Habibi || 45

3.3K 283 25
                                    

• Sebelum membaca pastikan anda menekan bintang yang ada di pojok bawah seblah kiri harap hargai karya saya.

Follow Instagram

@catatan.queens
@farhnzhd
@hmyrasyf

•••

Follow TikTok

@catatan.queens

Thank you yang udah follow🥰

°°°

Happy reading😠💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading😠💗





Hari ini adalah hari peresmian pembukaan cabang rumah makan ke dua milik Farhan. Setelah melewati beberapa proses akhirnya hari ini acara terlaksana. Farhan juga turut mengundang teman-temannya beserta keluarga besarnya agar dapat berhadir di acaranya.

"Ya Allah bro.. gimana kabarnya?" Semuanya menoleh kearah sumber suara.

Farhan tersenyum lebar, lalu berjabat tangan dengan temannya itu. "Pak dokter.. baik saya kabarnya." Farhan tertawa kecil melihat taman satunya ini yang datangnya terlambat.

"Habis nyelametin pasien Bal?" Kata Abian, lalu berjabat tangan dengan Iqbal.

Iqbal tertawa mendengar itu. "Tetep dateng gue mah, walau terlambat!" Balasnya, lalu berjabat tangan kepada teman-temannya yang lain.

"Widihhh! Bapak putra, keren amat!" Puji  Iqbal.

"Halahh jangan sok muji dah lo. Lo beneran muji atau nge-hina?!" Ujar Putra, menolak di puji.

"Orang gue serius!"

"Gue ga di puji juga, Bal?" Tanya Wahyu menawarkan diri untuk segera di puji juga seperti Putra.

"Nggak dah."

Wahyu menggelengkan kepalanya dramatis. "Emang yah, gue selalu tersudutkan!"

"Nih kalau ada Adam lo udah di acak-acak pala lo ama dia." Ujar Abian, lalu menoyor kepala Wahyu.

"Ni anak bukannya makin tua makin sopan santun malah makin brutal!" Ujar Wahyu tak habis pikir.

Bukannya Abian tidak ikut meniru kelakuan Adam, malah menjadi penerusnya!

"Si Adam kesabarannya setipis tisu." Celetuk Putra, membuat gelak tawa di meja itu.

Di tempat yang sama namun di lantai yang berbeda, Maira duduk bersama keluarga besarnya. Yaitu dengan kedua orang tuanya dan mertuanya serta adik dan kakek neneknya.

Jujur, Maira tak lupa dengan kejadian beberapa bulan lalu ketika kedua keluarga ini berkumpul dalam satu ruangan dan malah menjodohkan ia dan Farhan. Sungguh momen itu masih terbayang jelas di pikiran nya. Namun yang membedakan suasananya yaitu Kakek Ilham dan nek Nurul yang sudah tidak ada disini.

HABIBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang