17. Unfinished

55 13 2
                                    

Bellanca tengah memandangi tubuh asli adiknya, yang masih terbaring tanpa jiwa di ranjangnya. Setiap pagi dia selalu membersihkan tubuh adiknya itu, mengelapnya dengan handuk basah, dia berharap bisa segera menemukan cara, agar adiknya dapat kembali pulang. Setelah selesai membersihkan tubuh Clarabel, Bellanca menuju ke ruangan yang terdapat cermin ajaib. Dia kembali mengawasi Clarabel dari cermin itu, rasanya sangat sulit jika dia harus terus mengawasi. Dia berinisiatif untuk kembali menggunakan alat yang di berikan Eden padanya. Jalan satu-satunya dia harus masuk ke dunia manusia lagi, agar bisa memastikan siapa reinkarnasi dari pria yang dicintai putri Thalia. Kemudian dia membuka alat itu dan menekan tombolnya. Memasuki portal dan tidak butuh waktu lama dia sudah masuk ke dunia manusia. Kini dia berada di depan studio Jerrel, sama seperti saat pertama kali dia menggunakan alat itu. Dia menunggu Jerrel, karena tidak ada manusia yang dia kenal selain Jerrel.

Langit senja, kini berubah menjadi temaram. Lampu di luar studio pun sudah menyala dan Bellanca masih terduduk di dekat pintu studio milik Jerrel. Sudah satu jam dia menunggu Jerrel, waktunya sudah tidak banyak lagi. Untungnya hari ini Jerrel tidak lembur, dia baru saja keluar dari studio bersama dengan anggota City 127. Mereka tertawa karena lelucon dari Yudhi, yang sering melawak. Bahkan Diki memberinya julukan pelawak berkedok gitaris band. Di tengah keseruan itu, Bellanca berhasil menghentikan Jerrel, Diki dan Yudhi memasang tampang kebingungan, tapi lain dengan Doni, dia malah memutar bola matanya malas. 'Dasar cewek aneh.' batin Doni.

"Aku ingin bicara denganmu, bisakah kita bicara sebentar?" tanya Bellanca pada Jerrel.

Jerrel baru ingat, siapa gadis itu. Kalau tidak salah dia adalah kakak dari Claudia. Jika dia berada di sini, itu artinya ada suatu hal penting yang ingin dia sampaikan. Maka Jerrel menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu. "Kalian pulang aja duluan, gue ada urusan."

"Giliran ada neng geulis aja, nyuruh pulang!" kata Yudhi dengan logat sundanya.

"Ini beneran, lo kenal sama cewek ini?" sela Doni. Untuk memastikan apa yang ada dibenaknya tidaklah benar. Sebab dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Jerrel saat ini. Doni ingat, dia pernah bertemu dengan gadis aneh itu. Dia sudah pernah membahasnya dengan Jerrel dan jelas sekali waktu itu, Jerrel mengatakan jika dia bertemu dengan gadis aneh.

"Kau bisa diam tidak? ada hal penting yang harus aku bicarakan dengannya!" sahut Claudia. Dia takut dengan waktu yang berjalan kian mendekat.

"Dia client gue, masa lo nggak percaya. Gue lupa kalau udah ada janji sama dia. Gue duluan, ya." Jerrel menuntun Bellanca menuju ke mobilnya.

Doni semakin yakin jika Jerrel tengah berbohong saat ini juga. Tapi dia tidak tahu atas dasar apa Jerrel membohongi mereka sampai seperti itu.

Jerrel melajukan mobilnya. Bellanca langsung membuka suara. "Aku hanya memiliki waktu setengah jam lagi, bisakah kau membawaku menemui adikku?"

"Adikmu sedang pergi dengan adikku. Aku tidak tahu di mana mereka berada," jawab Jerrel. Dia jadi berbicara formal pada Bellanca. "Jika kau tidak keberatan, kau bisa menyampaikannya padaku."

"Ini adalah hal penting, aku harus bicara langsung padanya."

Jerrel menepikan mobilnya dan segera menelpon Mahen. Tak butuh waktu lama Mahen langsung menjawab panggilan telepon dari kakaknya. "Kenapa, bang? tumben banget tiba-tiba telepon."

"Lo lagi sama Claudia, kan? shareloc tempat lo sekarang juga!"

"Ganggu banget, sih! nggak bisa apa lihat adeknya senang." gerutu Mahen.

"Ini penting, Hen. Ada yang pengen ketemu sama Claudia, kayanya dia keluarganya, deh."

"Bang, lo jangan gampang percaya sama orang. Bisa aja dia cuma ngaku-ngaku."

Jerrel merutuki dirinya sendiri, karena tidak bisa memberitahu Mahen yang sebenarnya, padahal situasinya sangat genting. "Lo mau shareloc sekarang, atau uang jajan lo nggak gue kasih selama sebulan!" ancam Jerrel yang sukses membuat Mahen langsung mengirimkan lokasi, tempat dia berada sekarang.

Mahen menyerah jika sudah berhubungan dengan uang, dia realistis dengan hidupnya. Dia hanyalah seorang laki-laki biasa yang belum bekerja, masih butuh biaya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa. Terpaksa dia menuruti perkataan kakaknya, padahal dia sedang asik menonton film di bioskop dengan Claudia. Lebih tepatnya dia hanya memperhatikan Claudia, yang sangat antusias menyaksikan film yang tengah di putar. Mahen menepuk pundak Claudia. "Clau, kita udahan dulu, ya nonton filmnya. Aku janji, deh nanti kita nonton lagi. Soalnya bang Jerrel udah nunggu diluar."

Tampak guratan kecewa pada wajah Claudia, padahal dia sangat senang menonton film dengan layar yang besar. "Kamu sudah berjanji padaku, awas saja kalau kamu berani mengingkarinya." Claudia cemberut dibuatnya.

Semua yang dilakukan Claudia begitu menggemaskan bagi Mahen, memang benar adanya jika cinta itu buta. Mereka berdua langsung keluar, saat Mahen menerima pesan chat dari Jerrel.

Saat mereka keluar dari gedung bioskop, Jerrel langsung menarik Claudia untuk masuk ke mobilnya. Dia berbisik pada Claudia. "Kakak lo, ada di dalam mobil."

Setelah mendengar hal itu, Claudia masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Mahen yang terheran sekaligus kesal di buatnya. "Apaan, sih. Main tarik-tarik aja. Kenapa juga lo nyuruh Claudia masuk ke mobil, dia kan berangkat sama gue!"

Jerrel menggandeng pundak Mahen, menyeretnya menjauh dari mobil. "Udah mending nunggu di sini dulu."

"Lo, percayaan banget sama orang. Gimana kalau itu bukan keluarganya Claudia, bisa aja itu orang jahat!" kata Mahen. Ada rasa kesal dan khawatir yang terlihat dari wajahnya.

"Hen, lo segitu sukanya, ya. Sama Claudia? Setelah hari itu gue nggak pernah lihat muka lo yang ngeselin kaya gini," ledek Jerrel. Yang diledek mendengus kesal.

Sementara di dalam mobil, Bellanca tergesa-gesa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Claudia. Bukannya Claudia mengerti, dia malah dibuat bingung akan hal itu. "Kak, tolong jelaskan secara perlahan. Aku tidak paham apa yang kamu bicarakan."

"Waktuku tinggal sedikit lagi, Clara. Secara garis besar, kamu adalah reinkarnasi dari putri Thalia dan tugasmu adalah mencari siapa pria yang di cintai putri Thalia."

"Bagaimana dengan ciri-cirinya?" tanya Claudia penasaran.

"Dia memiliki potongan ingatan sepertimu. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi, waktunya sudah habis. Aku akan menemuimu lagi nanti." Bellanca langsung membuka portal untuk bisa kembali ke negeri Everleigh.

Jerrel yang sadar akan hal itu, langsung mendekap Mahen ke dalam pelukannya, agar Mahen tak bisa melihat hal itu. Pelukan secara tiba-tiba, maksudnya apa. Apa kakaknya ini sudah gila? banyak orang yang berlalu lalang melihat ke arah mereka. "Bang, lepasin pelukan lo sekarang juga atau masa depan lo gue tendang!" sudah dirasa aman, Jerrel melepaskan pelukannya pada Mahen. Dia tersenyum lebar ke arah Mahen, membuat adiknya bergidik ngeri. "Sakit ini orang." batin Mahen.

Potongan ingatan, apa maksudnya? Claudia masih berpikir keras, dia tidak sadar jika dirinya memiliki potongan ingatan yang di maksud kakaknya. Ditambah lagi dia tidak tahu siapa putri Thalia, kenapa dia yang harus menjadi reinkarnasinya. Begitu banyak pertanyaan yang kini bersarang di benaknya. Itu semua terlalu sulit untuk bisa dia pahami. Ternyata benar adanya, jika dia memiliki takdir yang buruk.

*To be Continued....
Maaf, kalau part ini agak membingungkan 🤧 Terima kasih juga yang telah meluangkan waktu dan mampir ke sini 🤝💚💚🦋
Semangat kalian🔥🔥🔥

Beautiful Butterfly | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang