Bab 5| Obat Herbal

17.3K 1.6K 138
                                    

"Ok Google, cara mengembalikan keperawanan," ucap Dinar di depan ponselnya. Tak menunggu lama, muncullah berbagai artikel yang menggunakan kata kunci yang sama. Mulai dari 7 tips menjaga kegadisan selamanya, tips rapat kembali, sampai pada rentetan obat dan jamu yang dapat 'mengembalikan'.

Dinar mengusap jidatnya, lengkap tapi tak bermakna. Baru kali ini ia merasa Google tak berguna dan tak bisa menjawab pertanyaannya. Artinya, pertanyaan Dinar ini lebih sulit dari soal matematika yang seribet apapun pasti ada solusinya di google.

Argh!

Dinar melempar ponselnya sembarang arah, jatuh di bawah kasur pun tidak masalah. Saking tidak ada solusi yang dapat menyelesaikan permasalahannya, Dinar sampai menggulung dirinya di dalam selimut, menutup kepala dengan bantal, lalu terisak pelan.

Ya, Dinar mulai menemukan titik di mana ia kesal. Iya, dia tahu kewajibannya. Hanya saja, tidak di saat Dinar sendiri belum menginginkan itu terjadi. Ini ... terlalu cepat. Bagaimana kalau Dinar hamil dan memiliki anak. Lalu ketika anaknya sudah mulai tumbuh besar, Pram meninggalkan mereka dalam waktu yang lama. Ketika kembali sudah membawa status baru. 

Bodohnya lagi, semalam ia malah ... Argh!

"Kamu kenapa guling-guling seperti itu? Ada yang sakit?" Suara berat Pram menyapa. Dinar yang tadi hanya fokus mengeluarkan kekesalannya tiba-tiba berhenti. 

Orang dalam selimut yang sudah berbentuk kepompong itu kini meringkuk, menggeser tubuhnya mundur menjauhi arah suara Pram.

Astaga, Dinar malu sekali sekarang. Kilasan-kilasan kejadian semalam muncul di kepalanya dan membuat Dinar merasa geli dengan diri sendiri. 

Pram menggelengkan kepala, naik ke atas pembaringan lantas menangkap tubuh istrinya yang nyaris jatuh ke bawah karena mundur. Pram membuang bantal menjauhi wajah Dinar. 

"Kamu bisa jatuh ke bawah," desah Pram, membungkam protesan yang hendak diutarakan Dinar.

Dinar menarik selimut hingga menutupi wajahnya. 

"Aku mau ganti baju yang panjang!" Protes Dinar dari dalam selimut. Sedari subuh setelah mandi malah diberikan kemeja kedodoran milik suami untuk ia pakai. Mau tak mau Dinar mengenakannya karena pakaian gantinya semalam ikut basah bercampur di dalam keranjang kotoran. Perempuan itu bahkan tak mengenakan dalaman karena ulah Pram.

"Saya hanya punya itu, tunggu baju kamu kering baru ganti," Pram sudah menjemur pakaian basah mereka setelah sebelumnya ia cuci sebagai bentuk permintaan maaf atas keusilannya semalam.

"Lama, keburu negara api menyerang!" Seru Dinar lagi. Memang ia sudah mencoba memprediksi kelakuan Pram, Dinar menyangsikan seharian akan tahan berpakaian begini sementara suaminya bisa kapan saja menyerangnya bahkan sebelum baju mereka benar-benar kering.

Pram tergelak, istrinya ada-ada saja menamainya. "Saya gak akan menyerang kalau kamu tidak aneh-aneh seperti semalam," ucapnya.

Dinar mencebik. Bersama Pram lama-kelamaan merubahnya menjadi anak kecil. "Apa Mas tidak ada baju gamis? Aku gak nyaman pakai ini, kependekan, dan gak aman," Dinar sudah memberanikan diri keluar dari selimut. Lama-lama pengap juga.

"Kamu mau pakai jubah saya?" Tawar Pram. "Tapi perempuan tidak boleh memakai pakaian yang modelan lelaki," imbuh Pram lagi, mengingkari penawaran sebelumnya.

"Terus ini apa?" Dinar menunjuk kemeja putih besar yang ia pakai.

"Ya itu kan perempuan juga sering pakai, unisex. Kamu juga pasti punya kemeja," bantah Pram. 

Dinar mendesah pasrah. "Aku lapar ..." keluh perempuan itu, semalaman tenaganya habis terkuras di bawah kuasa Pram. Ini baru pertama, bagaimana dengan malam-malam selanjutnya?

DINAR BINTI DIRHAM (TAMAT LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang