Jangan lupa vote dan komennya yawww
Happy reading ❤️
•••
Saat ini Dinda sedang berada di salah satu rumah sakit yang menerima donor ASI nya. Ia bersama dengan Samudra dan juga Mamanya. Samudra menunggu di luar, sedangkan Mamanya turut kedalam menemani Dinda yang sedikit gugup.
"Kami sangat berterima kasih kepada ibu Dinda, karena sudah bersedia mendonorkan ASI nya," ucap sang Dokter.
Dinda hanya tersenyum, ia merasa bingung dengan reaksi sang Dokter yang menurutnya sedikit berlebihan. Kenapa mereka se berterima kasih itu kepadanya? Mereka sangat senang disaat mendengar bahwa Dinda mendonorkan ASI-nya.
"Kalau ada kemungkinan, Minggu depan kami akan balik lagi, Dok."
Sang dokter tersenyum, meng iyakan perkataan Helna. Sedangkan Dinda masih bertanya-tanya akan satu hal.
"Sebenarnya kami memiliki seseorang yang baru-baru ini mencari donor ASI yang terbaik untuk anaknya," kata sang Dokter.
Dinda mengangkat sebelah alis, "Terbaik, Dok?"
"Benar sekali. Memang beliau bukan orang biasa, beliau adalah orang yang cukup berpengaruh. Maka dari itu beliau menginginkan yang terbaik untuk anaknya."
Dinda dan Helna saling bertatapan sejenak. "Kalau boleh tau, kenapa beliau mencari donor ASI, Dok?" Tanya Helna.
Sang dokter hanya tersenyum. "Untuk alasannya, kami tidak bisa menjelaskan lebih jauh."
"Nggak apa-apa kok, Dok. Kalau gitu, kami pamit. Sampai jumpa Minggu depan," Ucap Dinda seraya menggandeng tangan Helna.
Kalau tidak begini, wanita paruh baya itu akan terus bertanya sampai akar kepada Dokter.
Melihat Dinda dan juga Mamanya yang keluar dari dalam, Samudra langsung beranjak dari duduknya.
Pria tersebut merangkul pundak sang istri. "Ayo pulang, Sayang. Kamu nggak lupa, 'kan, sama janji kamu kemarin?" Tanyanya.
Dinda menggeleng, "Enggak, kok! Ayo pulang!" Ajaknya diangguki semangat oleh Samudra.
Sedangkan Helna hanya bisa menggelengkan kepalanya lelah, menghadapi sifat kekanakan Samudra sejak menikah kembali.
Setelah kepergian mereka, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah sakit yang sama. Menurunkan seorang pria berpakaian formal, dengan seorang batita yang ada di gendongannya.
"Mari, Tuan." Seorang bodyguard muncul dan mulai menuntun langkah tuannya memasuki rumah sakit.
"Kamu sudah memastikan dengan benar bahwa kali ini donor ASI nya terbaik, 'kan?" Tanyanya, terus melangkah menyusuri koridor.
Sang bodyguard mengangguk, membuka pintu dimana Dinda memasukinya beberapa waktu lalu.
"Benar, Tuan."
Dokter yang sama berdiri, menyambut kedatangan sosok tersebut. "Selamat siang, Pak. Kami sudah mendapatkan donor ASI terbaik seperti yang anda inginkan," ujarnya.
Wanita tersebut mulai menunjukkan beberapa kantong ASI yang semula Dinda donorkan, meletakkannya di atas meja, tak lupa dengan prosedur kebersihan yang sangat tinggi.
"Anda yakin ini ASI yang bagus? Tidak membuat putra saya sakit seperti yang sebelumnya, 'kan?" Pria tersebut memastikan.
"Benar, Tuan. Saya sudah mengujinya sendiri. Ibu hamil yang mendonorkan ASI-nya ini juga dalam keadaan yang bugar."
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB UTARA [On Going]
RomansaSuka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA tidak ingin kuliah, melainkan ingin menjadi pendamping bagi sosok Samudra Adiwijaya, duda anak satu yang ditinggalkan istrinya. Ada kalanya...