33. Bocil cemburu

3.1K 166 9
                                    

Hello!!!!
Pripun kabare man teman?
Happy reading ❤️

•••

"Eungh..." Dinda menggeliat tak nyaman dengan tidurnya.

Perempuan itu berusaha bergerak, namun ruangan disekitarnya seolah menyusut dan membuatnya sulit bernapas. Tangan indahnya meraba sekitar, merasakan beban berat di perut dan juga dadanya.

"Mas..." Lirihnya setengah sadar.

Ia berusaha membangunkan suaminya yang sudah seperti koala yang merengkuh pohonnya. Samudra menghampit kedua kaki Dinda dengan kakinya, dengan tangan pria itu yang sudah bertengger manis di dada nya.

Dinda menjambak dengan keras rambut pria itu, hingga mampu membuatnya gelagapan karena terkejut.

Samudra meringis kesakitan. "Akhhh!"

Ia membuka kedua matanya, menatap sang istri yang sudah memasang rapi wajah marahnya. "Mampus, kena lagi!" Batin pria itu.

Mendudukkan dirinya dengan cepat, Samudra beralih membantu Dinda duduk pula. Ia memperhatikan raut wajah kesal Dinda dengan takut-takut.

Samudra meringis kuda, "Maaf ya, Sayang. Aku nggak sengaja."

"Dada aku sakit! Kamu apain aja semalem? Hah!" Sungutnya.

Sedangkan Samudra kepanikan, mengangkat tangan kanannya. "Demi Allah. Aku nggak ngapa-ngapain kamu. Seriusan, Din."

"Tau, ah! Aku nggak mau masak!" Kesalnya.

Hendak memeluk tubuh istrinya, Samudra justru salfok dengan baju depan Dinda yang basah di kedua bagian dadanya.

Ia mendekat. "Sayang..." Panggilnya.

"Apa!" Sulut Dinda.

Samudra terkejut sejenak, namun setelahnya kembali menormalkan sikap. Ia menunjuk kedua dada Dinda.

"Punya kamu kenapa, Din? Kok rembes?" Tanya pria itu.

Dinda mengalihkan perhatiannya, memperhatikan kedua dadanya yang benar-benar rembes. Ini kenapa? Kok bisa?

"Din. Kamu... Kenapa? Itu... Asi?" Tanyanya gugup.

Dengan gugup pula, Dinda mengangguk sambil memperharikan rembesan yang terus bertambah.

Ia menatap suaminya. "Gimana, mas? Airnya keluar terus!" Paniknya.

Nampak berpikir sejenak, Samudra lantas mengambil sebuah gelas di atas nakas bekasnya minum tadi malam.

Ia duduk di samping Dinda. "Taruh sini, Din!" Sarannya.

Edan! Nggak ditaruh di gelas juga Samsudin!

"Mas! Ya nggak gitu juga konsepnya!" Kesal Dinda.

Samudra meringis kuda, lantas menaruh kembali gelas tersebut. "Ya mana ku tau," ujarnya.

"Telpon Mama coba, Mas. Tanyain," pinta Dinda.

Samudra pun mengangguk lantas bangkit dari duduknya, mengambil ponsel di atas meja rias Dinda.

Ia mencari nomor mamanya di benda pipih tersebut dengan sedikit melantur, karena saat ini ia sudah menemukan sebuah ide baru. Pria tersebut membawa ponselnya, menghampiri Dinda dan duduk kembali.

Dinda mengerutkan alisnya. "Kenapa balik?" Tanyanya bingung.

Namun tanpa ia duga, Samudra justru melingkarkan tangannya guna melepaskan kaitan bra yang dipakai Dinda.

"Kenapa dilepas, Mas? Kalau makin keluar, gimana?" Panik Dinda.

Samudra memperhatikan wajah panik Dinda. "Kamu tenang aja, Din. Aku punya solusi," ucapnya.

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang