37. Tumbuh dewasa bersama

3.2K 91 5
                                    

Jangan lupa Vote dan Komentar ya✨

Happy reading ❤️

•••

"Ayo dong, Din. Yang kuat!" Cecar seorang bocah laki-laki yang sedang duduk manis di atas ayunan, menunggu sahabatnya agar mendorong ayunannya.

Seorang anak perempuan mengendus kesal, namun ia tetap menuruti kemauan sahabatnya itu.

"Ini udah kuat tau! Aku capek!" Kesalnya.

Ia mendudukkan dirinya di atas pasir putih yang lembut, menghentakkan kakinya kesal. Menyadari hal tersebut, bocah laki-laki itu pun akhirnya turun dari ayunan dan menghampiri sahabatnya.

Bocah itu mengulurkan tangannya. "Maaf," ujarnya sembari menunjukkan deretan giginya yang mungil.

Mereka saling bertatapan sejenak, menatap satu sama lain. Mereka adalah Dinda dan Andra waktu kecil, mereka sudah bersama bahkan sebelum menginjak bangku sekolah dasar. Saat itu Dinda ikut keluarga Andra untuk berlibur ke pantai karena Mamanya sedang sibuk bekerja. Sebaliknya, disaat keluarga Andra sedang sibuk maka bocah itu akan ikut bersama Dinda.

Setelah menatap satu sama lain, Dinda akhirnya menerima jabat tangan Bamandra. "Tapi gantian," pintanya diangguki Andra.

Senyum Dinda langsung merekah, bangkit dari duduknya lantas menempatkan dirinya nyaman di atas ayunan.

"Dorong yang kuat, Ndra!" Cecarnya bersemangat.

Andra berdiri si belakang Dinda dan mulai mengayunkan gadis tersebut. Dinda mulai bersorak gembira, meminta agar Andra mengayunkannya lebih kencang lagi.

"Apa? Lebih kencang?" Tanya Andra memastikan, diangguki Dinda.

"Oke!"

Swing

"Yuhuuuuu! Yeahhhhh! Ayo, Ndra! Lebih kencang!" Antusiasnya.

Andra pun tersenyum lebar karena menyaksikan sahabatnya yang nampak gembira. Cowok itu pun mengayunkan ayunan lebih kencang dari sebelumnya, menghabiskan waktu liburan mereka bersama di pantai, dengan kedua orang tua Andra yang menemani.

Saat itu orang tua Andra belum bercerai, sehingga Dinda masih sering keluar masuk rumah Andra dan sering diajak pergi berlibur. Namun sejak perceraian mereka, Dinda sudah jarang main ke rumah Andra karena ia takut dengan suara keras yang berasal dari pertengkaran keduanya.

Maka dari itu Andra lah yang sering main ke rumah Dinda, menginap dan menghabiskan waktu liburan bersama. Saat itu mereka masih berusia sebelas tahun dan Andra masih ingat betul tentang kenangan yang ia lalui bersama Dinda.

Saat orang tuanya bertengkar hebat dan ia meringkuk di kamarnya, Dinda dengan berani menyusup ke dalam kamarnya lewat jendela sembari membawa dua buah anak ayam. Andra terkejut sekaligus senang, karena Dinda selalu muncul disaat ia sedang membutuhkan.

Dinda berbisik kepada Andra. "Ayo main. Mama beli ayam buat kita, ayo ke rumahku. Ayo," ajaknya.

Andra pun langsung setuju, mereka keluar melalui jendela kamar Andra yang memang tidak bertingkat. Memudahkan merek untuk keluar masuk lewat jendela.

Dinda membonceng Andra menggunakan sepeda goes nya, mengeluarkan segenap tenaganya untuk membawa tubuh berat Andra. Ia tidak ingin melihat sahabatnya merasa sedih dan menderita, maka dari itu kali ini ia rela membonceng Andra agar anak itu tidak sedih lagi.

Setelah sampai, mereka langsung menuju pekarangan sebelah rumah Dinda yang saat itu masih banyak tanaman edelweis. Mereka berdua duduk di atas rumput, membiarkan anak ayam mereka bermain-main satu sama lain.

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang