36. Secuil kenangan bersama Dinda

2.4K 76 16
                                    

Jangan lupa Vote yaaa!

Happy reading ❤️

•••

Seorang laki-laki mengemasi barang-barang lamanya, masukkannya kedalam sebuah peti kayu berwarna hitam. Ia membersihkan seluruh isi ruangan karena akan pergi ke luar negeri untuk mencari pengalaman baru.

Lelaki tersebut tidak sengaja menemukan sebuah kotak berwarna kuning, dengan sebuah tulisan tangan indah diatasnya. Ia meraih kotak tersebut, membersihkannya dari debu kemudian membukanya.

Senyum tipis terukir di bibirnya kala menemukan barang-barang favoritnya di masa lalu. Ia meraih sebuah liontin bentuk hati, namun hatinya hanya setengah, karena setengahnya lagi ada pada seseorang yang selama ini amat ia sayangi.

Lagi, dia mengambil beberapa foto polaroid dari dalam kotak tersebut. Memperhatikan secara seksama, momen-momen indah yang mungkin tidak akan bisa terulang kembali.

"Sejak dulu Lo emang udah cantik, ya?"

Sosok tersebut terkekeh. Ia memasukkan sebuah foto perempuan berambut pendek dengan senyum indah itu kedalam dompetnya.

Matanya berbinar disaat menemukan barang favoritnya, yaitu sebuah lukisan orang lidi yang dulu sekali ia lukis bersama dengan sang sahabat tercinta. Ia meraih ponsel, memotret lukisan tersebut.

Tiba-tiba ia terpikirkan oleh sesuatu, ia mengemas kembali barang-barang tersebut dengan rapi kemudian membungkusnya dengan kantung berwarna hitam. Dia berencana untuk mengirimkan kotak tersebut kepada sahabatnya lewat kurir.

Bukan apa-apa, ia hanya merasa bahwa bertemu dengan sahabatnya bukan hal yang bagus untuk saat ini. Ia tidak ingin membuat sahabatnya khawatir jika dirinya mengaku bahwa ia akan pergi ke luar negeri. Maka dari itu sosok tersebut menyertakan selembar surat perpisahan untuk perempuan yang ia sayangi itu.
Tentang balikan dengan Rebecca, dia hanya berbohong untuk memastikan bahwa sahabatnya tidak khawatir.

"Love you... Thanks for everything... Love you... My best friend... Our childhood was so perfect... Love you... Good bye..."

Kalimat perpisahan yang ia tulis di akhir suratnya. Setelah itu ia bangkit, bersiap-siap untuk pergi ke tempat pengiriman paket.

___

Di sisi lain, Dinda sedang sibuk mencuci seprai kamarnya karena semalam Azizah mengompol. Ia berada di balkon, menjemur seprai yang lumayan besar tersebut. Setelah itu ia menghampiri Samudra yang sedang ada di luar rumah, mencuci mobilnya.

"Suamiku sayang..." Panggilannya.

Samudra terkekeh. "Kenapa? Ada maunya? Tumben manggil sayang."

Dinda berdecak, lantas duduk di bangku depan rumahnya. "Mau dibantuin nggak?" Tawarnya digelengi Samudra.

Pria tersebut tersipu malu, mencuri-curi pandang pada istrinya yang pagi-pagi sekali sudah berambut basah alias baru keramas. Dinda yang menyadari hal itu pun mengernyitkan dahinya bingung.

"Kenapa senyum-senyum? Udah gila?"

"Hush!" Samudra menghampiri Dinda, turut duduk disampingnya.

"Emangnya kamu mau punya suami gila?" Tanyanya seraya merangkul pundak Dinda.

Dinda mencibir. "Ya nggak mau, lah! Enak aja cewek cantik kaya aku punya suami gila!"

Samudra tidak marah, ia justru tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan istrinya. "Kamu, sih. Lain kali jangan ngomong yang enggak-enggak, pamali."

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang