagaimanapun juga mereka sudah lebih dari sekedar teman bagi Doni, lebih tepatnya sudah seperti keluarga. "Clau, boleh nggak gue nanya sesuatu sama elo?"

Claudia sedikit terkejut mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Doni. "Tentu saja, boleh. Kamu bisa bertanya apapun padaku." Jawab Claudia.

"Diantara Mahen, Jerrel sama Diki. Elo suka yang mana?" Doni langsung to the point menanyakan hal tersebut.

Pertanyaan macam apa ini, Claudia hanya bisa tertegun setelah mendengarnya. Dia tidak tahu harus menjawab apa. "Apa aku harus menjawabnya?" Claudia malah balik bertanya.

"Sebenarnya elo punya hak untuk nggak jawab pertanyaan dari gue, tapi... gue harap elo nggak akan nyakitin siapapun yang lo pilih nanti." Setelah mengatakan hal tadi Doni langsung bangkit dan pergi meninggalkan Claudia.

Segalanya benar-benar rumit untuk Claudia hadapi, sejak dia memutuskan untuk menetap dan tidak ingin kembali ke negerinya ia semakin jatuh pada pesona Jerrel. Setiap kali dia menghabiskan waktu bersama Jerrel rasanya begitu menyenangkan dan itu sudah lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan Doni tadi. Hanya saja Claudia tidak mau untuk menjawabnya secara terang-terangan. Disaat yang bersamaan juga rasa takut itu datang lagi, dia takut jika pada akhirnya apa yang ia pilih justru menjadi hal yang buruk.

Selesai memasang tenda, Mahen langsung menghampiri Claudia yang masih duduk termenung sejak tadi. Bahkan ketika Mahen sudah duduk di sampingnya, gadis itu masih belum sadar dari lamunannya. Hingga Mahen berinisiatif melambaikan tangannya di depan wajah Claudia. "Kamu mikirin apa, Clau. Serius banget kayanya?"

Begitu Mahen bertanya, Claudia akhirnya sadar jika saat ini ada Mahen yang duduk di sampingnya. "Aku hanya sedang memikirkan... kalian sangat luar biasa dapat membuat tempat itu." Yang dimaksud Claudia itu tenda yang mereka buat.

Bukan jawaban seperti itu yang Mahen harapkan, tapi ia harus sadar tidak mungkin juga Claudia sedang memikirkan dirinya. Mahen masih menatap lekat wajah Claudia dari samping, gadis itu benar-benar sangat cantik. Sepertinya dia memang harus menerima jika Claudia tidak bisa membalas perasaannya. "Clau, kamu beneran suka sama bang Jerrel, ya?" tanya Mahen.

Beautiful Butterfly | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang