09. HAMPIR MENYERAH

5.4K 286 29
                                    

Halo! Apa kabar?

Typo tandai yaa, Happy reading 💗

•••

Tebakan Dinda ternyata benar. Sejak kejadian itu, Samudra sudah tidak lagi berbicara dengannya. Kalau sudah begini, apa lagi yang harus ia perbuat? Dinda merasa percuma jika harus berjuang sendirian untuk mendapatkan pria itu. Dinda lelah, ia lelah terus bersikap ceria dihadapan pria itu.

Dinda juga manusia, ada kalanya ia merasa lelah dan ingin menyudahi semua. Ya, sudah Dinda putuskan, ia akan menyudahi semuanya.

Bekerja dengan tenang tanpa memikirkan Samudra, pergi dan pulang tanpa harus melirik kearah rumah pria itu, dan hidup tenang tanpa harus mengharapkan sesuatu yang belum pasti.

Dalam seminggu ini, Dinda sudah memutuskan untuk bersikap seperti layaknya orang yang tidak saling mengenal dengan Samudra. Dinda lelah, karena disini hanya dirinya lah yang berjuang untuk menggapai cinta. Sedangkan Samudra, lelaki itu bahkan sama sekali tidak meliriknya.

Inilah Dinda yang baru, Dinda yang akan menjaga sikap. Dinda yang akan mulai mengubah dirinya, dari Dinda kekanakan menjadi lebih dewasa.

Sama seperti hari-hari sebelumnya. Pagi ini Dinda berangkat lebih siang dari biasanya untuk menghindari Samudra. Karena jika ia berangkat pagi-pagi, maka kemungkinan besar ia akan dipertemukan dengan Samudra yang juga akan berangkat ke kantornya.

Krietttt

Terdengar bunyi decitan gerbang disaat Dinda membukanya. Tumben sekali, biasanya tidak menimbulkan bunyi seperti ini. Dinda memilih untuk tidak memikirkannya.

Perempuan dengan setelan coksu itu menutup kembali gerbang rumah, menaiki motor maticnya lantas mulai menyusuri jalan.

Berbeda dengan Dinda yang sengaja berangkat lebih siang, Samudra justru terlambat bangun hingga membuatnya tidak bisa berangkat kerja pagi-pagi seperti biasanya. Hari ini ia tidak ada pekerjaan penting, jadi sekalian libur saja.

Pria itu menatap heran pada sosok yang baru saja berlalu melewati rumahnya, ketika ia sedang mengelap mobil yang akan ia gunakan. Samudra heran dengan Dinda selama satu minggu ini. Tidak seperti Dinda yang selalu mengganggunya, akhir-akhir ini gadis itu bahkan tidak pernah menampakkan dirinya.

Namun Samudra tidak berpikir lebih jauh. Ia malah senang karena mulai saat itu, hidupnya akan kembali damai tanpa gangguan dari seorang Dinda.

___

"Kamu nggak bisa seenaknya sama aku, Ji."

"Aku bukan ATM berjalan yang bisa kapanpun kamu tarik, aku bukan sekertaris atau semacamnya yang bisa kamu andelin tiap ada kesusahan!"

"Len, tolong ngertiin aku sekali lagi. Aku butuh uang itu, Len. Aku harus pergi ke Korsel buat nonton konser bias aku!"

"Jiji! Kenapa Korea terus? Dari sekian banyak tempat menarik di Indonesia, kenapa harus ke Korea?"

Dinda jengah mendengar pertengkaran hebat antara dua kekasih yang ada di depan tokonya. Telinganya memerah karena terlalu jengkel untuk menambah pikiran. Ia sudah cukup kesal dengan masalah hidupnya sendiri, dan kini malah harus mendengarkan masalah hidup orang lain.

Awalnya Dinda hanya berniat membuang sampah, namun tanpa sengaja ia mendapati sepasang kekasih yang sedang bertengkar tak jauh dari toko tempatnya bekerja.

Dengan perasaan dongkol, Dinda berteriak. "IT'S MY DREAM, MAS! IT'S MY DREAM! KAMU TAU, KAN? PERGI KE KOREA ITU IMPIAN AKU! NOT HERR!" Teriaknya sambil menunjuk-nunjuk kesal kearah poster laki-laki yang tertempel di kaca depan tokonya.

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang