Bagian XXII Sabar

9 5 2
                                    

"Mulut mu itu dari tadi jangan berisi Reyhan, lebih berisik dari tangisan bayi" ~~Arkhan

__________________________________________________
Malam yang sangat tenang , semua penghuni rumah keluarga Said telah tertidur kecuali Arkhan, ia masih saja belajar dengan buku buku nya dengan tali pita yang mengikat di kepalanya dengan tulisan "HARUS SEMANGAT"

Raut wajah nya sangat serius saat mengerjakan soal-soal yang ada di buku tersebut. Saat sedang serius mengerjakan Arkhan mendengar ada suara tangisan bayi yang berasal dari bawah.

Arkhan langsung saja menaruh pensilnya dan langsung saja berlari ke bawah, ia mengetuk pintu kamar orang tua nya namun tidak ada jawaban dari sana hanya suara tangisan kedua adik nya yang makin menjadi-jadi.

"Abi, umi Arkhan masuk yaa. Assalamu'alaikum" Ucapnya sambil membuka pintu kamar kedua orang tuanya.

Arkhan langsung saja mengambil Sabrina dan menenangkan nya sambil ia membangunkan Fatimah. Namun bukan Fatimah yang bangun melainkan Ridwan yang bangun "ehh, anak abi.. Cup cup kenapa nangis, gara gara abang ya? " Ucap Ridwan.

"Nggak, ya Allah ini umi kenapa susah di bangunin bi"
"Umi emang susah di bangunin nya, bentar abi bangunin"

Ridwan mendekat kepada Fatimah dan ia membangunkan nya dengan cara "astagfirullah, apa harus di cium gitu?"
"Ini cara yang ampuh Arkhan. Fatimah,bangun sayang"

Ridwan mencium setiap sisi pada wajah Fatimah, dari pipi, bibir, hingga kening. Arkhan membalik membelakangi mereka, ia sangat kesal namun juga senang. Ia senang karena mereka berdua masih romatis walau sudah tua, dan kesal ketika Ridwan suka tidak melihat kondisi jika ingin bemersaan dengan Fatimah.

Akhirnya Fatimah bangun dengan mendorong sedikit tubuh Ridwan yang masih saja mencium dirinya "ihh udah, aku sudah bang- astagfirullah nangis ya? Ya Allah sini sini sama umi" Ucap Fatimah langsung duduk dari tidurnya dan mengambil Sabhira dadi gendongan Ridwan.

"Iya iyaa, anak umi haus ya bentar ya nak"
"Alhamdulillah, udh diam lagi. Terus Sabrina gimana?"
"Ya gantian dong, mana Sabrina, eh? "

Fatimah melihat Arkhan yang masih membelakangi mereka berdua, dan badannya mengayun-ayunkan tubuh nya sambil membaca sholawat dengan suara kecil.

"Maa Syaa Allah, anak umi yang satu ini udh cocok jadi ayah seperti nya hahah"
"Astagfirullah umi, Arkhan ga mau nikah muda"
"Jadi, nikah tua? "
"Ga gitu juga, nanti aja biar Allah yang menentukan kapan waktunya"
"Haha bagus bagus, tapi kau tidak sopan membelakangi orang-Akhh Auu sakit, kenapa kamu cubit akuu"
"Lihat kondisi nya dong, kamu ini ya, cepet ambil Sabrina
"Iya iyaa"

Sambil jalan ke arah Arkhan dan mengambil Sabrina dari gendongan Arkhan, Ridwan terfokus oleh ikatan tali pita yang ada di kepala nya dengan tulisan "HARUS SEMANGAT" Arkhan yang merasa bahwa abi nya melihat ke arah jidat nya, ia pun langsung menjelaskan nya kepada abinya.

"Ini tuh biar semangat"
"Owh gitu? Masa si? "
"Iyaa, kalo pake ini auto semangat anti males malesan, abi mau? Kalo lagi males buat melakukan sesuatu ke nyapu ngepel atau apa lah itu auto semangat"
"Wahh bagus si, bantu bantu di rumah ya. Hmm tapi abi udh punya yang huat lebih semangat lagi"
"Hm? Apa tuh"
"U.mi.mu.dong.hehhehehehehehhe, langsung auto semangat dengan sekali pelukan, di tambah anget pulaa hm~"
".... Arkhan lanjut belajar dulu assalamu'alaikum"
" Wa'alikummussalam , jangan tidur malem malem Khan"
"Hehehehehehhe, Wa'alikummussalam "

Arkhan langsung saja meninggalkan kamar itu dan kembali ke kamar nya, saat di tangga ia berpapasan dengan Shafira.

Shafira menanyakan apa yang terjadi di kamar kedua orang tuanya, Arkhan menjelaskan semua dan ia mereka berdua kembali lagi ke kamar nya masing masing.

ARKHAN (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang