Malam Berhujan; [26]

1K 181 11
                                    

***

Sejak awal, sejak Alfa memperkenalkan diri sebagai salah satu anggota dari Arthadinata, Hanna seolah mendapatkan peluang. Dia tahu Alfa akan bisa dirinya manfaatkan untuk memancing Rajasa keluar.

Dia menyerahkan diri kepada Alfa bukan tanpa alasan kendati memang Hanna juga menginginkannya. Namun bukan itu alasan utama, dia ingin, pria itu berada di dalam genggamannya. Tidak bisa hidup tanpanya, dan lebih menginginkannya dari pada keluarganya sendiri. Terdengar kejam memang, namun Hanna yakin sekali rencananya ini akan berhasil. Rajasa pasti sedang murka bukan main mengetahui sang putra justru memendam cinta terhadap perempuan Sastraguna yang menjadi korban keisengannya.

Memikirkan ini, entah kenapa Hanna merasa bersyukur Catra memperkenalkannya kepada Alfa. Hanna juga mulai curiga, kalau sepupunya itu sengaja mempertemukan mereka karena tahu Hanna sudah menjadi korban ayah dari Alfahiro Arthadinata.

“Tapi ... Apa kamu yakin keluargamu akan setuju?” Alfa menggumam di sela pelukan mereka yang kali ini terasa berbeda dari biasanya. Dia merasakan keintiman yang luar biasa padahal mereka masih berpakaian lengkap dan tidak saling bercumbu. Namun entah kenapa, Alfa sangat menikmatinya.

“Kalau Papi aku yakin dia pasti setuju. Dari dulu, Papi nggak pernah sekalipun memaksaku untuk menuruti kehendaknya.” Hanna menjawab. “Tapi kalau Nenek ... Sepertinya aku hanya perlu meyakinnya sedikit.”

Ketika kepala Hanna mendongak untuk menatap pria itu, matanya sontak terpejam kala kecupan lembut mendarat di dahinya. Dada Hanna seketika berdesir, merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan.

“Aku ....” Alfa berdeham demi menghalau suaranya yang serak sebelum melanjutkan, “Aku ... Benar-benar menginginkan kamu.”

Hanna bisa melihat kesungguhan dan ketulusan yang luar biasa. Dalam hatinya, dia merasa senang sekaligus puas. Ya, Alfa harus menginginkannya. Pria itu harus meletakkan dunia dan kebahagiannya di tangan Hanna. Agar Hanna bisa menggunakannya kapan saja untuk menyerang Rajasa. Tidak perlu menyerang, membuat Rajasa kesal pun, Hanna sudah senang sekali.

“Aku juga,” jawab Hanna dengan jemari yang merambat menuju dada pria itu. Senyumnya mengembang sempurna kala menemukan detak jantung yang berdegup kencang di balik kaus hitam. “Bisa nggak, kita bercinta di sini?”

Alfa tidak perlu menjawabnya karena pria itu langsung menyambar bibir Hanna dengan segera. Mengulumnya dengan tergesa seolah mereka sedang dikejar oleh sesuatu, mengecapnya dengan rasa tak pernah puas, juga menghisapnya seolah wanita itu adalah candu langka yang jarang Alfa temukan.

Suara erotis dari ciuman mendalam yang mereka lakukan memenuhi ruangan 3×3 ini. Apa lagi ketika Alfa mendorong tubuhnya ke belakang untuk berbaring di kasur keras. Kedua lengan Hanna membelit leher pria itu dengan segera, seolah takut Alfa akan pergi meskipun hal itu tidak mungkin terjadi. Namun belitan Hanna menguat, jemarinya naik meraba dan menyelinap di antara rambutnya yang tebal.

Dan ketika Hanna membuka bibir untuk membalas permainan lidah Alfa di dalam mulutnya, pria itu kemudian mengerang. Terdengar seksi dan Hanna sangat menyukainya. Remasan jemarinya di rambut pria itu kian menguat, semakin mendorong Alfa untuk memperdalam ciuman mereka.

Sebelum beberapa saat kemudian, wajah Alfa menjauh dengan napasnya yang terengah. Matanya menatap terpesona terhadap Hanna yang menampilkan ekspresi mendamba. Bibir wanita itu bengkak dan memerah dengan mata diselimuti gairah. Terlihat erotis dan cantik sekali. Alfa sampai mengumpat berkali-kali demi tidak menelanjangi Hanna sekarang juga.

Karena Alfa ingin melakukan sesuatu sebelum hal itu terjadi.

“Kenapa?” Hanna yang merasa diperhatikan dengan seksama memilih bertanya.

Bukan Romeo & Juliet (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang