Bab 11| Kecewa Berbuah Manis

14.7K 1.7K 128
                                    

"Sendirian? Boleh gabung?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Dinar.

Siang ini Pram harus kembali ke desa menjemput Ibu yang mau check-up ke rumah sakit. Semalaman Marini menunjukkan gejala-gejala asma, Pram khawatir ibunya kambuh dan sulit ditangani kalau terlanjur parah, olehnya itu menjemput untuk memeriksakan beliau ke dokter. 

Rencananya Dinar akan menyusul sepulang kerja nanti, kebetulan ada Sila juga di apartemen nanti sore.

Dinar mengangguk tak acuh, membiarkan pria itu duduk di satu meja yang sama dengannya. Dinar sebenarnya terpaksa makan di kantin kantor, ia ingin mengkonsumsi sesuatu yang berbau laut. Belakangan selera makannya semakin aneh-aneh saja. Beruntung Pram selalu sedia memberikan apa yang Dinar mau.

Seperti minggu kemarin, Dinar berkunjung ke rumah Karin dan dihidangkan dangkot ayam, kebetulan Bagas baru pulang dari Makassar dan membawakan makanan itu dalam bentuk beku. Dinar kesenangan sekali bahkan sempat membawa pulang ke rumah. Malamnya meminta dibelikan dangkot ayam oleh Pram di Makassar. 

Tentu saja Pram syok. Malam-malam diminta terbang dari Jawa ke Sulawesi hanya untuk membeli makanan. Lebih mahal tiket pesawatnya daripada makanan yang mau dibeli. Padahal mereka masih bisa membuat sendiri, resep di internet juga ada.

Beruntunglah paginya Pram langsung meminta orangnya terbang ke Makassar memenuhi kemauan Dinar sebelum perempuan itu mendiamkannya.

"Nama lo Dinar, kan? Anak divisi kreatif? Anak buahnya Mas Yogi, ya?" Tiba-tiba pria di depan Dinar bersuara.

Dinar menautkan alisnya, mulai risi. 

"Kenapa?" Tanya Dinar cuek.

"Kenalin, gue Regan dari divisi Data Analyst," Regan memperkenalkan diri, bersikap sok keren di depan Dinar yang justru menaruh curiga. 

"Hm, ya," Dinar lagi-lagi tak tertarik, sekarang tak heran dari mana Regan mengetahui namanya. Menyalahgunakan wewenang, cibir Dinar dalam hati. Perempuan itu sudah menghabiskan dua mangkuk bubur ayam dan sekarang menginginkan kue pukis. Entah di mana ia akan mendapatkannya lagi.

Regan merasa diabaikan, sesekali melirik Dinar yang tengah sibuk bermain ponsel. Diketuk-ketuknya permukaan meja, hendak memulai komunikasi lebih jauh.

"Lo kayaknya jarang nongkrong di kantin, ya?" Tanya Regan berbasa-basi.

"Ya, biasanya keluar makan sama suami," pungkas Dinar sebelum mengalungkan ponselnya di leher, berlalu dari sana seraya berjalan anggun.

Regan melongo, baru mau masuk rumah sudah ditutupkan pintu. Kasihan sekali dirinya. Benar kata anak-anak, Dinar orangnya cuek. Bahkan ada teman yang melarangnya mendekati Dinar karena perempuan itu sudah ada suami, dan satu kantor pun tahu kalau suaminya Dinar juga dekat dengan pemilik perusahaan, kecuali Dinar sendiri yang tidak mengetahui hal tidak penting itu. 

Dinar menghempaskan tubuhnya di kursi, mulai menghubungi Pram menanyakan kabar Ibu.

_________________________________________
Ibu baik-baik saja, tadi habis di-uap

Berarti gak perlu nginep di rs, kan? Aku mau masakin ibu sama Sila pakai resep baruku

Y syg

Ok

Ada lagi yang mau ditanyakan?

Mau pukis. Yang depan kostan aku dulu, rasa coklat sama pandan. Terus es kelapa muda sekalian,

Itu saja?

Iy, tapi Ibu dibawa pulang dulu baru keliling cariin aku itu. Kasihan mengikut kamu Mas, kan lagi sakit,

DINAR BINTI DIRHAM (TAMAT LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang