Setelah kejadian di ruang tamu, Jerrel dan Claudia jarang berbicara satu sama lain. Mahen yang tidak tahu apa-apa, jelas bingung dengan kecanggungan diantara mereka berdua. Bahkan ketika mereka duduk untuk makan malam, hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Mahen yang sudah muak, mulai membuka suara. "Sebenernya kalian ada masalah apa, sih?!"
Jerrel beradu pandang dengan Claudia, tapi tidak ada jawaban dari keduanya. Mereka memilih untuk melanjutkan makan malam tanpa pembicaraan apapun.
Atmosfer macam apa ini, rasanya lebih dingin dari Air Conditioner yang ada di rumah ini. Harusnya hal itu menjadi lampu hijau untuk Mahen mendekati Claudia, tapi entah kenapa ia malah tidak suka melihat keduanya canggung.
"Gue kasih waktu setengah jam, buat kalian berdua selesain masalahnya. Abis itu gue mau ngajak Claudia jalan-jalan." Mahen bergegas pergi dari meja makan, menuju kamarnya. Ia kembali menoleh, dua orang itu masih terlibat dalam keheningan. Mahen kembali memberi saran. "Kalau nggak mau diselesain sekarang juga, gue nggak akan kasih kesempatan kedua."
Jerrel menjawab ke arah Mahen yang tengah menaiki anak tangga. "Bawel banget, lo jadi orang. Iya, ini mau diomongin."
"Bang, gue cuma kasih waktu setengah jam. Nggak kurang, nggak lebih!" Sahut Mahen yang sudah berada di depan pintu kamarnya.
Hanya tinggal mereka berdua, Jerrel tidak tahu apa yang harus diselesaikan. Sebenarnya kejadian itu sudah lewat dari dua hari, ia bahkan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Tentu saja Jerrel masih ingat sentuhan lembut bibir Claudia, itu bukan yang pertama bagi Jerrel. Tapi entah kenapa hal itu sukses membuat jantungnya berdebar tiap kali mengingatnya.
Claudia juga merasakan hal yang sama, untuk pertama kali dalam hidupnya. Ia merasakan hal yang membuat perutnya seakan dikelilingi oleh kupu-kupu. Tapi entah kenapa saat itu, ia merasakan sesak pada dirinya. Seakan ada jiwa orang lain dalam dirinya, apa mungkin yang dikatakan kakaknya waktu itu benar. Jika ia adalah reinkarnasi dari putri Thalia.
Waktu sudah berjalan sepuluh menit, belum ada obrolan diantara mereka. Sampai akhirnya Jerrel mengalah dan memulai pembicaraan. "Clau, soal yang waktu itu... Gimana gue jelasinnya, ya?" Jerrel menggaruk pelipisnya. "Gue pengen jelasin, takutnya lo malah nggak paham."
"Tentang itu... Aku juga tidak bisa menjelaskannya, aku menangis bukan karena takut padamu, hanya saja aku bingung harus melakukan apa." Claudia tidak mungkin menjelaskan apa yang ia rasakan saat itu, karena ia yakin Jerrel tidak akan mengerti dan percaya dengan apa yang ia alami.
Bisa Jerrel pastikan Claudia ini gadis yang sangat polos, bisa-bisanya dia mengatakan hal yang membuat Jerrel salah tingkah. "Gue pikir lo nangis karena... Merasa tersakiti, gue ngomong apa, sih." Jerrel gelagapan sendiri dibuatnya. "Pokoknya kita nggak boleh canggung lagi."
"Aku juga rindu bicara denganmu, sepertinya aku..." Claudia belum selesai berbicara.
Mahen sudah turun dari tangga dan menyela obrolan mereka berdua. "Ayok, aku mau ajak kamu jalan-jalan."
"Perasaan belum ada setengah jam, Hen. Elo udah main nyerobot aja." Ucap Jerrel, yang tidak terima waktunya dengan Claudia dibatasi.
"Masalahnya udah selesai, kan? Kalau udah selesai, ya udah. Sekarang waktunya gue sama Claudia jalan-jalan." Mahen tersenyum sumringah.
Sudah biasa bagi Claudia mendengar keduanya berdebat, ia tidak berhak menolak ajakan Mahen. Ditambah lagi ia hanya menumpang hidup di sini.
Pada akhirnya Jerrel membiarkan adiknya pergi bersama dengan Claudia, seperti yang sudah disepakati ia dan Mahen akan bersaing secara sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Butterfly | Jung Jaehyun
Fanfiction"Sebenarnya dia siapa, kenapa mimpi yang sama terus datang?" Kisah cinta yang belum usai, sejak ribuan purnama. Dipertemukan kembali dalam takdir yang berbeda. Start -4 Januari 2022- End -2 Agustus 2022-