-Hargai karya penulis dengan memberi vote dan komentar!
..
.
.
Sudah dua hari ini Dinda berinteraksi dengan berbagai macam pelanggan. Baik itu pelanggan yang ramah, menyenangkan, maupun mengesalkan, Dinda tetap melayani setiap pelanggan tersebut dengan senang hati. Mungkin inilah yang membuat Tante Helna cukup puas dengan cara kerja Dinda.
Buktinya, baru dua hari ia bekerja di toko kosmetik itu, Tante Helna sudah memberinya tip. Dan kini Dinda sedang berada di sebuah Cafe, menunggu kedatangan sahabatnya.
Meskipun tip yang diberikan Tante Helna tak seberapa, namun tetap saja ia ingin mentraktir sahabatnya dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri. Catat itu, hasil kerja kerasnya sendiri! Bukan pemberian mamanya di London!
Sedang asyik mendengarkan lagu favoritnya, Dinda melihat kedatangan seorang laki-laki berpakaian orange cerah. Siapa lagi kalau bukan Bamandra alias Bambang, sohib nya.
"Aseeek, ada yang baru gajian nih? Baru dua hari udah ngajak ngafe?"
"Iya dong. Ya, meskipun baru tip doang. But, it's okay mah kalau cuma buat nraktir Lo."
"Percaya deh, yang bukan pengangguran lagi."
"Iya dong."
Mereka berdua lantas mulai memesan makanan masing-masing. Sambil menikmati musik, Dinda menekuk bibirnya kedalam, berusaha menahan tawa ketika melihat sohibnya.
Bamandra yang menyadari gelagat Dinda pun menatap penuh tanya. "Kenapa, Lo?" Tanyanya penasaran, apakah ada yang salah dengan penampilannya?
"Bwahahahaa! Mas Bambang yang paling ganteng, itu bajunya lucuk ya? Oren-oren udah kaya wortel aja." Tertawa puas memandangi wajah kesal Andra, Adinda sampai beberapa kali meneteskan air mata.
"Masih mending kayak wortel. Dari pada Lo-"
"Apa?" Potong Dinda mengusap sisa air matanya akibat terlalu seirus tertawa.
"Baju Lo udah kayak pisang tau nggak? Kuning semua." Kesal dengan perkataan sahabatnya, Dinda tak segan-segan menjambak rambut klimis Andra, membuat laki-laki itu mengoceh kesal.
"Anjir banget ya, Lo? Jadi berantakan gini kan, rambut gue?"
"Emangnya kenapa? Malah makin ganteng Lo kalau rambutnya gitu," ucap Dinda asal.
Setelah menunggu beberapa saat, makanan pesanan mereka akhirnya datang. Dinda yang memang sudah lapar, langsung meng eksekusi pesanannya tanpa menghiraukan keluhan sang bestie yang sibuk membenarkan rambutnya.
"Ndra, makan dong! Gue udah beliin loh kalau Lo lupa."
Mendengar ocehan sahabatnya, Andra hanya bisa mengendus kesal. Nampaknya ia harus ekstra sabar menghadapi perempuan yang satu ini. Namun dibalik semua sikap mengesalkan Dinda, perempuan itu tetaplah sahabat terbaiknya. Secara mereka berdua sudah bersama sejak kecil, mungkin itu yang membuat hubungan mereka sangat sangat sangat dekat.
"Btw, Din," panggil Andra.
Dinda mendongak sebatas menaikkan alisnya, karena mulutnya sedang dipenuhi oleh makanan.
"Malem ini gue boleh gak nginep di rumah Lo?"
"Kenapa? Lo di usir?"
"Gue lagi ada masalah sama Abang gue."
Sejenak Dinda menghentikan kegiatannya, menegakkan tubuh kemudian meneguk minumannya. "Jangan bilang, Lo bikin ulah lagi?"
"Kali ini bukan gue, bang Amas yang duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB UTARA [On Going]
RomanceSuka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA tidak ingin kuliah, melainkan ingin menjadi pendamping bagi sosok Samudra Adiwijaya, duda anak satu yang ditinggalkan istrinya. Ada kalanya...