Malam Berhujan; [12]

1K 227 28
                                    

***

Alfa melirik pintu di belakangnya yang sudah dia pastikan terkunci rapat. Andre masuk melalui celah kaca yang sudah pria itu lempar.

Melihat itu, Alfa mengetatkan rahang. Bawahan Papanya ini memang gila. Atas suruhan dari orangtuanya, Andre rela melakukan apa saja demi mendapat predikat anak buah yang setia.

"Kali ini alasanmu apa lagi?" Alfa membiarkan pria itu lolos dua hari lalu karena ingin tahu sejauh mana Andre bisa bertindak. Namun semakin hari malah semakin menjadi.

"Tuan Besar tau kalau Tuan Muda tertarik sama keturunan Sastarguna itu." Mata Andre mengerling ke arah pintu yang berada tepat di belakang Alfa. "Apa Tuan lupa istri Tuan sedang menunggu di rumah?"

Bibir Alfa menipis seketika. "Saya nggak pernah merasa punya istri," jawabnya penuh penekanan.

Andre mengangkat bahunya dengan tak acuh. "Kedatangan saya cuma mau memberi peringatan. Tuan Muda jelas haram menjalin hubungan dengan gadis manapun terlebih dia mempunyai darah terkutuk dari Sastraguna. Ini adalah peringatan terkahir dari Tuan Besar, mungkin besok saya sudah nggak di sini, tapi kekacauan tidak hanya akan berasal dari saya."

Andre membungkukkan punggungnya dalam-dalam. Lalu kembali menegak. "Jangan lupa sampaikan ucapan terimakasih saya kepada Ibu Hanna. Saya senang sekali bekerja di sini."

Alfa menggeram. Namun Andre memilih tersenyum tidak peduli kemudian membalikkan badan dan pergi.

Ingin sekali Alfa mengejar, namun sepertinya percuma. Dia hanya akan meninggalakan Hanna sendirian di sini. Dalam hatinya Alfa mengumpati polisi-polisi tolol yang katanya akan mengawasi namun justru tidak ada ketika situasi sudah kacau begini.

Alfa membuang napas, sebelum berbalik dan melangkah ke arah pintu. Ia sempat ragu sesaat sebelum mengetuk pintu.

"Buka. Ini aku," katanya pelan.

Hanna mendorong pintu kemudian. Matanya menatap Alfa tajam penuh pertanyaan. "Apa yang terjadi sebenarnya? Kamu udah janji mau menjelaskan."

Mereka berdiri di dtengah kegelapan. Hanna sama sekali tidak melihat bagaimana ekspresi wajah pria yang menjulang di depannya ini. Tidak bisa menebak dari gestur tubuh atau rautnya yang biasa pintar dinilai oleh Hanna.

"Kayaknya belum sekarang." Alfa menyahut ragu. Nyalinya seketika menciut saat hendak membongkar rahasia yang selama satu tahun ini disimpannya dari siapapun.

Dan di detik itu, lampu seketika menyala terang benderang. Mata Hanna sampai menyipit karena saking silaunya. Menatap nanar pada kaca yang semula sudah terpasang rapi kembali pecah berantakan.

Dan yang lebih menyakitkan lagi, dalang di balik kehancuran ini adalah Andre, karyawannya sendiri. Seseorang yang masuk ke dalam list sosok yang Hanna percayai. Andre selalu dipercaya Hanna untuk memegang kunci restorannya, memastikan semua aman terkendali sebelum dirinya beranjak pulang.

"Aku akan melaporkan Andre," sahut Hanna dengan suaranya yang bergetar. Langkahnya hendak terayun keluar namun dengan segera pergelangan tangannya dicekal.

"Kamu nggak akan pernah bisa menangkapnya."

Hanna menatap marah ke arah pria itu. Segala sesuatu tentang Alfa memang masih menjadi misteri baginya. Hanna tahu sekali mereka masih orang asing. Namun fakta bahwa Alfa lebih dari tahu siapa seseorang di balik kehancuran restorannya tapi memilih diam saja, membuat Hanna marah sekali.

Dengan sekali sentakan dia melepaskan cekalan pria itu dari pergelangan tangannya. "Aku sudah tau jelas siapa orangnya. Semua riwayat hidup Andre ada di tanganku. Polisi pasti bisa dengan mudah menangkapnya."

Bukan Romeo & Juliet (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang