Vote dulu sebelum membaca!
Happy reading ❤️
•
•
•Mengurus seorang anak memanglah susah-susah gampang, tapi Dinda bersyukur karena bisa mengurus anak asuhnya dengan sangat baik. Gadis kecil yang saat ini sedang memakan kue serabi setelah pergi ke puskesmas untuk cek kesehatan.
Dinda sangat senang disaat mendapati bahwa tinggi dan berat badan Azizah sudah bertambah. Itu menandakan bahwa anak asuhnya berhasil tumbuh dengan baik.
Sebelum pulang, sebenarnya Dinda sempat membeli sebuah benda yang sedari kemarin ingin dibelinya.
Kalian tahu bukan, bahwa ia dan Samudra pernah melakukan sesuatu yang tercela? Karena itulah Dinda memberanikan diri untuk membeli alat tes kehamilan.
Namun Dinda berpikir dua kali, perempuan tersebut tidak yakin akan mengetahui hasilnya. Karena kejadian itu masih baru-baru ini, bahkan gejalanya pun belum ia rasakan.
Maka dari itu Dinda berniat menyimpan benda tersebut terlebih dahulu, kemudian memakinya disaat sudah berjalan dua atau tiga mingguan.
Percayalah. Ini bukan karena Dinda merasa acuh pada kelakuan rusaknya, namun karena ia belum siap dengan sebuah pernikahan. Dinda tau benar bahwa apa yang telah dilakukannya adalah dosa besar, namun tetap saja ia masih belum bisa menjalin ikatan pernikahan. Dinda tidak siap.
Untuk saat ini, Dinda hanya berharap bahwa ia tidak sampai hamil, atau segalanya akan hancur termasuk masa depannya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran seorang Adinda Cempaka Kalisya.
___
Malam yang sunyi menjadi saksi seorang perempuan dengan sweater oversize dan rambuh coklat terurainya, yang tengah melamun sembari menatap jauh keatas sana.
Setelah anak asuhnya tertidur, ia memilih untuk tiduran diatas rumput tebal yang ada di samping rumah.
Dinda memegangi perut datarnya, agak menekan-nekan seakan tengah berusaha merasakan sesuatu. "Nggak kerasa. Syukur, deh!" Antusiasnya berusaha berpikir positif.
Masih dengan posisi yang sama, Dinda menatap langit malam dengan sejuta pikiran di kepalanya. Entahlah, Dinda sendiri juga tidak mengerti kenapa ia sampai rela memberikan mahkotanya kepada Samudra.
"Andra," ucap Dinda tiba-tiba.
Perempuan itu ingat bahwa akhir-akhir ini Andra jarang berkomunikasi dengannya. Apakah cowok itu baik-baik saja? Tanpa basa-basi, Dinda langsung saja mengambil ponsel yang ada di dalam saku lantas menghubungi nomor sahabatnya.
"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan."
"Lah?" Bingungnya. Tumben si Bambang tidak bisa dihubungi? Ya sudahlah, mungkin ia sibuk atau kehabisan baterai.
Kembali dalam lamunannya, tiba-tiba Dinda terkejut disaat sebuah benda hangat menpel di pipi kirinya. Ia sontak mendudukkan tubuhnya dengan satu tangan yang memegang pipi hangat itu.
"Kenapa sendirian disini?" Tanya sosok tersebut sembari duduk bersila dan menyerahkan segelas cokelat panas.
Dinda hanya menunduk sebagai jawabannya. Namun sedetik kemudian sosok tersebut kembali berbicara. "Kalau ada masalah jangan diem aja," katanya.
Dinda menoleh, menatap sosok yang saat ini juga tengah menatapnya. "Bang..."
"Hm?" Dehem sosok yang tak lain adalah Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB UTARA [On Going]
RomansaSuka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA tidak ingin kuliah, melainkan ingin menjadi pendamping bagi sosok Samudra Adiwijaya, duda anak satu yang ditinggalkan istrinya. Ada kalanya...