Malam Berhujan; [35]

865 181 5
                                    

***

Dalam diam, di sebuah kursi paling sudut sebuah restoran, Arya mengamati semua keributan itu dengan tatapan menilai. Sebelum dengan tenang meraih secangkir kopi tanpa gula yang dipesannya lalu menyesapnya pelan.

Sempurna.

Diana murka sesuai dengan apa yang diduganya. Meskipun dia merasa tidak tega melihat kedua wanita yang sama-sama dikorbankan di depan sana, namun Arya memang tidak punya pilihan lain. Ini adalah cara terbaik untuk membuat adik semata wayangnya pulang ke rumah mereka.

Arya berdehem sekilas, sebelum meletakkan dua lembar uang seratus ribu di atas meja sebelum berdiri dan pergi. Tugasnya sudah selesai sampai di sini.

***

Benar, video mengenai perebut suami orang oleh salah satu cucu dan anak dari keluarga ternama tentu sudah masuk ke akun gosip perlambean. Meskipun mereka tidak menyebutkan namanya dengan jelas karena tahu Sastraguna sepower apa, sebagian dari netizen pasti sudah tahu bahwa orang itu adalah Hanna. Beberapa orang bahkan mengambil video ketika wanita tadi datang memaki dan menjambaknya.

"Ibu nggak apa-apa?" Abel yang datang dengan secangkir teh beraroma lemon menatap Hanna khawatir. Bosnya itu tampak berantakan. Rambutnya acak-acakkan, juga luka pada sudut bibir karena sebelum pergi wanita tak dikenal tadi menyempatkan diri untuk melabuhkan tangannya dengan menampar pipi mulus sang ibu bos.

Mata Abelia membola ketika jemari Hanna meremas sebuah foto yang tadi wanita itu berikan.

"Kurang ajar," geram Hanna. Mengingat perlakuan tidak pantas dari wanita sialan itu membuat Hanna muak bukan kepalang.

Kondisinya tidak pernah sememprihatikan ini sebelumnya. Dicaci maki di depan para pelanggannya sendiri membuat harga diri Hanna jatuh seketika.

Terlebih ... Alfa membohonginya. Pria itu sudah menikah tapi masih dengan tega mengambil keperawanannya. Mana Hanna tahu kalau dirinya sekarang berhubungan dengan lelaki orang? Menyebalkan sekali. Niat dengan memanfaatkan Alfa untuk membantai Rajasa sepertinya harus Hanna lupakan kali ini. Karena dia akan sibuk mengumpulkan kembali harga dirinya yang sudah jatuh berserak di atas tanah.

Dan juga ... Perasaan apa ini? Mengingat Alfa menjalin rumah tangga dengan wanita lain juga membuat sudut hati Hanna terasa nyeri. Ya ... Tidak heran juga, sih. Hanna seorang perempuan, hubungannya yang terjalin dengan Alfa mana mungkin tidak pakai perasaan.

Lagi pula wanita mana yang tidak akan jatuh hati jika diperlakukan seperti Alfa memperlakukannya. Pria itu memprioritaskan Hanna, rela kehilangan waktu malamnya hanya untuk menjaga restoran miliknya. Pria itu juga jarang sekali menaikkan intonasi bicara, juga senyum kecil yang disisipkan itulah yang menjadi salah satu dari banyak hal yang membuat Hanna jatuh hati.

Tapi kalau mengingat pria itu memiliki seorang istri yang mungkin diperlakukan sama, entah kenapa, sudut hati Hanna merasa tidak terima. Dadanya panas, dia tidak tahu harus bagaimana untuk kehidupan selanjutnya.

"Kayaknya saya harus pulang sekarang, Bel." Hanna berdiri dengan lunglai dan meraih tasnya. Menjepit rambut berantakannya asal dengan jedai. "Tolong awasi restoran, ya. Kalau ada apa-apa, tinggal telepon saya."

"Siap, Bu." Abel menjawab. "Istirahat yang cukup ya, Bu."

Hanna mengangguk sambil tersenyum tipis sebelum berjalan keluar, menuju mobilnya untuk pertama kali sejak beberapa hari lalu, dia siap menerima kembali omelan sang nenek.

***

Setelah setahun Diana tanpa lelah menunggu, tanpa lelah menanti kepulangan Alfa yang tak pasti, dia sama sekali tidak tahu bahwa jaraknya dengan sang pujaan hati hanya beberapa kilo meter saja.

Bukan Romeo & Juliet (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang