Pagi ini Jerrel tengah memasak untuk sarapan, dia mencoba resep yang di buat oleh Diki, tumis capcay sederhana. Sebenernya dia tidak yakin dengan masakannya, tapi tidak ada salahnya juga untuk mencoba.
Bau masakan menguar masuk ke indera penciuman Mahen, yang baru saja turun dari tangga menuju ke arah dapur. Mahen membuka lemari es untuk meminum air, kemudian dia duduk memperhatikan kakaknya yang tengah fokus dengan masakan yang di buatnya. Mahen cukup senang melihat Jerrel tidak memasak nasi goreng lagi, tapi dia juga khawatir dengan rasa masakan itu. Dia baru saja teringat ingin mengatakan sesuatu pada Jerrel. "Bang, gue suka sama Claudia." Dengan mudahnya Mahen melontarkan hal itu.
Jerrel menghentikan aktivitas masaknya sejenak. Apa dia tidak salah dengar, kenapa Mahen mendadak mengatakan hal itu. Kemudian dia melanjutkan masakannya. Tanpa menggubris Mahen.
"Lo, kok diem aja sih. Gue tadi bilang, gue suka sama Claudia. Kasih pendapat dong!" Mahen mengulangi ucapannya.
Sepertinya kali ini dia tidak salah dengar, sudah dua kali Mahen mengatakan hal yang sama. Kenapa ada perasaan tak suka mendengar Mahen menyukai Claudia, sepertinya Jerrel sudah gila. Daripada itu, apa yang harus dia lakukan. Dia tidak mungkin memberitahu siapa Claudia sebenarnya.
"Lo udah gila, dia itu cewek nggak jelas. Bisa-bisanya, lo suka sama dia! Pokoknya, lo nggak boleh suka sama Claudia."
"Emang apa salahnya coba, yang suka kan gue. Kok, lo malah ngelarang, jangan bilang kalau lo juga suka?"
"Lo tadi nyuruh gue kasih pendapat, giliran udah gue kasih, malah nyolot! Udah sarapan aja dulu, nih." Jerrel menyiapkan sarapan di meja makan.
Mahen kembali bertanya. "Kalau gitu gue nggak perlu minta izin sama lo, tentang perasaan gue ini, kan?"
"Sekali gue bilang nggak, ya nggak boleh. Bandel banget dibilangin!" Jerrel mencubit gemas pipi adiknya.
"Apaan sih, cubit-cubit segala! Bang, gue serius. Kalau lo juga suka, ya udah kita bisa bersaing secara sehat!" Mahen menatap kakaknya tanpa keraguan sedikitpun.
Sebenarnya Jerrel senang mendengar Mahen akhirnya menyukai seorang gadis lagi itu artinya dia sudah mau membuka hatinya, tapi tidak dengan seorang gadis seperti Claudia. Bagaimanapun Claudia bukanlah seorang manusia, juga bisa saja sewaktu-waktu gadis itu akan meninggalkan Mahen nantinya. Sungguh, dia tidak ingin melihat adiknya kehilangan untuk ketiga kalinya.
Jerrel tidak tahu harus membalas perkataan Mahen seperti apa. "Habisin sarapannya, gue berangkat dulu." Dia memilih untuk langsung pergi ke studio, padahal ini masih terlalu pagi dari jam kantor biasanya.
Mahen merasa tidak enak pada kakaknya, dia semakin yakin jika sebenarnya Jerrel juga menyimpan perasaan pada Claudia. Tapi Mahen juga tidak ingin menyerah begitu saja, kali ini dia benar-benar akan memperjuangkan perasaannya.
Claudia baru saja terbangun dari tidurnya dengan napas yang terengah-engah, dia barusan bermimpi. Dalam mimpinya, dia melihat seorang gadis memiliki wajah yang mirip dengannya tengah menangis di tepi sungai. Entah bagaimana caranya pipi Claudia juga basah karena air mata. Apa dia juga ikut menangis?
Mahen memutuskan untuk membangunkan Claudia. Dia mengetuk pintu kamar Claudia. "Clau, itu sarapannya udah siap. Ayok, kita sarapan bareng." Tak kunjung mendapat balasan dari Claudia, Mahen perlahan membuka pintu itu. Dia langsung khawatir begitu mendapati Claudia tengah menangis. Dia merengkuhnya, mengusap pelan punggung Claudia. "Clau, tenang ya ada aku di sini."
Perlahan Claudia membuka suaranya. "Mahen, aku tidak tahu kenapa aku menangis seperti ini. Padahal aku hanya bermimpi." Kemudian dia mengusap sendiri air matanya. "Bajumu jadi terkena ingusku, maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Butterfly | Jung Jaehyun
Fiksi Penggemar"Sebenarnya dia siapa, kenapa mimpi yang sama terus datang?" Kisah cinta yang belum usai, sejak ribuan purnama. Dipertemukan kembali dalam takdir yang berbeda. Start -4 Januari 2022- End -2 Agustus 2022-