Bab 12| Sila

13.7K 1.6K 111
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinar mengulas senyum, tersipu-sipu dengan chat terakhir suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinar mengulas senyum, tersipu-sipu dengan chat terakhir suaminya. Sudah setengah jam berlalu, Dinar sebenarnya ingin makan di luar, tetapi tidak sengaja menonton tik-tok dan melihat makanan-makanan lezat khas asia yang sepertinya tidak akan bisa ia lewatkan. Air liurnya seperti akan menetes saja sekarang.

"Gile lo, Tih! Nyalain gak lo!" Fahrun tiba-tiba berdiri, bersungut-sungut menunjuk Ratih dengan kekesalan, sementara perempuan yang ditunjuk justru tertawa terpingkal-pingkal.

Fahrun kesal sekali sambungan internet di komputernya mati, siapa lagi kalau pelakunya bukan Ratih. 

Dinar menopang dagu, menjadi penonton antara dua kubu yang saling bertolak belakang. Ratih di ruangan ini memiliki kendali penuh terhadap segala akses internet dari setiap user. Ratih juga bisa tahu apa saja yang sedang diselami oleh si user dalam dunia gaib itu.

"Tau nih si Kepang Kuda! Lagi asik-asik juga, nyebelin lo ah!" Aser iku berdiri, ceritanya sedang nonton barengan dengan Fahrun.

Ratih berkacak pinggang, "ogah ya, lo berdua kebiasaan banget kalau lagi senggang begini buka yang aneh-aneh. Nunggu pulang kerja, nape? Memberatkan dosa gue aja!" 

"Hayo, buka apa lo pada?" Dinar meledek. 

Tidak lama kemudian, pertengkaran mereka terinterupsi oleh kedatangan Pramudya membawa sekotak sushi untuk sang istri dan juga paper bag berisi beberapa gelas minuman dingin untuk teman-teman Dinar.

"Halo, Dinarnya ada?" Pram tadinya mengintip di balik pintu, namun segera berdiri tegak kala Dinar menyembulkan kepalanya dari balik sekat.

"Ecieee, disamperin. Bawa apa tuhh," Aser bersiul menggoda yang dibalas Dinar dengan kekehan kecil.

Pram berjalan mendekat, menyapa beberapa karyawan lain yang ada di sana. "Ini, saya bawakan kopi susu gula aren, sama ada milk tea juga. Kata istri saya, ini minumannya anak muda," Pram menggaruk keningnya, tidak paham mau membelikan apa untuk teman-teman istrinya, sementara dirinya seumur-umur hanya mencoba minuman basic saja tanpa dicampur-campur. Beda usia beda selera lah, maksudnya Pram.

DINAR BINTI DIRHAM (TAMAT LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang