Dinar menghapus sisa tangisnya, memeluk Pram dengan posesif dan manja. "Kamu janji akan selalu sama aku,"
"Iya,"
Dinar menghela, ia merasa terlalu sensitif belakangan.
"Sudah, jangan menangis lagi," Pram memperbaiki posisinya.
"Kamu yang mancing, Mas,"
"Maaf," Pram menyahut cepat, menggeser selimut kemudian mulai membuka pakaian malam Dinar.
"Perasaan kemarin saya ada membeli yang macan, Bun," tidak, jangan bayangkan wajah mesum Pram karena pria itu begitu serius dan fokus dengan pakaian istrinya.
"Malu ih Mas! Kamu ngapain beli begitu di Mall, pasti diketawain sama pelayan tokonya,"
"Ya enggaklah, Bun. Kan di situ memang dikhususkan untuk menjual pakaian begitu. Banyak kok laki-laki yang menemani istrinya berbelanja,"
"Ya tetep aja malu, Mas. Terus kalau aku pakai ya toh apa gunanya, nanti kamu lepas juga kayak gini. Nambah-nambahin cucian, malu juga dilihat tetangga kalau kujemur," Dinar berbaring tenang sementara suaminya sudah menyingkirkan semua kain dari tubuhnya, termasuk selimut yang disingkap hingga ke bawah kaki. Itulah yang membuat Dinar malas, suaminya suka membeli gaun tidur yang aneh-aneh sementara harganya mahal. Menurutnya itu tidak penting, buat apa membeli mahal-mahal kalau hanya untuk dilepas setelah beberapa menit dikenakan. Bagus-bagus tidak dirobek, kalau iya? Kan rugi!
"Kalau yang macan, saya gak akan lepas," Pram bergumam pelan dengan suara beratnya.
***
Extra Chapter lengkap ada di karya karsa searth! Silahkan klik link karya karsa di profil searth__ atau ketik aja searth di karya karsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINAR BINTI DIRHAM (TAMAT LENGKAP)
RomantikDinar tahu Pram adalah pria yang baik. Tapi predikat baik saja tidak cukup untuk membangun sebuah kehidupan rumah tangga bersama sampai menua. *** Ada dua hal yang Dinar benci di dunia ini. Anak-anak dan pernikahan. Ditinggal pergi oleh Papi dari...