Jerrel melajukan mobilnya menuju jembatan penyebrangan yang menghubungkan stasiun MRT dengan taman, yang biasa ia kunjungi bersama Vania. Di atas jembatan itu, Jerrel membawa sebuah toples yang berisi kupu-kupu. Tidak ada satu orang pun yang melewati jembatan, karena sudah menjelang tengah malam.
"Gue udah nggak punya lagi alasan untuk hidup, bahkan orang yang sangat gue percaya malah mengkhianati gue!" Jerrel menatap kupu-kupu itu. "Gue bakalan bebasin, lo. Sama seperti gue melepas Vania."
Jerrel perlahan membuka toples itu. "Terbanglah sejauh mungkin, jangan sampe balik lagi ke gue."
Kupu-kupu itu berhasil keluar dari dalam toples kaca tapi, ia malah terbang mengitari kepala Jerrel. "Lo, mau apa, sih! Gue udah bebasin juga, jangan bikin gue tambah pusing!"
Jerrel menaiki pembatas jembatan, ia sudah bertekad untuk mengakhiri hidupnya. Ini bukan sekedar tentang percintaan tapi, juga sebuah kepercayaan yang sudah bertahan lama. Mungkin mudah saja bagi Jerrel untuk menemukan wanita yang lebih baik dari Vania. Masalahnya kepercayaan yang ia miliki terhadap seseorang sudah hancur dan yang menghancurkannya adalah orang yang sangat ia cintai.
Semuanya bermula saat orang tua Jerrel mengalami kecelakaan pesawat, dua tahun yang lalu. Kehilangan yang sangat mendalam yang ia rasakan membuatnya menutup diri terhadap orang lain. Bahkan Mahen selaku adiknya tidak pernah ia pedulikan, yang Jerrel lakukan setiap harinya hanya mengurung diri di kamar.
Vania yang pada saat itu masih berstatus sebagai sahabat Jerrel, tentu saja sangat khawatir. Setiap hari Vania tidak pernah bosan membujuk Jerrel untuk melanjutkan kehidupanya. "Jer, masih ada aku disini. Kamu nggak perlu khawatir, aku nggak akan pernah ninggalin kamu. Kalau kamu nggak bisa bertahan buat diri kamu sendiri, setidaknya kamu bisa bertahan buat aku dan juga adik kamu."
Jerrel merasa muak jika harus mengingat kembali masa-masa itu. Bodohnya, ia bisa percaya pada untaian kalimat manis Vania.
Jerrel sudah melewati pembatas itu, bersiap melompat dari atas sana. Di bawah jembatan masih ada beberapa kendaraan yang lewat. Sebelum ia melepaskan pegangannya ia berkata, "Selamat tinggal Vania, aku harap kamu bisa hidup bahagia." Jerrel menutup matanya dan melompat.
Di bawah sinar bulan purnama, Jerrel benar-benar mengakhiri hidupnya. Namun, belum sampai menyentuh tanah, ia merasa tubuhnya melayang di udara. Seakan ada sesuatu yang menahannya, ia memberanikan diri untuk membuka mata dan apa yang dilihat oleh kedua matanya membuat ia begitu terkejut.
Jerrel melihat seorang gadis cantik bersayap kupu-kupu disinari bulan purnama, tengah merengkuhnya. Menahan agar ia tidak jatuh ke tanah.
Waktu seakan berhenti untuk beberapa saat, kendaraan yang melewati jalanan pun ikut berhenti tanpa sebab.Ia mengira sudah berada di surga, dan gadis cantik itu adalah seorang bidadari. Gadis itu membawanya terbang menuju taman, didudukannya Jerrel dibangku taman.
Jerrel melihat ke sekelilingnya. "Ini taman yang biasa gue sama Vania kunjungin. Gue belum mati dong, terus lo, siapa?" Jerrel menunjuk gadis itu. Butuh sedikit lama untuk otaknya mencerna semua kejadian tadi dan berakhir tak sadarkan diri.
"Dasar manusia, sudah diberi kesempatan hidup malah disia-siakan!" Umpat gadis itu.
🦋🦋🦋
Mahen sudah berada di studio milik Jerrel. Ia mengira jika kakaknya akan pergi kesana. Namun, yang ia temukan justru 'City 127' yang sedang berlatih. Ia menceritakan semua hal yang terjadi pada mereka.
"Gue harus cari kemana lagi, gue takut bang Jerrel bakal ngelakuin hal yang berbahaya!" Mahen frustasi dan mengacak rambutnya.
Diki memberi saran. "Lo, harus tenang dulu, Hen. Jangan panik kaya gini, kita cari bareng-bareng aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Butterfly | Jung Jaehyun
Fanfic"Sebenarnya dia siapa, kenapa mimpi yang sama terus datang?" Kisah cinta yang belum usai, sejak ribuan purnama. Dipertemukan kembali dalam takdir yang berbeda. Start -4 Januari 2022- End -2 Agustus 2022-