Malam Berhujan; [22]

920 185 14
                                    

***

Zania Ankara Zunar merupakan keturunan dari klan keluarga rahasia yang mengabdi pada Sastraguna. Pekerjaan-pekerjaan yang Zunar ambil kebanyakan meliputi misi layaknya detektif atau agen rahasia. Tidak heran jika Sastraguna yang sering sekali memerlukan informasi senang memakai jasa mereka.

Zania memang bukan seorang agen ataupun detektif resmi. Dia berkeinginan untuk merintis karirnya sendiri tanpa mau mengikuti jejak para pendahulunya yang lebih senang bekerja di balik bayang-bayang. Namun rupanya, kepiawaian yang diturunkan keluarganya untuk menyamar, bersandiwara dan mencuri informasi sudah diketahui oleh Hanna. Membuat Zania yang awalnya enggan sekali terlibat oleh hal-hal yang berbau kemisteriusam seperti itu mau tidak mau harus ikut melibatkan diri.

Zania memulai karirnya sebagai seorang pengacara di sebuah firma hukum yang didirikan oleh Teguh atas nama Sastraguna. Meskipun masih dalam satu naungan yang sama, pekerjaan yang sekarang dilakukan oleh Zania sangat berbeda dengan keluarganya. Zania bisa mencetuskan nama aslinya dengan mudah. Tidak perlu bersembunyi dan bekerja di balik bayang-bayang dan mengambil risiko bunuh diri saat identitasnya ketahuan.

Meskipun terdengar keran, menjadi seorang agen rahasia memiliki risiko yang sangat tinggi, kemampuan di atas rata-rata, serta pemikiran yang di luar nalar.

Contohnya, sampai detik inipun Zania tidak pernah tahu siapa sosok ayahnya. Siapa namanya dan bagaimana rupanya. Yang Zania tahu hanya pekerjaannya yang merupakan seorang agen rahasia yang bekerja di bawah Sastraguna. Hanya itu yang sempat ibunya ceritakan, karena meskipun Zania mendesak setengah memaksa, sang ibu tidak akan bicara banyak hal mengenai sang ayah.

Di sini, di dalam ruang pribadi yang memang dia buat khusus di dalam apartemen, Zania menatap laptop. Mencoba menggali apapun mengenai Rajasa Arthadinata seperti apa yang diperintahkan oleh Hanna. Sang nona muda Sastraguna yang selalu harus dituruti kemauannya.

Zania iri sekali. Sejak dulu, kehidupan Hanna memang selalu mudah begini. Mempunyai ayah yang selalu menyayangi, nenek yang galak namun peduli, sepupu baik hati, keluarga besar yang diam-diam mendorong bisnisnya sampai semaju ini. Zania bukan tidak tahu, bahwa pelanggan yang sampai saat ini masih setia di restoran Hanna, ada campur tangan Larissa Sastraguna di sana.

Namun setelah mendapatkan semua kemudahan itu, Zania tidak habis pikir kenapa Hanna seolah tidak pernah puas padahal keluarganya sudah jelas mempersiapkan semuanya untuk masa depannya. Namun dengan keras kepala, Hanna justru bersikeras untuk mendirikan restoran sendiri dan menolak dibantu. Dan di saat restorannya sedang menghadapi masalah genting seperti ini, Hanna menolak bantuan dari keluarganya, tapi justru malah merepotkan Zania.

Hanna memegang salah satu kartu asnya sampai dengan mudah selalu memanfaatkannya seperti ini. Hanna tahu pasti dia tidak akan bisa menolak apapun yang Hanna perintahkan. Meskipun Zania dulu sempat keberatan karena dirinya memutuskan tidak mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi mata-mata atau apapun itu yang berkaitan dengan hal-hal rahasia, namun Zania terpaksa menuruti setiap permintaan Hanna setelah wanita itu tidak sengaja memergokinya bercumbu dengan pria lain.

Mata Zania menatap kesal ke arah laptop yang menampilkan riwayat hidup dari seorang Rajasa Arthadinata. Bibirnya menyunggingkan senyum miring ketika menemukan wajah serta nama Alfahiro di sana.

“Nggak bisa percaya sepenuhnya?” Senyum sinis mampir di bibir Zania yang penuh. Jemarinya bergerak di atas mouse dan memperbesar foto Alfa yang berada di sana. “Tapi dengan gampang masrahin diri buat diperawani.”

***

Hanna tahu mengenai kebiasaan Zania yang senang having sex dengan laki-laki lain sejak lama, setelah tidak sengaja dirinya menemukan sahabatnya itu sedang asyik beradu bibir di sebuah loteng ketika malam prom night kampus mereka. Saat itu Hanna diam saja, meskipun tahu jika sepupunya sudah diselingkuhi oleh sang pacar, namun atas nama persahabatannya dengan Zania, Hanna memutuskan untuk tidak campur.

Sampai puncaknya, Hanna kembali memergoki affair Zania semalam setelah pertunangan Zania dengan Catra diumumkan.

Melipat bibir, Hanna sengaja membuka pintu kamar milik Zania lebar-lebar. Membuat pergulatan panas di antara dua manusia yang terjadi di dalam selimut itu sempat terhenti. Hanna menyandarkan bagian kiri bahunya pada kusen pintu sembari mengamati bagaimana dua orang itu yang sibuk mencari pakaian mereka masing-masing dengan panik karena kehadirannya.

“Sejak kapan lo di situ?” Zania menyambar salah satu handuk besar dan langsung mengikatnya menutupi dada.

Hanna diam tidak menjawab, matanya menatap lurus ke arah Zania meskipun lelaki tak dikenal itu sudah terbirit-birit melewatinya keluar dari kamar. Hanna menutup pintu dengan segera, hidungnya berkerut dengan mata menajam. Tidak ada yang tahu semarah apa Hanna sekarang.

“Bahkan baru kemarin lo meresmikan hubungan lo sama Catra.” Setiap kalimatnya diucapkan dengan penuh penekanan.

Zania menyilangkan lengan dengan dagu mendongak, wanita itu melengos dan duduk di atas ranjang seraya menopang kaki. Untuk kali ini, dia tidak akan kalah melawan Hanna. Ini hidupnya, dirinya bebas melakukan apapun yang dia sukai tanpa membiarkan orang lain yang mengaturnya sesuka hati.

“Ya terus kenapa?” Zania menatap dengan mata membulat yang penuh akan tantangan. “Jaman sekarang wajar kali berhubungan badan sama banyak orang. Nggak usah sok munafik, Na.”

Hanna menganga tidak percaya. “Lo gila,” gumamnya. Bibirnya menipis melihat ekspresi Zania yang tidak menunjukan rasa bersalah sekali. “Wajar lo bilang? Gue emang munafik, karena gue nggak pernah berpikiran kotor kayak lo sekarang. Demi apapun, Zan, lo udah tunangan sama Catra!”

“Ya terus kenapa kalau gue udah tunangan sama Catra?!” Emosi Zania tersulut. Dia berdiri dan dengan cepat memelototi Hanna dengan keduanya matanya yang memerah. “Lo nggak berpikir Catra juga masih perjaka sampai kita menikah kan, Na. Nggak ada jaminan sepupu lo yang lo kira polos itu nggak pernah main sama cewek lain.”

Catra tidak mungkin melakukan itu. Hanna percaya sekali. Melihat bagaimana Catra terhadap Zania menjadi budak cinta, Catra tidak akan tega melakukannya. Terbukti dari setiap malam yang Catra habiskan di dalam rumah nenek mereka. Sepupunya itu jarang sekali pulang terlalu larut untuk menghabiskan malam dengan bersenang-senang layaknya pria kebanyakan.

Rasa sayang dan cintanya ke Zania, Hanna sendiri yang menjadi saksi sudah sedalam apa.

Namun akhirnya Zania menghela napas. Menyugar rambutnya dan membuang wajah dengan gusar. Demi apapun, dirinya dan Hanna sudah bersahabat dari lama, Zania tidak seharusnya membentaknya seperti tadi. Terlebih, ada secuil rasa takut dilaporkan oleh Catra akibat perbuatan tak senonohnya barusan.

“Sebenarnya, ini bukan kali pertama gue mergokin lo,” Hanna kembali membuka suara. “Sebelumnya di malam prom night kampus kita juga pernah, tapi gue diem aja. Berpikir karena mungkin waktu itu hubungan lo sama Catra belum seserius ini, dan lo juga pasti lagi pengin senang-senang menikmati masa muda.” Kemudian dia mendesah. “Tapi demi apapun Zan, sekarang kalian udah tunangan, apa nggak ada niat buat lo merubah kesenangan lo yang satu itu demi Catra? Lo nggak mau dia kecewa setelah tahu semua ini, kan?”

“Dia nggak akan tau kalau lo nggak kasih tau.” Zania menyahut cepat. “Meskipun gue senang having sex sama banyak lelaki, perasaan yang gue punya buat Catra itu tulus,” gumamnya setengah berbisik menunjukan keseriusan. “Lo tega, memisahkan kami yang saling mencintai. Padahal di jaman ini, perasaan dan kebutuhan biologis itu sesuatu yang bisa dipisahkan.”

Perasaan dan kebutuhan biologis merupakan ... Sesuatu yang bisa dipisahkan?

Hanna mengingat sekali apa yang dikatakan Zania untuk beralasan malam itu. Tatapannya kemudian beralih ke arah sofa kosong dengan setumpuk selimut dan bantal di atasnya. Memorinya mengingat kembali kejadian semalam, di mana dia menyerahkan kehormatannya untuk orang lain yang belum dikenalnya lama.

Mungkin ... Ini yang dirasakan Zania. Tidak dapat menahan godaan ketika tubuhmu sudah mendamba sentuhan lelaki.

Apa ini berarti ... Mereka sama?

***

Double up, kaaaan. Aku baik kaaaan hehe.

Bab ini memang nggak ada uwu-uwunya, mungkin bab depan?

Vidia,
20 Januari 2021.

Bukan Romeo & Juliet (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang