"B...bisa saja maid disini yang melakukannyakan. Mom tidak pernah kasar pada Yeji, iyakan sayang?" tanya Alexa sambil memegang pipi Yeji. Namun belum tersentuh anak itu sudah mengalihkan kepalanya dan beralih ke ceruk(?) leher Haechan. "Pudu Ji takut, kemaren dia jambak rambutnya Ji waktu Ji lagi mam eskrim" adu Yeji yang sudah nyaman pada Haechan. Haechan lalu menahan paha Yeji dan menggendongnya sperti koala.
"Dengar tuan?" tanya Haechan pada tuan Hwang sambil menaikkan sebelah alisnya dan memamerkan senyum tak simetrisnya lagi. Tuan Hwang tercekat tidak dapat menjawab sedangkan Hyunjin sendiri mendapati pikirannya seperti tidak berisi. "Chan tolong bawa Yeji ke kamarnya lagi ya, Jaemin, Jeno, sama Renjun temenin Haechan aja" pinta Hyunjin setelah terdiam beberapa saat. Mereka yang namanya disebutkan oleh tuan rumah segera beranjak ke ruang yang dipinta.
"Ini lah istri papa" Hyunjin membuka suara lebih dulu setelah bertatapan selama berapa detik dengan sang papa. "Bagaimana nyonya Alexa, sudah puas menyiksa adik saya selama saya dan papa tidak ada di rumah?" sambung Hyunjin kali ini dengan tatapan nyalang pada Alexa. "A...aku, itu bukan aku oppa. Itu Ira, pembantu baru itu. Pasti Yeji salah kira" bela Alexa pada dirinya sendiri.
"Kumpulkan semua pelayan menjadi dua barisan mulai dari yang paling baru masuk samapai yang paling lama bekerja disini. Karena yang paling lama bekerja disini pasti sudah memahami dan memaklumi Yeji" ucap Haechan sambil menuruni tangga. "Kok turun Chan?" tanya Hyunjin. Haechan tersenyum lembut lalu menepuk pelan kepala Hyunjin. "Gua pandai bermain kata dan rasa. Jangan anggap remeh Alexa dan jangan anggap remeh gua juga" bisik Haechan
"Lakukan" perintah tuan Hwang pada semua pelayan yang ada. Alexa terlihat menatap Haechan tajam dengan matanya yang bergetar sirat akan ketakutan akan sesuatu. Bibi Ira menjadi orang pertama yang diperiksa karena memang dia yang paling akhir menjadi pelayan dirumah itu, baru keminggu tepatnya. "Periksalah Haechan. Saya percayakan pada kamu" ucap tuan Hwang. "Silahkan masuk barisan Nyonya Alexa" ucap Haechan sengaja menekan pengucapannya pada dua kata terakhir.
Alexa berjalan pelan memasuki barisan paling belakang. Semua Haechan periksa perlahan dan dengan telit. Sampai pada waktu Alexa yang ada dihadapan Haechan. Mulai dari jari dan yang lainnya jug diperiksa Haechan. "Kuku panjang, jari lentik tanpa kapalan ditangannya" senyum Haechan yang biasanya terlihat cerah entah kenapa kali ini terlihat lebih mengerikan daripada biasannya.
"Terkumpul semuannya Chan?" tanya Jeno juga turun dari lantai dua. Haechan tersenyum dan mengangguk. Senyumnya masih terasa sama menyeramkannya bahkan untuk Jeno yang baru saja turun dan bergadapan dengan Haechan.
"Terserah tuan ingin tuan apakan wanita ini. Saya hanya dapat membantu sampai sini" ucap Haechab langlsung mengundurkan diri kekamar Hyunjin. Tidak ada seorang pun disana. Hyunjin lalu menarik Jeno keluar dari ruang bioskop yang kosplay menajdi ruang introgasi. "Segera usir wanita itu dari rumah ini. Atau aku nggak bakalan balik lagi kerumah ini lagi Papa" ucap Hyunjin sebelum menghilang dibalik pintu tegas.
Hyunjin mesih menarik Jeno kearah balkon. Sampai di beranda Hyunjin langsung menjatuhkan kepalanya di bahu Jeno dan menangis. "Gua nggak pantes jadi kakak Jen" ucap Hyunjin masih terisak. Semenata Jeno hanya mendengarkan sembari mengusap pelan bahu Hyunjin, berusaha menenangkan dan hanya menjadi pendengar untuk sekarang. "Gua nggak bisa jaga adek gua. Gua bahkan nggak bisa jaga mama Jen" Hyunjin masih menagis keras. Jeno menuntun Hyunjin perlahan untuk dukuk di lantai balkon yang memang dibersihkan setiap hari.
Tangis Hyunjin mulai mereda, kini hanya tinggal isakan kecil sebagai penutup. "Gua nggak nyangka yang tadi ngomong itu Haechan" Jeno menyuarakan pendapatnya. Hyunjin mengangkat kepalanya yang tadi masih dia senderkan di bahu lebar Jeno. "Iya juga. Dari senyumnya aja itu kayak bukan dia" Hyunjin menyetujui apa yang Jeno katakan. "Udahlah masuk yok kasihan anak anak yang lain pada nunggu" ucap Jeno menarik Hyunjin berdiri.
###
"Gimana nih?! Kapan bangunnya dia?!" tanya seorang wanita pada pria itu panik. "Gua juga nggak tau, kalau gua tau gua nggak bakalan panik gini" balas sang pria agak tenang walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya ia juga panik.
.
.
.
.
.
Siapa kah mereka???? Hehe