Spam vote dan komentar !
•
•
Samudra termenung di depan pintu rumah Dinda.
"Ngapain disini, Bang?" Lamunannya tersadar, disaat Seorang laki-laki melontarkan pertanyaan kepadanya.
Ia nampak gugup, Tidak tahu harus menjawab bagaimana. Untuk menyamarkan kegugupannya, Samudra pun berdehem lantas kembali melanjutkan perjalanan tanpa merespon pertanyaan dari laki-laki yang bukan lain adalah Andra, sahabat Dinda.
Andra mengendikkan bahu lantas memasuki rumah, mencari keberadaan bestienya. Ternyata di dapur, Andra pun langsung duduk di meja makan disaat Dinda baru selesai dengan masakannya.
Ia memperhatikan ekspresi sahabatnya yang agak berbeda dari sebelumnya. Seperti seseorang yang baru mengalami kejadian canggung atau semacamnya. Lebih tepatnya Dinda terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ngapain Lo kesini pagi-pagi?" Tanya Dinda agar Andra tidak curiga. Namun harapannya sirna, ternyata si Andra ini sudah terlebih dahulu mengerti gelagat anehnya.
"Lo kenapa sih, Din? Abis ngapain sampai gugup gitu?" Pertanyaan Andra terdengar mengerikan di telinga Dinda. Ia hanya memalingkan pandangan.
"Nggak ngapa-ngapain, kok. Kenapa emangnya?" Tanyanya sok polos.
Kedua mata Andra nampak menyipit, sudah pasti laki-laki itu mencurigai dirinya. "Itu kenapa bang Samudra pagi-pagi keluar dari rumah Lo?" Andra nampak berpikir sejenak. "Astaga? Jangan-jangan kalian-"
"Ndra! Apa-apaan, sih? Jangan ngaco!" Bentak Dinda sebelum sahabatnya itu berbicara lebih banyak.
"Ya maaf," sesal Andra sembari mencomot dadar gulung yang dibuat Dinda.
Dinda membalik piring yang ada di atas meja, kemudian memulai sarapannya. Jangan tanyakan soal Andra, laki-laki itu sering menumpang tanpa permisi seperti ini. Bukan karena kurang ajar, namun mereka berdua sudah sangat dekat sejak kecil. Andra sering makan dan tidur di rumah Dinda, sebaliknya Dinda pun sering makan dan tidur di rumah Andra. Itu dulu, berbeda dengan sekarang.
"Eh btw, Din," ucap Andra memecahkan keheningan. Dinda hanya berdehem, Tidak bisa bicara karena sedang mengunyah makanan.
"Uang Lo yang dua ratus lima puluh ribu itu ntar dulu, ya? Nggak apa-apa, kan?" Tanyanya mengulurkan tangan untuk tambah lauk.
Dinda hanya mengangguk, "santai aja."
Mereka berdua melanjutkan sarapan. Setelah itu, Dinda langsung berangkat ke toko untuk bekerja. Sedangkan Andra, ia harus mencuci piring bekas sarapannya. Andra Tidak pernah menyusahkan Dinda. Meskipun ia sering numpang, namun Andra tidak sembarang numpang.
___
"Pokoknya gue harus minta penjelasan langsung sama Bang Samudra," monolog seorang gadis yang sedang menjalankan pekerjaannya.
Raganya sibuk dengan ini itu, menata dan membersihkan toko, namun tidak dengan isi kepalanya. Pikirannya masih terus berputar-putar memikirkan bagaimana bisa Samudra tidur di atas kasurnya.
Kegiatannya berhenti sejenak. Dengan sebelah tangan yang ditekuk ke pinggang, Dinda membuka mulutnya lebar-lebar. "Atau jangan-jangan dia ngigau?" Tanyanya pada diri sendiri.
Tebakannya bisa saja benar, lagipula saat itu Samudra juga sedang mabuk, kan. Jadi kemungkinan besar, lelaki itu memang mengigau dan berakhir di kamar Dinda. Yah, mungkin saja. Meski ia sudah tahu bahwa tebakannya kemungkinan besar benar, namun Dinda masih harus meminta penjelasan dari Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB UTARA [On Going]
RomanceSuka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA tidak ingin kuliah, melainkan ingin menjadi pendamping bagi sosok Samudra Adiwijaya, duda anak satu yang ditinggalkan istrinya. Ada kalanya...